Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), angka kematian ibu (AKI) saat melahirkan atau maternal mortality cukup tinggi. Tercatat di tahun 2017 ada sekitar 295.000 perempuan di seluruh dunia yang meninggal menjelang atau selama proses persalinan berlangsung (sumber: situs resmi WHO www.who.int).
Di tahun yang sama tercatat ada 810 perempuan meninggal menjelang atau selama proses persalinan berlangsung, per harinya dari seluruh dunia. Sebagian besar kasus kematian ini atau sebanyak 94 % terjadi di negara berkembang yang miskin.
Sementara itu, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia juga masih terbilang cukup tinggi. AKI di Indonesia sampai tahun 2019 masih mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup. Artinya, ada sekitar 305 orang ibu meninggal dalam 100.000 kelahiran hidup.
Fakta yang menyedihkan adalah banyak dari kematian ini sebenarnya dapat dicegah.
Ada berbagai penyebab kematian ibu melahirkan. Mama perlu tahu apa saja penyebab kematian saat melahirkan dan bagaimana cara mencegahnya.
Hal ini penting supaya Mama bisa menghindarinya terutama bagi Mama yang saat ini mungkin sedang menjalani kehamilan.
Untuk lebih jelasnya, simak ulasan yang sudah dirangkum Popmama.com berikut ini.
1. Kondisi kritis saat melahirkan bisa berakibat fatal pada kematian ibu
Freepik/wavebreakmedia-micro
Melahirkan memang bukan proses yang mudah untuk dilakukan. Setiap keluarga pasti menginginkan Mama dan bayi sehat sekaligus selamat setelah melalui proses persalinan.
Namun, terkadang Mama harus menghadapi kondisi kritis saat melahirkan yang bisa berakibat fatal sehingga membuatnya kehilangan nyawa. Kondisi kesehatan Mama saat hamil, selama persalinan, atau dalam kurun waktu 42 hari setelah persalinan (masa nifas) kerap menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI).
Selain itu, kesiapan untuk hamil, pemeriksaan selama kehamilan, serta pertolongan dan perawatan setelah persalinan juga turut andil menjadi penyebab meningkatnya angka kematian ibu.
Editors' Pick
2. Adanya keterbatasan akses ke fasilitas dan pelayanan kesehatan berkualitas
Pexels/Martproduction
Melansir dari www.who.int, WHO menyatakan bahwa risiko kematian ibu tertinggi dialami oleh remaja putri di bawah usia 15 tahun (usia 10-14 tahun). Sedangkan komplikasi kehamilan dan persalinan berisiko tinggi dialami oleh remaja putri usia 10-19 tahun, dibandingkan dengan perempuan usia 20-24 tahun.
Menurut WHO, tingginya angka kematian ibu di beberapa wilayah di dunia mencerminkan ketidaksetaraan dalam akses ke layanan kesehatan yang berkualitas. WHO juga menyoroti adanya kesenjangan antara kaya dan miskin dari tingginya angka kematian ibu.
Sementara itu, dalam jurnal penelitian berjudul Angka Kematian Ibu: Faktor Penyebab dan Upaya Penanganannya, yang ditulis oleh Sali Susiana dari Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus ibu meninggal saat melahirkan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh terbatasnya akses untuk mendapatkan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang berkualitas. Ini terutama bagi ibu yang berada di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).
Kurang meratanya penyediaan fasilitas pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK), pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar (PONED), pos pelayanan terpadu (posyandu), dan unit transfusi darah bisa berakibat fatal bagi kondisi Mama saat melahirkan.
Ditambah lagi akses jalan yang buruk menuju tempat pelayanan kesehatan, khususnya di daerah terpencil. Hal ini membuat Mama sulit menjangkau fasilitas kesehatan sehingga terlambat mendapatkan pertolongan ketika mengalami komplikasi selama kehamilan dan melahirkan.
3. Mengapa sebagian ibu tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang berkualitas?
Freepik/wavebreakmedia-micro
Menurut WHO, para ibu yang tinggal di daerah terpencil adalah yang paling kecil kemungkinannya untuk menerima perawatan kesehatan yang memadai. Hal ini terutama berlaku untuk daerah yang jumlah pekerja kesehatan terampilnya rendah, seperti Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan.
