Ketuban Pecah Dini: Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegahnya
Pemeriksaan medis perlu segera dilakukan jika Mama mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD)
30 September 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu kondisi dimana kantung ketuban pecah sebelum persalinan. Ini disebut juga sebagai Premature Rupture of Membranes (PROM). Namun jika ketuban pecah sebelum masuk minggu ke-37 kehamilan, hal ini disebut sebagai ketuban pecah dini prematur (PPROM).
Dilansir dari Healhtline, PROM biasaya terjadi pada 8-10% kehamilan. Umumnya pada sebagian besar kehamilan, air ketuban akan pecah saat kontraksi dimulai.
Semakin dini ketuban pecah, artinya kondisi Mama dan janin juga semakin serius dan perlu segera dilakukan pemeriksaan medis. Karena jika tidak, ketuban pecah dini bisa menyebabkan risiko infeksi, kelahiran prematur, infeksi neonatal hingga kematian janin.
Hal inilah yang terkadang membuat banyak Ibu hamil merasa cemas mengenai KPD, terutama saat sedang bepergiaan. Apalagi jika Hari Perkiraan Lahir (HPL) sudah semakin dekat.
Nah untuk lebih jelasnya, berikut ini Popmama.com rangkum informasi mengenai ketuban pecah dini, gejala, penyebab dan cara mencegahnya, dilansir dari berbagai sumber. Simak dulu yuk Ma!
1. Apa yang dimaksud dengan ketuban pecah dini?
Premature Rupture of Membranes (PROM) atau Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu kondisi ketika kantung ketuban yang mengelilingi bayi pecah sebelum dimulainya persalinan, seperti dilansir dari Healthline.
Ketuban pecah yang terjadi sebelum kehamilan berusia 37 minggu, disebut sebagai PROM prematur (PPROM). Menurut American Family Physician, PPROM terjadi pada sekitar 3% kehamilan dan menyebabkan sekitar sepertiga dari kelahiran prematur. Kondisi ini umumnya lebih sering terjadi pada kehamilan kembar.
2. Penyebab terjadinya ketuban pecah dini
Dalam beberapa kasus, penyebab KPD nampaknya tidak diketahui secara pasti. Namun dilansir dari Medlineplus, ada beberapa penyebab atau faktor risiko terjadinya KPD diantaranya yakni:
- Adanya infeksi pada rahim, leher rahim atau vagina.
- Kantung ketuban mengalami peregangan secara berlebihan. Ini bisa terjadi karena terlalu banyak cairan atau bayi di dalam kandungan memberi tekanan berlebih pada selaput ketuban.
- Kebiasaan buruk merokok atau menggunakan NAPZA.
- Pernah mengalami operasi atau biopsi pada mulut rahim.
- Pernah hamil dan mengalami PROM atau PPROM.
- Sedang mengandung anak kembar.
- Mengalami kekurangan gizi saat hamil.
- Sering melakukan aktivitas fisik yang berat saat hamil.
Editors' Pick
3. Tanda dan gejala ketuban pecah dini
Tanda yang paling umum ketika seseorang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keluarnya cairan dari vagina. Cairan ini akan menetes perlahan atau mungkin menyembur keluar. Biasanya Mama mungkin mengira kalau cairan tersebut merupakan urin.
Untuk mengetahuinya, gunakan bantalan atau kertas untuk menyerap sebagian cairan yang keluar. Kemudian lihat dan cium baunya. Biasanya cairan ketuban tidak berbau seperti urin serta tidak berwarna.
Tapi ada beberapa tanda lain yang mungkin muncul saat terjadi KPD, diantaranya:
- Muncul perasaan seperti tidak bisa berhenti buang air kecil.
- Keputihan yang tidak seperti biasanya.
- Adanya pendarahan dari vagina.
- Adanya tekanan pada panggul.
Jika Mama mengalami KPD, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter ya.
