Eksklusif: Alasan Ibu Menyusui Butuh Support System, Bukan Hanya dari Suami Saja

Tidak hanya suami, kira-kira siapa saja support system bagi ibu menyusui?

14 Agustus 2023

Eksklusif Alasan Ibu Menyusui Butuh Support System, Bukan Ha dari Suami Saja
Popmama.com/Mitchelle Aura Alridzk

ASI merupakan asupan utama yang perlu diberikan Mama pasca melahirkan si Kecil. Setidaknya, bayi harus memperoleh ASI eksklusif hingga usianya menginjak enam bulan.

Nah, untuk memperlancar proses menyusui, dibutuhkan supporting system atau dukungan dari berbagai pihak. Sebagian orang mungkin akan berpendapat dukungan dari pasangan sangat memengaruhi proses menyusui seorang ibu.

Pernyataan tersebut memang benar adanya. Namun, tak bisa dipungkiri pula bahwa dukungan dari orang-orang terdekat seperti anggota keluarga juga tidak kalah penting.

Tanpa adanya dukungan dari orang-orang tersayang, ibu menyusui kemungkinan besar dapat mengalami kelelahan secara emosional, fisik, atau bisa pula merasa tidak percaya diri.

Nah, kali ini Popmama.com siap membahas alasan ibu menyusui butuh support system merangkum dari Podcast Popmama Talk yang dilakukan bersama dr. Ameetha Drupadi, CIMI selaku Dokter Laktasi.

1. Suami menjadi orang nomor satu yang harus mendukung istri ketika menyusui

1. Suami menjadi orang nomor satu harus mendukung istri ketika menyusui
Popmama.com/Mitchelle Aura Alridzk

Support system yang paling utama bagi ibu menyusui adalah pasangannya. Maka dari itu, suami perlu memberi dukungan penuh kepada istri agar proses mengASIhi berjalan lancar.

“Iya jadi dukungan suami ini sangat penting sekali. Apalagi, namanya menyusui itu ada dua hormon yang bekerja, hormon prolaktin dan oksitosin. Di mana prolaktin untuk memproduksi ASI berhubungan sama oksitosin untuk mengeluarkan ASI,” kata dr. Ameetha Drupadi.

Oksitosin merupakan hormon cinta yang berkaitan dengan kasih sayang, emosi baik, dan keterikatan antara manusia. Ketika Mama sedang berada di fase menyusui, suami menjadi orang nomor satu yang harus memberikan dorongan pendukung.

“Ketika menyusui, itu orang nomor satu yang harus mendukung banget,” tegasnya.

Editors' Pick

2. Mama bisa berbagi peran dengan Papa dalam mengasuh anak

2. Mama bisa berbagi peran Papa dalam mengasuh anak
Popmama.com/Mitchelle Aura Alridzk

Ketika berada di fase menyusui, pasti Mama akan mengalami perubahan aktivitas secara drastis. Selain dapat memicu berkurangnya jam tidur, Mama juga dituntut untuk bisa multitasking dalam merawat si Kecil.

Di sini lah peran suami sangat dibutuhkan untuk membantu istri agar tidak merasa terbebani seorang diri. Bagaimana pun juga, anak merupakan tanggung jawab Mama dan Papa yang harus mengurusnya bersama-sama.

“Misalnya Mama habis menyusui, suami bisa ambil peran dengan menggendong bayi atau membantu menyendawakan. Selagi bayi sama suami, Mama bisa take a break untuk menyiapkan tenaga sebelum waktu menyusui berikutnya,” saran dr. Ameetha Drupadi.

3. Selain dukungan suami, anggota keluarga di rumah juga perlu membantu

3. Selain dukungan suami, anggota keluarga rumah juga perlu membantu
Popmama.com/Mitchelle Aura Alridzk

Perlu diketahui bahwa dukungan suami bukan menjadi satu-satunya yang diperlukan ibu menyusui. Orang-orang terdekat, khususnya keluarga, juga memegang peranan penting dalam mensukseskan pemberian ASI.