Data WHO menunjukkan bahwa di sebagian besar negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas, lebih dari 90% dari semua kelahiran mendapat manfaat dari kehadiran bidan, dokter, atau perawat terlatih. Sedangkan di beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, tidak sampai setengah dari semua kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan terampil.
Beberapa faktor yang menyebabkan para ibu tidak menerima atau mencari perawatan selama kehamilan dan persalinan, diantaranya:
kemiskinan
tidak terjangkaunya fasilitas kesehatan
kurangnya informasi
layanan yang tidak memadai dan tidak berkualitas
keyakinan dan praktik budaya
Untuk meningkatkan kesehatan ibu, hambatan yang membatasi akses ke layanan kesehatan berkualitas harus diidentifikasi dan ditangani baik di tingkat sistem kesehatan maupun masyarakat.
4. Penyebab umum kematian pada ibu melahirkan
Freepik/Shurkin_son
Melansir dari who.int, umumnya ibu yang meninggal saat melahirkan mengalami komplikasi saat masa kehamilan dan persalinan. Sebagian besar masalah ini berkembang saat hamil dan tidak bisa dicegah atau diobati.
Namun, hal ini bisa juga terjadi jika Mama mempunyai penyakit bawaan dan kondisinya memburuk selama kehamilan. Lebih jelasnya, berikut adalah beberapa penyebab umum ibu meninggal saat melahirkan:
Preeklampsia
Ibu hamil akan diminta untuk mengontrol tekanan darah agar tekanan darah selalu berada di garis normal. Ini karena Mama bisa saja mengalami preeklampsia saat melahirkan.
Preeklampsia terjadi pada Mama yang sedang hamil ditandai dengan gejala tekanan darah tinggi atau hipertensi sehingga arteri yang membawa darah ke plasenta bisa terhambat.
Selain itu, gejala lainnya adalah kadar protein tinggi dalam urine yang jadi tanda kerusakan ginjal atau organ lainnya. Preeklamsia umumnya terjadi pada 20 minggu kehamilan pada perempuan yang punya riwayat tekanan darah tinggi. Jika tidak ditangani, preeklamsia bisa menyebabkan komplikasi pada Mama dan bayi.
Terhambatnya aliran darah tentu akan mengurangi jumlah oksigen dan nutrisi yang diperlukan janin untuk berkembang dan dapat memicu terjadinya eklampsia. Eklampsia adalah terjadinya kejang yang bisa merusak organ vital sehingga bisa menyebabkan koma, kerusakan otak, hingga kematian.
Perdarahan postpartum
Perdarahan postpartum atau postpartum hemorrhage (PPH) adalah pendarahan berat setelah melahirkan dan merupakan kondisi yang serius serta berbahaya.
Berdasarkan data yang dirilis WHO, perdarahan postpartum merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang paling umum terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah.
Umumnya terjadi 24 jam setelah melahirkan tetapi bisa juga 12 mingggu setelahnya. Kondisi ini membuat tekanan darah Mama turun drastis dan dapat berujung pada kematian.
Perdarahan berat ini bisa disebabkan karena berbagai macam hal. Mulai dari vagina atau leher rahim yang robek, terjadinya ruptur atau robekan uteri, rahim tidak berkontraksi setelah melahirkan atau atonia uteri, hingga adanya masalah plasenta selama kehamilan seperti abrupsio plasenta.
Emboli paru
Emboli paru adalah kondisi darah yang menggumpal dan menghalangi pembuluh darah sehingga membeku di paru-paru. Awalnya terjadi di kaki dan terus menyebar ke jantung dan paru-paru.
Emboli paru bisa berkembang setelah Mama hamil melahirkan dan lebih berisiko pada operasi caesar.
Risiko pada Mama hamil disebabkan oleh berat bayi yang menekan pembuluh darah di panggul sehingga memperlambat aliran darah dari kaki. Gumpalan lebih mungkin terbentuk saat darah melambat dan menggenang.
