7 Tips Puasa bagi Ibu Menyusui menurut Konselor Laktasi
Ibu menyusui bisa membatalkan puasa jika kondisi kesehatan ibu dan bayi mengalami penurunan
8 Februari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang dikonsumsi bayi, terlebih saat usia enam bulan pertama. ASI mempunyai banyak manfaat penting yang dibutuhkan bayi dalam proses tumbuh kembangnya, seperti membantu perkembangan otak bayi, meningkatkan perkembangan kognitif, hingga meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Di bulan suci Ramadan ini, wajib bagi umat muslim yang telah balig, sehat, dan berakal untuk menjalankan ibadah puasa. Bagi Mama yang masih dalam masa menyusui, mungkin sebagian dari kalian bertanya apakah ibu menyusui boleh berpuasa? Apakah nantinya akan berdampak pada gizi dari ASI yang diminum si Kecil?
Pasalnya saat berpuasa, tubuh akan lebih banyak kehilangan cairan akibat dari perubahan pola makan dan tidur. Untuk menjawab rasa penasaran Mama, belum lama ini Popmama.com berkesempatan berbincang dengan dr. Ameetha Drupadi CIMI selaku Konselor Laktasi Mayapada Hospital Jakarta Selatan.
Diskusi seru yang dilakukan lewat sesi Popmama Talk via Instagram Live ini membahas topik terkait ‘Tips Puasa bagi Ibu Menyusui’. Berikut Popmama.com telah merangkum pembahasan selengkapnya.
1. Enam bulan pertama menyusui disarankan untuk mengambil keringanan tidak berpuasa
Pertanyaan umum yang paling sering ditanyakan oleh kebanyakan ibu menyusui, khususnya para Mama baru adalah bolehkah ibu menyusui melakukan puasa? Dan kira-kira apa saja syarat yang harus dilakukan agar ibu menyusui bisa berpuasa?
dr. Ameetha menjawab jika ibu menyusui yang sudah selesai masa nifasnya, boleh berpuasa, namun harus kembali melihat kesanggupan dalam dirinya. Apalagi setelah Mama melahirkan, banyak tenaga yang hilang sehingga harus segera digantikan asupannya.
Kendati demikian, dr. Ameetha menyarankan ibu menyusui untuk enam bulan pertama mengambil keringanan dengan tidak berpuasa karena bayi masih bergantung pada ASI eksklusif.
“Jadi kalau puasa selama Mama ini bisa memenuhi kebutuhannya itu bisa saja. Cuman karena enam bulan pertama masih masa ASI eksklusif, disarankan mengambil keringanan untuk tidak berpuasa. Sehingga Mama bisa mencukupi kebutuhan asupan nutrisi demi memenuhi kualitas ASI untuk buah hati,” kata dr. Ameetha.
2. Penting untuk mengkonsultasikan keadaan Mama dan bayi pasca melahirkan
Sebelum membuat keputusan untuk berpuasa atau tidak, sebaiknya Mama melakukan konsultasi terlebih dahulu ke dokter untuk mengetahui keadaan mama dan bayi pasca melahirkan.
Meski Mama dan si Kecil dalam keadaan baik dan dikatakan sehat, asupan nutrisi ASI juga harus sama seperti saat tidak berpuasa.
“Ketika menyusui, kebutuhan kalori bisa meningkat hingga 300-500 per hari. Jadi seharinya ibu menyusui harus memenuhi 2500-2800 kalori yang memang cukup banyak,” ujar dr. Ameetha.
Editors' Pick
3. Makanan berprotein tinggi harus dikonsumsi ibu menyusui agar produksi ASI bisa lancar
Makanan penting yang bisa dikonsumsi saat sahur agar produksi ASI bisa lancar ialah menu makanan bergizi seimbang. Selain mengonsumsi makanan gizi seimbang, ibu menyusui juga perlu menambah asupan protein, bisa dari protein hewani maupun nabati.
“Saat sahur disarankan makan gizi seimbang dan ditambahkan protein. Jadi pas sahur bisa makan double atau triple protein, bisa diperoleh dari protein hewani dan protein nabati, serta jangan lupa karbohidrat dan sayuran,” tutur dr. Ameetha.
Protein mempunyai peranan penting lantaran bisa meningkatkan kualitas ASI. Kemudian, dr. Ameetha mengatakan bahwa Mama harus menghindari makan makanan pedas atau berminyak ketika sahur.
Makanan yang digoreng atau berminyak dinilai bisa membuat Mama cepat haus karena menarik cairan dalam tubuh, sehingga membuat tubuh cepat lapar.
Jangan lupakan juga asupan cairan sebelum memulai puasa. Setidaknya ibu menyusui membutuhkan dua setengah liter cairan per hari, sehingga pas sahur harus minum minimal empat gelas air mineral.