4. Cara mendiagnosis ketuban pecah dini
Apabila Mama mengalami KPD, biasanya penyedia layanan kesehatan perlu memastikan selaput ketuban benar-benar pecah. Caranya dengan mengamati cairan yang keluar dari vagina, kemudian melakukan beberapa tes untuk mengonfirmasi KPD.
- Uji pH
Tes ini melibatkan pengujian pH sampel cairan vagina. pH yang normal yakni antara 4,5 dan 6,0. Sedangkan cairan ketuban memiliki pH yang lebih tinggi dari 7,1 hingga 7,3. Oleh karenanya, jika selaput ketuban sudah pecah, maka pH cairan vagian akan lebih tinggi dari biasanya.
- Tes Nitrazin
Tes ini menempatakan setetes cairan dari vagina ke strip kertas yang mengandung pewarna Nitrazine. Warna strip akan berubah tergantung pada pH cairan vagina. Strip berubah jadi warna biru jika pH lebih besar dari 6,0. Garis biru akan menunjukkan kemungkinan selaput ketuban telah pecah.
- Pemeriksaan mikroskopis (Fern Test)
Sampel cairan vagina akan diperiksa melalui mikroskop. Jika mengalami KPD, cairan yang bercampur dengan estrogen akan membuat pola seperti pakis di bawah mikroskop, karena kristalisasi garam. Uji mikroskopis ini dapat memberikan diagnosis yang mendekati 100% jika dikombinasikan dengan Tes Nitrazin.
- Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan untuk memeriksa kondisi janin dan rahim Mama. Selain itu, dengan melakukan pemeriksaan USG jumlah air ketuban yang masih tersisa juga bisa terlihat.
5. Komplikasi yang mungkin timbul akibat ketuban pecah dini
Semakin dini Mama mengalami KPD, maka kondisi Mama dan bayi dalam kandungan akan semakin serius. Berikut ini beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat ketuban pecah dini.
- Bisa menyebabkan timbulnya infeksi. Jika rahim terinfeksi (Chorioamnionitis), bayi harus segera dilahirkan. Pasalnya infeksi bisa menyebabkan masalah serius bagi bayi seperti pneumonia, meningitis, hingga sepsis.
- Risiko melahirkan bayi prematur. Bayi yang lahir prematur, berisiko besar mengalami kelainan saraf, gangguan penapasan dan kesulitan tumbuh kembang di kemudian hari.
- Risiko kompresi tali pusat. Tanpa adanya cairan ketuban, tali pusat sangat rentan mengalami kerusakan. Tali pusat akan memberikan oksigen serta nutrisi ke bayi, dan diilindungi oleh cairan ketuban. Jika ketuban pecah atau bocor, tali pusat mungkin terkompresi antara bayi dan rahim. Dimana ini bisa menyebabkan cedera otak yang serius, bahkan hingga kematian.
- Kematian janin dan masalah jangka panjang pada bayi. KPD bisa mengakibatkan kematian janin karena paru-paru bayi tidak bisa berkembang dengan baik. Jika bayi bisa bertahan hidup, ada risiko masalah jangka panjang seperti penyakit paru kronis, masalah tumbuh kembang, hidrosefalus dan lumpuh otak (cerebral palsy).
6. Bagaimana cara mencegah terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD)?
Sejauh ini tidak ada cara khusus untuk mencegah terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD). Namun karena penyebabnya berkaitan dengan kebiasaan merokok, Mama sangat disarankan untuk menghindarinya dan lakukan gaya hidup sehat.
Selain itu, konsultasikan diri ke dokter jika Mama menggunakan obat-obatan. Dokter mungkin akan menyarankan Mama untuk berhenti mengonsumsi obat-obatan atau menggantinya dengan resep obat yang lain.
Nah, demikianlah tadi informasi mengenai Ketuban Pecah Dini (KPD), gejala, penyebab dan cara mencegahnya. Pastikan juga Mama melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan dan menjelang persalinan ya!
Baca juga: