Bisakah Berhubungan Seks Jadi Induksi Alami yang Perlancar Persalinan?
Konsultasikan dengan dokter tentang kapan sebaiknya dilakukan dan posisi seperti apa yang aman
16 Juli 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kelahiran sang buah hati tentu sangat dinantikan oleh para orangtua. Khususnya bagi ibu hamil ingin proses persalinan dapat berlangsung dengan lancar tanpa ada kesulitan apa pun.
Namun, tak semua ibu hamil bisa melakukan persalinan dengan lancar. Akan ada hambatan yang memerlukan waktu sangat lama, bahkan sampai harus mendapat bantuan medis tertentu supaya sang buah hati lahir dengan lancar.
Salah satunya adalah kontraksi yang tak kunjung muncul walau waktu perkiraan sudah semakin dekat. Ini tentu dapat membuat para calon Mama khawatir.
Rangsangan induksi terkadang perlu dilakukan oleh dokter untuk memperlancar proses persalinan. Umumnya induksi dilakukan bila air ketuban pecah sementara kontraksi belum dirasakan.
Proses persalinan yang melalui induksi biasanya lebih menyakitkan dibandingkan secara alami karena menimbulkan rasa nyeri yang terasa sangat sakit. Oleh karena itu, banyak ibu hamil yang berusaha melakukan induksi alami untuk mempercepat waktu persalinan.
Ada beberapa induksi alami yang bisa dilakukan untuk merangsang persalinan agar lebih mudah dan lancar ketika waktunya telah tiba. Salah satu induksi alami yang dilakukan adalah berhubungan seksual di waktu mendekati persalinan.
Namun, benarkah jika melakukannya bisa merangsang persalinan? Untuk mengetahui informasinya lebih lanjut, berikut Popmama.com telah mengulasnya, dilansir dari healthline.com.
1. Berhubungan seks meningkatkan jumlah hormon yang merangsang persalinan
Melansir dari healthline.com, berhubungan seksual ternyata dapat merangsang persalinan dalam beberapa cara berbeda.
Dalam kondisi kehamilan pada trimester kedua atau ketiga, Mama mungkin mengalami rahim yang terasa mengeras atau kontraksi setelah berhubungan seks.
Ini disebabkan kontraksi yang dialami setelah orgasme dapat memicu apa yang disebut Braxton-Hicks atau kontraksi persalinan "palsu". Braxton-Hicks biasanya dapat diatasi dengan beristirahat, minum air, atau mengubah posisi berhubungan seks.
Bukan sekadar mitos, berhubungan seks untuk melancarkan persalinan ternyata memang benar. Hal ini karena ketika berhubungan intim, jumlah hormon dalam tubuh ibu hamil yang merangsang persalinan akan meningkat.
- Hormon prostaglandin yang terdapat dalam semen atau air mani dari pasangan juga dapat merangsang persalinan. Faktanya, para ilmuwan mengatakan bahwa dari semua zat yang mengandung prostaglandin yang diproduksi oleh tubuh, air mani mengandung bentuk yang paling pekat.
Selama hubungan seksual, ketika ejakulasi terjadi di dalam vagina, prostaglandin disimpan di dekat serviks (leher rahim). Hormon ini dapat membantu mematangkan (melunakkan) leher rahim untuk membuka dan melebar sehingga dapat menyebabkan rahim berkontraksi dan sebagai jalan keluarnya bayi.
- Oksitosin adalah hormon yang dilepaskan saat orgasme. Oksitosin juga disebut ‘hormon cinta’ karena berperan dalam hubungan romantis, seks, reproduksi, dan bahkan ikatan antara ibu dan bayi.
Hormon inilah yang akan meningkat dan membuat kontraksi pada ibu hamil sehingga dapat memicu ibu hamil untuk bersalin.
Oksitosin merupakan hormon yang sama yang ditemukan dalam pitocin (bentuk sintesis dari oksitosin). Pitocin adalah obat yang digunakan di rumah sakit untuk menginduksi persalinan sehingga dirasa lebih alami jika Mama meningkatkan hormon cinta untuk merangsang persalinan.
- Di luar itu, kontraksi rahim yang dihasilkan oleh orgasme perempuan juga dapat menyebabkan persalinan. Terkadang terjadi pengetatan di perut bagian bawah setelah berhubungan seks. Ini bisa jadi hanya Braxton-Hicks (kontraksi persalinan ‘palsu’) tetapi jika mendapatkan kekuatan dan ritme yang cukup, maka mungkin akan menjadi kontraksi asli.
Editors' Pick
2. Apa yang dikatakan penelitian?
Dalam sebuah studi pada 2006, sekelompok peneliti meminta sekitar 200 perempuan untuk mencatat aktivitas seksual setelah mereka mencapai usia kehamilan 36 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang aktif secara seksual ketika mendekati waktu persalinan memang cenderung melahirkan lebih cepat dibandingkan mereka yang tidak berhubungan seks.
Tidak hanya itu, kebutuhan akan induksi persalinan juga berkurang.
Dalam sebuah studi pada 2014, sekelompok peneliti mengumpulkan data lebih dari 120 perempuan dengan tanda-tanda persalinan, seperti pendarahan atau ketuban pecah dan mereka ditanya tentang aktivitas seksual mereka pada minggu sebelumnya.
Para peneliti menemukan bahwa usia kehamilan bayi yang lahir dari pasangan yang aktif secara seksual jauh lebih rendah daripada mereka yang lahir dari pasangan yang tidak aktif. Mereka menyimpulkan bahwa hubungan seksual sangat baik untuk membantu melancarkan persalinan.
Di sisi lain, berdasarkan artikel pada 2007 yang diterbitkan di Obstetrics and Gynecology, tidak menunjukkan adanya hubungan antara seks dan persalinan.
Dalam studi tersebut, sekitar 200 perempuan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberi instruksi untuk berhubungan seks di minggu-minggu sebelum melahirkan, sedangkan kelompok lainnya diberikan instrusksi sebaliknya. Tingkat persalinan antara kedua kelompok adalah 55,6 persen dan 52 persen.
Dari penelitian sebelumnya yang juga diterbitkan Obstetrics and Gynecology, para peneliti memeriksa 47 perempuan yang berhubungan seks saat usia kandungan 39 minggu dan 46 perempuan lainnya tidak aktif berhubungan seksual di usia kandungan yang sama.
Usia kehamilan bayi yang lahir dari ibu yang aktif secara seksual sebenarnya sedikit lebih tua (39,9 minggu) dibandingkan dengan yang tidak aktif (39,3 minggu). Tim menyimpulkan bahwa berhubungan seks tidak selalu bisa menginduksi persalinan atau mematangkan serviks.