Pesan Mendalam dan Haru Meghan Markle Pasca Keguguran Anak Kedua
Meghan Markle bercerita alami 'kesedihan yang hampir tak terahankan' karena keguguran
26 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada Juli 2020 lalu, banyak diberitakan oleh media luar negeri bahwa Meghan Markle mengalami keguguran anak keduanya. The Duchess of Sussex ini tidak membagikan pernyataan apa-apa terkait duka yang menimpanya saat itu.
Hingga pada Rabu (25/11/2020) ia menceritakannya kepada The New York Times soal sedihnya karena mengalami keguguran. Dalam surat itu, Mama dari Archie Mountbatten-Windsor ini menceritakan pengalaman yang membuat hidupnya sempat terpuruk.
Surat itu diawali dengan Meghan menceritakan hari di mana ia keguguran. Pagi itu, bersama sang Anak, Meghan masih beraktivitas seperti biasa. Mulai dari mengganti popok, membereskan kamar hingga berinteraksi dengan Archie.
“Saya tiba-tiba merasakan kram yang sangat sakit. Saya pun jatuh ke lantai dengan posisi memeluk Archie,” tulis Meghan.
Meski merasakan sakit yang teramat, ia berusaha tenang agar Archie tidak panik. Namun, saat itu Meghan sudah memiliki firasat bahwa anak keduanya sudah tidak ada. Beberapa jam kemudian ia sudah terbaring di kasur rumah sakit ditemani suaminya, Pangeran Harry.
“Menatap pada dinding putih yang dingin itu mata saya mulai berkaca-kaca. Saya mencoba membayangkan bagaimana akan melewati hal ini," cerita Meghan.
Bagaimana Meghan Markle melewati masa-masa yang berkabung dalam keluarganya tersebut? Berikut Popmama.com rangkum informasi lengkapnya.
1. Menghan ingatkan pentingnya perhatian dengan orang lain
Surat yang ditulis Meghan pun berlanjut. Saat di rumah sakit, ia mengingat momen dirinya harus pergi beraktivitas dengan Pangeran Harry ke Afrika. Saat itu ia pergi sembari membawa dan menyusui Archie yang masih bayi. Saat di sana, Meghan kerap merasa lelah tapi harus tampil profesional di depan publik.
Sampai ada satu jurnalis yang bertanya, ‘apakah kamu baik-baik saja?’. Dengan satu pertanyaan itu, Meghan merasa terenyuh.
“Terima kasih telah bertanya. Tidak banyak orang yang bertanya apakah aku baik-baik saja," jelasnya.
Ingatan singkat itu kemudian membuatnya menatap sang Suami yang ada di sampingnya. Pangeran Harry tampak hancur berkeping-keping karena hal ini. Meghan sadar kalau salah satu cara untuk bisa melewati hal ini adalah dengan peduli dan bertanya ‘apakah kamu baik-baik saja?’ kepada suaminya.
Dalam tulisan dengan judul The Losses We Share itu, Meghan mencoba merefleksikan penting sekali memperhatikan keadaan orang lain.
Editors' Pick
2. Keguguran adalah kehilangan yang sulit sembuh
Diungkapkan Meghan jika keguguran adalah momen yang membawa kesedihan yang hampir tak tertahankan. Kejadian ini bisa dialami oleh banyak orang. Namun, jarang sekali orang yang mau membicarakannya.
“Terlepas dari pro-kontra cerita soal keguguran seseorang, rasa sakit yang dialami, pembicaraan tentang ini masih tetap tabu dan penuh dengan rasa malu yang tidak beralasan. Sehingga membuat mereka yang dilanda bisa mengalami siklus berkabung tak berkesudahan,” jelas Meghan.
Beberapa orang yang berani bercerita, kadang tak menyadari bahwa orang itu sudah membuka pintu lain agar orang di luar sana yang mengalami kejadian serupa juga mau untuk berbicara mengenai kesedihannya. Dengan saling berbagai, membuat beban yang terasa secara emosional bisa menjadi lebih ringan.
"Kita belajar bahwa ketika orang bertanya (tentang perasaan yang dialami), dan mereka benar-benar mendengarkan dengan hati dan pikiran yang terbuka, beban kesedihan seolah menjadi lebih ringan, dan itu dirasakan oleh semuanya. Seolah itu adalah sebuah undangan (ketika mendengarkan cerita sedih orang lain) untuk berbagi rasa sakit dan bersama-sama kita mengambil langkah pertama menuju penyembuhan," jelas Meghan.
