Baby bluesmerupakan kondisi di mana seorang Mama mengalami masalah psikologis usai melahirkan. Biasanya baby blues ditandai dengan perubahan suasana hati yang begitu cepat, sehingga Mama menjadi lebih sensitif akan banyak hal.
Kondisi ini sebenarnya normal terjadi pada setiap Mama usai melahirkan. Namun bukan hanya membuat suasana hati berubah-ubah saja, baby blues juga dapat memengaruhi kesehatan mental Mama.
Menurut Arina Megumi Budiani, M.Psi. selaku Psikolog Morula IVF Jakarta, lewat Popmama Talk ia menjelaskan bahwa baby blues yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan masalah kesehatan mental yang lebih serius.
Baby blues sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga. Istilah tersebut merujuk pada kondisi dimana seorang Mama dapat mengalami perubahan suasana hati secara cepat alias mood swing.
Suasana hati yang cepat berubah-ubah ini sebenarnya normal terjadi pada perempuan, apalagi pada Mama yang baru saja melahirkan. Adanya perubahan hormon usai melahirkan dapat memengaruhi suasana hati Mama.
”Pada dasarnya baby blues itu bisa dianggap normal karena memang setelah melahirkan, wajar sekali ada lonjakan hormon yang cukup tinggi dan itu biasanya terjadi pada ibu-ibu yang baru melahirkan,” kata Arina Megumi Budiani, M.Psi., Psikolog.
Editors' Pick
2. Gejala baby blues yang biasa dialami
Freepik
Setiap Mama yang baru melahirkan memang tidak selalu mengalami baby blues. Ada beberapa kondisi dan gejala yang menandakan Mama yang baru lahir mengalami kondisi ini.
“Memang biasanya kemudian ada ketidaknyamanan yang dirasakan oleh Ibu seperti, misalnya mudah merasa sensitif, mudah cemas, terus mungkin mudah merasa mood swing atau kadang-kadang juga jadi mudah lupa dan sebagainya,” tambahnya.
Mama yang mengalami baby blues akan menjadi lebih sensitif, sehingga akan lebih mudah cemas, mudah senang, dan mudah sedih dengan cepat. Bahkan baby blues juga dapat menyebabkan Mama menjadi mudah lupa.
Memang selain dipengaruhi oleh hormon, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seorang yang baru melahirkan mengalami baby blues. Namun, beberapa faktor eksternal dapat memicu baby blues, seperti kurangnya dukungan dari orang-orang sekitar hingga sulitnya adaptasi dengan kehidupan yang baru.
3. Baby blues dapat menyebabkan gejala kesehatan mental yang lebih parah
freepik/senivpetro
Baby blues memang normal terjadi usai melahirkan, namun seorang Mama yang mengalami kondisi ini butuh penanganan dan perhatian yang tepat. Karena perasaannya lebih sensitif, butuh validasi perasaan dan pengertian yang baik agar kondisi ini bisa mereda secara perlahan.
Jika tidak ditangani dengan baik, baby blues dapat berkelanjutan dan menyebabkan gejala gangguan mental yang lebih serius. Seperti yang dikatakan oleh Arina dalam Popmama Talk, kondisi baby blues yang awalnya terjadi justru dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang lain.
“Ketika ini tidak tertangani atau misalnya ini berkelanjutan dalam kondisi yang terus-menerus parah tidak ada support dan sebagainya itu yang dikhawatirkan nanti bisa masuk ke gejala yang lebih parah seperti postpartum depression, anxiety atau ke psikosis,” ungkapnya.
Seorang Mama yang mengalami baby blues membutuhkan peran dan dukungan dari orang-orang sekitar. Jika semakin tertekan akibat kondisi yang dialaminya, baby blues justru memicu gejala yang lebih parah seperti:
Postpartum depression: gangguan mental depresi yang terjadi pasca melahirkan,
Anxiety disorder: gangguan mental yang menyebabkan perasaan cemas dan ketakutan berlebih,
Psikosis: gangguan mental yang menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan imajinasi dan realita.
4. Apakah baby blues akan mengganggu keseharian Mama?
Freepik
Memiliki suasana hati yang berubah-ubah tidak menutup kemungkinan produktivitas dan keseharian Mama akan terganggu. Namun dalam kondisi baby blues yang normal, umumnya seorang Mama masih bisa menjalani hari-harinya sebagai orangtua.
“Bisa dibilang stabil gitu ya, tidak selalu seperti itu (mudah sensitif dan cemas hingga mood swing) dan biasanya memang masih menikmati sehari-harinya perannya sebagai ibu,” jelas Arina.
Arina mengatakan bahwa seorang Mama yang mengalami baby blues tidak selalu mengalami gejala-gejalanya. Ada situasi dan kondisi yang memicu baby blues muncul.
Jika kondisi dan suasana hati baik, Mama dapat melakukan kegiatan dan perannya dalam merawat dan menjaga si Kecil seperti biasa. Mama juga dapat melakukan hal-hal lain, untuk menjaga suasana hati tetap baik asalkan tidak mendapat tekanan dan paksaan.
5. Kapan baby blues biasa terjadi?
Popmama.com/Hari Firmanto
Baby blues dapat terjadi pada seorang yang baru saja melahirkan, namun umumnya tidak langsung terjadi begitu saja. Ada jeda waktu beberapa hari hingga baby blues muncul.
Untuk menandai apakah baby blues muncul atau tidak, Mama dapat mengidentifikasi beberapa gejala awalnya. Biasanya baby blues juga berlangsung hanya sesaat, apalagi jika selama mengalami kondisi ini ada banyak dukungan dan bantuan yang diterima.
“Biasanya itu terjadi hanya beberapa hari, mungkin biasanya start nya nggak langsung setelah melahirkan. Tiga sampai lima hari setelah itu, tapi biasanya tidak akan lebih dari dua minggu dan gejalanya tuh sangat ringan,” jelas Arina.
Baby blues dapat berangsung-angsur menghilang dalam waktu dua minggu. Jika kondisi psikologis tidak kunjung membaik setelah dua minggu bahkan lebih, butuh pertolongan lebih lanjut dengan ahli agar kondisi mental Mama tidak semakin memburuk.
Nah, itu dia penjelasan mengapa baby blues bisa berpengaruh pada kesehatan mental usai melahirkan menurut psikolog. Agar baby blues berlangsung dengan cepat, pastikan adanya dukungan dari suami dan orang-orang terdekat agar gejalanya tidak semakin parah.
Untuk penjelasan yang lebih lengkap, Mama dapat menonton pembahasannya dalam Popmama Talk edisi Oktober 2024 yang tersedia di Youtube Popmama.com.