Emboli paru akan membuat kadar oksigen dalam darah menjadi rendah sehingga akan menimbulkan gejala seperti sesak napas dan nyeri dada. Organ tubuh yang tidak mendapatkan cukup oksigen bisa mengalami kerusakan dan ini yang kemudian bisa menyebabkan kematian.
Adanya infeksi
Aborsi bisa menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu. Mama bisa saja mendapatkan infeksi dari aborsi yang tidak aman. Infeksi juga bisa terjadi akibat proses persalinan yang sangat lama.
Hal lain penyebab infeksi adalah kurangnya pemahaman dan informasi tentang kebersihan pribadi serta cara merawat tubuh Mama saat menjelang melahirkan. Infeksi yang terjadi lama tanpa penanganan lebih lanjut dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian pada ibu melahirkan.
Kardiomiopati postpartum
Ibu hamil yang menderita penyakit jantung lebih berisiko tinggi mengalami kematian setelah melahirkan, terutama jika mengalami kardiomiopoti postpartum.
Kardiomiopati merupakan penyakit otot jantung yang membuat jantung menjadi lebih besar, lebih tebal dan juga lebih kaku. Kondisi jantung seperti ini dapat membuat jantung menjadi lemah dan tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh dengan baik.
5. Cara untuk mencegah kematian ibu melahirkan
Freepik/Gpointstudio
Langkah-langkah utama yang dapat membantu mengurangi angka kematian ibu, diantaranya:
Memastikan setiap perempuan mendapatkan akses mudah, cepat, dan berkualitas tinggi terhadap perawatan prenatal menjelang persalinan,
Memastikan setiap perempuan mendapatkan akses terhadap tenaga kesehatan yang terampil saat persalinan dan perawatan beberapa minggu setelah proses persalinan usai,
Memastikan akses yang mudah terhadap rumah sakit atau klinik persalinan yang berkualitas, serta
Akses dan pemberdayaan program Keluarga Berencana.
Risiko ibu meninggal saat atau setelah melahirkan dapat dikurangi secara signifikan jika masalah pada kehamilan segera ditanggulangi sejak dini. Usahakan juga untuk menjalani proses melahirkan di rumah sakit atau klinik yang terpercaya bila Mama memiliki kondisi kesehatan tertentu ketimbang melahirkan di rumah.
Hal ini karena bila terjadi komplikasi tertentu selama persalinan di rumah sakit, maka penanganan bisa segera diberikan. Sementara jika Mama melahirkan di rumah, peralatan yang ada mungkin tidak begitu memadai seperti di rumah sakit atau klinik.
Perdarahan hebat setelah lahir dapat berisiko buruk pada Mama yang sehat dalam beberapa jam saja jika dibiarkan tanpa pengawasan. Menyuntikkan oksitosin segera setelah melahirkan juga secara efektif mengurangi risiko perdarahan.
Sementara itu, masalah infeksi setelah melahirkan bisa dikurangi jika kebersihan yang baik dijaga dengan ketat selama proses kelahiran. Tanda-tanda awal infeksi pun dapat dideteksi dan ditanggulani secara tepat waktu.
Untuk menghindari kematian ibu melahirkan, penting juga untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan terlalu dini. Kesehatan Mama dan bayi adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain.
Untuk menurunkan risiko kematian Mama saat hamil, sebisa mungkin lakukan pemeriksaan dan kontrol kehamilan ke dokter secara rutin. Selain itu, terapkan pola hidup yang sehat, baik sebelum hamil, selama hamil, maupun setelah melahirkan.
Sangat penting untuk memastikan bahwa semua kelahiran dapat dibantu oleh tenaga profesional kesehatan yang terampil. Tujuannya agar jika ditemukan masalah terkait kehamilan dan persalinan akan dapat ditanggulangi tepat waktu.
Itulah informasi mengenai kematian ibu melahirkan. Semoga informasi dari Popmama.com ini bisa membuat Mama, terutama yang saat ini menjalani kehamilan, bisa menyiapkan persalinan dengan lebih baik supaya bisa menghindari masalah tersebut.