3. Pangeran Harry dan Meghan berusaha menata hidup lagi
Kehilangan orang yang dicintai baik keluarga, rekan dan pasangan meninggalkan bekas luka yang dalam. Bagi Meghan, keguguran yang dialaminya adalah "kesedihan yang teramat dalam". Oleh karenanya, Meghan mengingatkan di momen Thanksgiving ini seharusnya bisa jadi hal yang disyukuri untuk berkumpul dan saling menyembuhkan.
Pertanyaan sederhana, ‘apakah kamu baik-baik saja?’ bisa menjadi orang lain merasa terhubung dan menceritakan kesedihannya.
Meghan juga menyebut di tahun 2020 ini banyak hal di dunia terjadi, dan penuh dengan momen berkabung. Diungkapkan Meghan, kini dirinya dan Pangeran Harry juga sedang menyesuaikan dengan kenormalan baru karena pandemi dan pasca kegugurannya Juli lalu.
“Kenormalan baru ini memaksa kita untuk melihat ke mata satu sama lain (karena masker). Kadang saya melihat tatapannya dipenuhi dengan kehangatan, di lain waktu dengan air mata. Untuk pertama kalinya, dalam waktu yang lama, sebagai manusia, kita benar-benar melihat satu sama lain,” jelas Meghan.
Terakhir ia menutup suratnya dengan kalimat yang mengenyuhkan hati.
“Apakah kami baik-baik saja? Kami akan baik-baik saja”
4. Penyembuhan emosional setelah alami keguguran
Dikutip dari Edward-Elmhusrt Health, kehilangan janin adalah momen memilukan bagi siapa pun. Keguguran ini bisa terjadi pada 10-25% dari semua kehamilan yang diketahui. Paling sering terjadi pada tiga bulan pertama kehamilan.
Dampak emosional dari keguguran membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan dampak fisik. Oleh karenanya, selain pemulihan secara fisik seorang Mama yang mengalami keguguran juga perlu ada pemulihan secara emosional. Pasalnya ibu hamil yang keguguran bisa mengalami rasa bersalah, marah, syok, sedih, hingga rasa kegagalan.
Berikut adalah tips untuk membantu penyembuhan luka emosional setelah keguguran:
- Beri tubuh dan pikiran waktu untuk sembuh. Memberikan waktu adalah teknik penyembuh terbaik. Tubuh membutuhkan waktu untuk kembali normal, dan begitu juga pikiran dan kesehatan emosional Mama. Cobalah untuk menunggu beberapa bulan sebelum memulai pekerjaan, pindah ke rumah baru, atau perubahan kehidupan besar lainnya.
- Biarkan diri berduka atas kehilangan. Biarkan diri menjalani proses berduka, dari penolakan, kemarahan, rasa bersalah dengan ikhlas. Jika merasa perlu menangis, maka menangislah. Berhentilah tidak mengakui kehilanganmu. Namun, jika perasaan sedih ini bertahan lama, bicaralah dengan ahli.
- Mencoba tetap pada kendali diri. Ini memang kehilangan yang traumatis, tetapi hidup harus terus berjalan. Cobalah untuk tetap memiliki jadwal tidur yang teratur, makan dengan baik dan menjaga berat badan yang sehat, melakukan kegiatan aktif setiap hari, bersantai, dan sebagainya.
- Miliki support system untuk bercerita. Ketika sudah siap, bagikan perasaan dengan pasangan, keluarga, dan teman sekitar. Bergabunglah dengan komunitas yang mengalami hal serupa akan membantu. Bicaralah dengan konselor atau terapis. Bergabunglah dengan kelompok pendukung untuk keguguran kehamilan.
- Ucapkan salam perpisahan dengan sang Janin secara ikhlas. Hal ini mungkin sulit untuk untuk dilakukan di awal. Namun, mengakui bahwa janin Mama sudah tidak ada bisa membantu menimbulkan rasa rela secara emosional. Mama bisa melakukan upacara kecil untuk mengucapkan selamat tinggal, membuat kotak memori, menulis surat perpisahan, dan sebagainya.
Cerita Meghan Markle ini sangat mengharukan ya, Ma. Betapa kehilangan anak karena keguguran membuat kehidupan Meghan dan Pangeran Harry sempat diselimuti rasa berkabung yang dalam. Namun, mereka berdua tetap berusaha ‘hidup normal’ karena pandemi dan pasca mengalami keguguran itu.
Baca juga:
- 5 Gaya Busana Meghan Markle Pasca Melahirkan yang Bisa Ditiru
- Cari Pengasuh Bayi, Meghan Markle Janjikan Gaji Rp 1,3 Milyar
- Tips Makeup untuk Ibu Hamil dari Penata Rias Meghan Markle