Mastitis adalah proses peradangan payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Diperkirakan sekitar 3 – 20% ibu menyusui mengalami mastitis. Dimana sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir, demikian menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Apakah Mama pernah mengalami hal tersebut saat menyusui?
Jika iya, tentu ini menjadi perhatian khusus ya, Ma. Pasalnya, mastitis bisa menurunkan produksi ASI (Air Susu Ibu), yang bisa menghambat proses menyusui, atau bahkan membuat Mama terpaksa berhenti memberi ASI.
Jika tidak ditangani dengan segera, infeksi yang terjadi karena mastitis bisa semakin parah dan menyebabkan payudara bernanah. Bahkan menurut IDAI, mastitis bisa berpotensi meningkatkan transmisi vertikal pada beberapa penyakit, terutama AIDS.
Untuk itu, Mama perlu tahu lebih jauh nih mengenai mastitis, infeksi payudara yang bisa menghambat proses menyusui. Berikut ini Popmama.com berikan informasi lengkapnya, dilansir dari Healthline.
1. Mengenal apa itu mastitis?
Freepik/snowing
Ilustrasi
Sebelum mencari tahu penyebab dan cara mengatasinya, ada baiknya Mama mengenal terlebih dahulu apa itu mastitis.
Mastitis adalah suatu kondisi dimana jaringan payudara Mama mengalami bengkak dan peradangan. Biasanya mastitis paling sering dialami oleh Mama yang sedang menjalani fase menyusui.
Mastitis disebabkan oleh infeksi pada saluran payudara. Namun pada beberapa kasus, mastitis bisa terjadi tanpa adanya infeksi lho, Ma.
Kondisi tersebut bisa menyebabkan terjadi pembentukan abses payudara. Abses ini merupakan kumpulan nanah yang terdapat di dalam jaringan payudara. Jika tidak segera diobati, kasus mastitis bisa berakibat fatal.
2. Tipe mastitis yang sering dialami oleh ibu menyusui
freepik.com/user11167029
Ada tiga jenis mastitis yang sering dialami oleh Mama yang sedang menyusui, diantaranya:
Statis ASI, suatu kondisi dimana ASI menetap di bagian tertentu payudara, akibat penyumbatan saluran atau pembengkakan.
Mastitis tanpa infeksi, terjadi saat statis ASI berkembang menjadi peradangan di jaringan payudara.
Mastitis terinfeksi, terjadi saat peradangan di saluran payudara menjadi tempat tumbuhnya bakteri.
Kasus yang paling sering ditemukan yaitu mastitis yang disebabkan oleh infeksi. Tak hanya menimbulkan peradangan pada jaringan payudara, mastitis akibat infeksi juga menyebabkan kerusakan pada kulit atau puting.
3. Bagaimana mastitis bisa terjadi dan menghambat proses menyusui?
Freepik/pvproductions
Tentu Mama penasaran kan bagaimana mastitis bisa terjadi?
Menurut penelitian, ada dua penyebab mastitis lho, Ma. Berikut penjelasannnya:
Adanya infeksi bakteri
Bakteri umumnya ditemukan pada permukaan kulit tubuh kita. Setiap orang memilikinya dan biasanya memang tidak berbahaya. Tapi, jika bakteri ini sampai menembus kulit dan masuk ke dalam menuju jaringan tubuh, tentu bisa menyebabkan infeksi. Apalagi jika bakteri masuk ke jaringan payudara.
Menurut American Cancer Society, biasanya bakteri Staphylococcus aureus yang akan menginfeksi jaringan payudara. Bakteri tersebut bisa masuk karena adanya kerusakan pada kulit di sekitar puting, dan menyebabkan mastitis.
Adanya penyumbatan pada saluran susu
Saluran susu biasanya akan membawa ASI dari kelenjar payudara menuju ke puting. Jika saluran ini tersumbat, ASI akan menumpuk di dalam saluran payudara. Nah, penumpukan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan bisa menyebabkan infeksi. Pasalnya tempat menumpuknya ASI akan menjadi celah untuk tempat tumbuhnya bakteri.
Editors' Pick
4. Tanda dan gejala mastitis yang perlu diwaspadai
Freepik
Gejala mastitis yang paling umum terjadi yaitu:
Terjadinya pembengkakan dan pembesaran payudara.
Timbul kemerahan pada payudara.
Bengkak, nyeri dan ada sensasi rasa hangat di payudara.
Adanya rasa gatal pada jaringan payudara.
Bagian bawah lengan terasa lembut.
Terdapat luka kecil di bagian puting susu atau di kulit payudara.
Demam dengan suhu lebih dari 38° C
Selain itu, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), diagnosis mastitis juga ditegakkan berdasarkan gejala lain seperti, rasa nyeri dan ngilu pada tubuh, timbul garis-garis merah ke arah ketiak, serta peningkatan kadar natrium dalam ASI.
Kadar natrium yang tinggi biasanya menyebabkan bayi menolak menyusu karena ASI terasa asin.
5. Beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko terjadinya mastitis pada ibu menyusui
Freepik/cookie_studio
Berikut ini beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko Mama terkena mastitis saat menyusui.
Baru memasuki fase awal menyusui, biasanya beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Adanya luka pada puting.
Terdapat pecah-pecah pada kulit puting.
Terdapat luka pada puting.
Terbiasa hanya menggunakan satu posisi saat menyusui.
Menggunakan bra yang terlalu ketat.
Pernah mengalami mastitis sebelumnya.
Mengalami kelelahan yang ekstrim.
Beberapa kondisi tersebut meningkatkan risiko terjadinya penumpukan ASI baik di salah satu atau kedua payudara Mama. Tentunya ini bisa menyebabkan infeksi di jaringan payudara.
6. Bagaimana cara mendiagnosis mastitis pada ibu menyusui?
Freepik/freepik
Sejauh ini, kasus mastitis hanya bisa didiagnosis secara medis ya Ma. Biasanya dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai kondisi Mama, lalu melakukan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan bertanya mengenai gejala apa saja yang dirasakan dan riwayat kesehatan Mama.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter akan membuat diagnosis untuk kondisi Mama.
Jika infeksi yang terjadi cukup parah, kemungkinan Mama akan diminta untuk memberikan sampel ASI. Hal ini untuk dilakukan pengujian sampel dan mencari tahu bakteri apa yang menjadi penyebabnya. Dengan begitu, dokter akan lebih mudah memberikan resep obat terbaik yang sesuai dengan kondisi Mama, seperti dilansir dari American Family Physician.
Karena menurut para ahli, gejala yang timbul akibat infeksi mastitis hampir mirip dengan kanker payudara.
Jika perawatan dan pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi mastitis tidak membuat kondisi Mama membaik, ada kemungkinan dokter akan menyarankan tes kanker.
7. Pengobatan dan perawatan apa yang bisa dilakukan untuk menanganinya?
Pexels/karolina-grabowska
Beberapa jenis obat yang mungkin diresepkan oleh dokter untuk mengobati mastitis diantaranya:
Antibiotik
Antibiotik tertentu dapat membasmi infeksi bakteri penyebab mastitis. Tapi, perlu diingat bahwa kita tidak bisa mengonsumsi antibiotik apapun tanpa resep dari dokter. Penggunaan obat antibiotik harus di bawah pengawasan medis ya.
Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat bebas yang bisa Mama gunakan untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan pembengkakan yang terjadi akibat mastitis.
Acetaminophen
Acetaminophen juga bisa jadi salah satu obat yang berguna untuk mengurangi rasa sakit dan demam akibat infeksi mastitis.
Pada umumnya, obat-obatan tersebut diresepkan untuk mengatasi infeksi dan meredakan gejala.
Tak perlu khawatir, Mama masih tetap bisa menyusui selama menjalani pengobatan kok. Ini karena, infeksi akibat mastitis terjadi pada jaringan payudara, bukan pada ASI. Selain itu, menyusui juga dipercaya membantu mempercepat proses pengobatan. Tapi untuk lebih amannya, konsultasikan dulu ke dokter ya.
Selain pengobatan, untuk mengatasi mastitis dokter mungkin akan menyarankan Mama melakukan prosedur pembedahan, yang disebut sebagai drainase. Dokter akan membuat sayatan kecil untuk membantu mengeringkan abses yang terbentuk akibat bakteri, di dalam payudara.
8. Cara mencegah terjadinya mastitis saat menyusui
parents.com
Mastitis tentu saja membuat Mama merasa tidak nyaman dan proses menyusui menjadi terhambat. Tapi tak perlu khawatir ya, Ma. Karena ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya mastitis.
Lebih berhati-hati saat menyusui, untuk mencegah iritasi dan kulit pecah-pecah pada puting.
Tetap menyusui langsung dari payudara.
Perhatikan kebersihan payudara.
Jika memakai pompa ASI, gunakan dengan baik dan benar, serta jaga selalu kebersihan alatnya.
Gunakan teknik menyusui yang tepat, dimana hal ini memungkinkan pelekatan yang baik oleh bayi.
Jangan berhenti menyusui secara tiba-tiba.
Gunakan bra menyusui dengan ukuran yang tepat.
Nah, itulah tadi informasi lengkap mengenai mastitis, infeksi payudara yang menghambat proses menyusui.
Pada dasarnya, pengobatan dan perawatan mastitis dilakukan untuk melancarkan kembali aliran ASI. Tapi selain itu, Mama juga perlu mendapatkan istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi dan perbanyak minum air putih, guna mempercepat penyembuhan.