“Dukungan dari semua pihak itu penting sekali. Tapi, yang paling krusial adalah dukungan orang terdekat. Pertama itu suami dan kedua adalah keluarga di rumah. Yang di rumah mungkin ada nenek, ibu mertua, atau saudara lain itu harus support. Harus aware ada Mama yang sedang berjuang menyusui,” ujar dr. Ameetha Drupadi.

Setidaknya, anggota keluarga yang ada di rumah juga perlu membantu agar ibu menyusui tidak merasa kewalahan. Tidak ada salahnya untuk menawarkan bantuan jika melihat ibu menyusui merasa kesulitan dalam melakukan sesuatu.

“Orang di rumah harus tawarkan bantuan. Mungkin eyang atau neneknya bisa bantu menyuapkan makan, menyiapkan makan yang gizinya lebih baik untuk dikonsumsi ibu menyusui. Karena kita tahu ibu menyusui perlu asupan makanan yang gizinya lengkap. Bisa pemberian dukungannya lewat itu,” jelasnya.

4. Jangan sampai ibu menyusui mendengar komentar negatif yang membuatnya sedih

4. Jangan sampai ibu menyusui mendengar komentar negatif membuat sedih
Popmama.com/Mitchelle Aura Alridzk

Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh Mama akan menurun drastis. Penurunan hormon inilah yang dapat memicu terjadinya perubahan suasana hati dan kondisi emosional tidak stabil.

Maka dari itu, anggota keluarga di rumah harus belajar mengendalikan segala perkataan yang keluar dari mulut, apalagi jika perkataan negatif didengar langsung oleh ibu menyusui. Jangan sampai komentar yang dilontarkan dapat membuat ibu menyusui merasa sedih.

“Jangan sampai ibu menyusui mendengar informasi yang tidak menyenangkan. Misalnya komentar seperti, ‘ah bayinya nangis terus tuh pasti ASI kamu gak ada’, ‘sudah ganti aja dengan susu formula, nggak usah ASI’. Akhirnya perkataan itu yang membuat Mama jadi sedih,” ungkap dr. Ameetha Drupadi.

5. Edukasi laktasi bisa dilakukan sejak kehamilan memasuki usia 28 minggu

5. Edukasi laktasi bisa dilakukan sejak kehamilan memasuki usia 28 minggu
Popmama.com/Mitchelle Aura Alridzk

Rupanya, menghindari komentar-komentar negatif dari orang terdekat seputar menyusui bisa dilakukan sejak Mama hamil, lho. dr. Ameetha Drupadi menyarankan sejak usia 28 minggu kehamilan, hendaknya ibu hamil bisa segera konsultasi laktasi ke ahlinya.

Tak hanya seorang diri, Mama juga perlu membawa semua pihak keluarga atau support system yang nantinya terlibat. Hal ini dilakukan demi meminimalisir terjadinya disinformasi ke depannya.

“Jadi harus konseling bawa keluarga untuk edukasi laktasi. Butuh orang ketiga yang ngasih tahu. Namanya juga orangtua, bagaimana pun juga pasti informasi yang lebih dipercaya datang dari ahli yang notabene-nya adalah orang ketiga,” pungkasnya.

Nah, jadi itu dia pembahasan tentang support system ibu menyusui yang nyatanya tidak hanya datang dari suami, tetapi juga anggota keluarga terdekat.

Bentuk dukungan yang diberikan pun tidak melulu lewat aksi, tetapi juga bisa dengan menjaga perkataan agar tidak menyakiti hati ibu menyusui.

Selain itu, penting untuk mengetahui tentang mitos dan fakta seputar menyusui agar tidak terjadi misinformasi. Cari tahu penjelasan selengkapnya lewat video Podcast Popmama Talk:

Baca juga:

Popmama Star

Podcast Popmama Talk: dr. Ameetha Drupadi, CIMI
Popmama Star

Podcast Popmama Talk: dr. Ameetha Drupadi, CIMI

Pekan ASI Sedunia 2023: Mitos dan Fakta Menyusui

The Latest