4. Ibu menyusui boleh membatalkan puasa jika kondisi tubuh tidak mendukung
Masyarakat Indonesia umumnya menjalankan puasa selama 13 jam lamanya. Jangan sampai ibu menyusui yang berpuasa justru mengonsumsi asupan yang kurang, baik saat berbuka maupun sahur.
Jika tubuh merasa lemas di tengah puasa, bisa dikarenakan adanya kekurangan cairan dalam tubuh. Kurangnya cairan akan memicu sakit kepala dan mempengaruhi produksi ASI yang berkurang. Jika kondisinya sudah seperti ini, maka ibu menyusui boleh membatalkan puasa.
Selain itu, kesehatan bayi juga penting dalam menentuhkan apakah ibu menyusui sebaiknya melanjutkan puasanya atau tidak.
“Kalau memang ada kendala yang berdampak kepada bayinya, seperti bayinya jadi rewel, nggak bisa tidur, nangis terus-terusan. Kalau kondisinya sudah disitu sebaiknya kita membatalkan puasa dulu. Karena dalam agama pun dikasih keringanan untuk tidak berpuasa demi kesehatan ibu dan bayi,” jelas dr. Ameetha.
5. Waktu terbaik pumping saat puasa adalah malam hari
Sering kali ibu menyusui memiliki kesibukan di luar, sehingga memilih alternatif pumping atau memompa ASI agar si Kecil tetap bisa menyusui. Masalah ASI yang sering ditemui saat ibu menyusui berpuasa ialah kurangnya produksi ASI, hingga tekstur air susu lebih encer dibanding biasanya.
Bagi Mama yang memiliki kesibukan di luar dan memiliki bayi usia lebih dari enam bulan, dr. Ameetha menyarankan agar si Kecil diberi asupan lewat MPASI lalu baru setelah itu bisa diberikan ASI hasil dari pumping.
Sedangkan untuk bayi yang masih dalam masa ASI eksklusif, jika pas pumping ASI terdapat kendala penurunan jumlah ASI, maka disarankan untuk membatalkan puasa dan makan makanan bergizi seimbang agar produksi ASI lancar.
“Jika pas pumping lagi kondisi puasa dan ada kendala penurunan jumlah asi, maka bisa ambil keringanan untuk tidak berpuasa. Apalagi kalau perubahan produksi berkurang hampir setengahnya, lebih baik segera penuhi asupan agar bayi bisa makan. Kalau bayi di masa MPASI, bisa kenyangkan lewat makanan pendamping,” ungkap dr. Ameetha.
Lebih lanjut, dr. Ameetha juga menyarankan untuk ibu menyusui melakukan pumping di malam hari beberapa jam setelah berbuka puasa. Mengingat kondisi tubuh yang sudah tercukupi kebutuhan asupannya.
6. Disarankan berbuka puasa dengan makanan berbahan dasar gula alami, seperti kurma
Saat berbuka puasa, ibu menyusui dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang terbuat dari gula sederhana atau gula alami. Gula sederhana diyakini memiliki kandungan kalori yang tinggi dan bisa bertahan lama dalam tubuh. Salah satu contoh gula sederhana adalah kurma.
“Bisa ikuti sunah nabi dengan makan kurma tiga butir atau lima butir. Habis itu dianjurkan salat dulu baru setelah itu makan. Karena kalau langsung makan utama dikhawatirkan langsung begah dan membuat perut tidak nyaman,” ucap dr. Ameetha.
Selain kurma, gula alami juga bisa didapatkan lewat buah-buahan. Sebagai rekomendasi, Mama bisa membuat sop buah, es buah, atau smoothies agar tubuh merasa segar setelah berbuka puasa.
7. ASI booster saja tidak cukup, ibu menyusui juga harus tetap makan makanan bergizi seimbang
ASI booster sering kali menjadi andalan ibu menyusui karena dapat membantu meningkatkan produksi air susu. Mengonsumsi suplemen atau vitamin yang dapat membantu produksi ASI boleh saja saat berpuasa.
Namun, ibu menyusui tidak boleh melewatkan asupan utama, yaitu makan makanan bergizi seimbang.
“Jangan sampai kita rajin konsumsi ASI booster tapi malah melupakan makanan bergizi seimbang. Sahur harus lengkap asupannya, protein paling penting. Artinya, nggak cukup hanya ASI booster saja. Mama harus melengkapi secara keseluruhan,” pungkas dr. Ameetha.
Demikian informasi terkait 7 tips puasa bagi ibu menyusui. Semoga informasinya membantu ya, Ma!
Baca juga:
- Pilihan Obat Vertigo yang Aman Diminum Ibu Menyusui
- Bolehkah Ibu Menyusui Melakukan Intermittent Fasting?
- 5 Peran Konsultan Laktasi bagi Ibu Menyusui