Euforia Postpartum, Perasaan Bahagia Ekstrem yang Harus Diwaspadai
Jika tidak ditangani dapat menyebabkan depresi dan gangguan bipolar, Ma
12 Maret 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cemas atau khawatir yang muncul saat hamil dan setelah melahirkan adalah hal yang sering terjadi pada para mama. Namun bagaimana jika Mama mengalami hal yang sebaliknya? Alih-alih sedih atau stres, Mama merasa gembira, suasana hati meningkat serta Mama dibanjiri oleh energi.
Mama merasa berenergi, kuat, serta bersemangat. Selain itu juga, Mama tidak merasa lapar atau mengantuk. Meski suasana hati positif itu baik, tetapi bila Mama mengalami gejala seperti disebutkan, Mama perlu waspada. Bisa jadi Mama mengalami hipomania postpartum, sering disebut juga dengan baby pink atau euforia postpartum.
Apakah ini berisiko bagi Mama yang baru melahirkan? Apa yang akan terjadi jika tidak ditangani? Popmama.com akan mengulas soal euforia postpartum atau perasaan bahagia ekstrem setelah melahirkan, khusus untuk Mama.
Apa Itu Euforia Postpartum?
"Euforia postpartum menggambarkan gejala hipomania yang dialami segera setelah melahirkan," kata Benson Munyan, Ph.D., seorang psikolog klinis berlisensi dan asisten profesor psikologi di University of Central Florida.
Mania merupakan kondisi yang terjadi saat pengidap gangguan bipolar merasa sangat bersemangat, baik fisik maupun mental. Pengidap biasanya akan membuat keputusan yang tidak rasional, seperti menghabiskan uang dengan membeli benda yang sangat mahal. Sedangkan hipomania merupakan mania yang lebih ringan dan tidak terlalu ekstrem.
Penelitian yang dipublikasikan secara online oleh Cambridge University Press menemukan sekitar 10 persen perempuan menunjukkan hipomania dalam lima hari pertama setelah melahirkan.
Tidak seperti depresi postpartum, euforia postpartum tidak begitu dipelajari, mungkin karena perubahan suasana hati seringkali bersifat sementara. "Sebagian besar kasus bersifat sementara dan hanya berlangsung selama tiga hari," kata Dana Elborno, M.D., OB-GYN di Rumah Sakit Pusat Pengobatan Northwestern DuPage. Dalam beberapa kasus, ini bisa bertahan beberapa minggu.
Editors' Pick
Gejala Euforia Postpartum
Perasaan bahagia yang ekstrim dan semburan energi bukanlah satu-satunya gejala dari kondisi tersebut. "Para mama yang mengalami euforia postpartum mungkin merasa terganggu dengan tugas tertentu serta menjadi lebih banyak bicara daripada biasanya," kata Dr. Munyan.
Mereka mungkin bergumul dengan pikiran yang bermunculan serta merasa tidak perlu tidur. Perubahan nafsu makan juga bisa terjadi.
Gejala bisa menjadi parah dan bertahan lebih lama. "Jika seorang mama mengembangkan gejala mania yang lebih parah, dia mungkin mulai terlibat dalam perilaku berisiko, tidak menghargai konsekuensi dari tindakannya, atau percaya bahwa dia memiliki kekuatan atau kemampuan khusus," Lori Wasserman, MD, FRCPC, seorang psikiater dan pemimpin program tahap kehidupan reproduksi di Women's College Hospital di Toronto, kata Global News.
Jika hal ini terjadi, kesejahteraan ibu dan bayinya dapat terancam, karena ia mungkin tidak sepenuhnya menyadari atau memahami bahaya dan akibat dari perilakunya.
Jika Tidak Ditangani Dapat Menyebabkan Depresi atau Gangguan Bipolar
Meskipun euforia postpartum seringkali tidak berlangsung lama dan terkadang bersifat hormonal, hal ini penting untuk diatasi karena dapat menjadi indikasi kondisi kesehatan mental yang memerlukan pengobatan.
Ini bisa menjadi gejala episode depresi postpartum atau mungkin merupakan tanda gangguan bipolar, yang keduanya berisiko bagi Mama yang baru melahirkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa Mama yang mengalami euforia ini lebih cenderung mengalami depresi sekitar enam minggu.
Euforia postpartum hipomania dan mania disebut oleh American Psychiatric Association (APA) sebagai episode suasana hati perinatal yang sering kali mengindikasikan gangguan bipolar. Bipolar dapat muncul selama kehamilan atau periode postpartum.
Hipomania postpartum terjadi pada sekitar sembilan hingga 20 persen ibu dengan gangguan bipolar dan dimulai dalam 24 jam setelah melahirkan, menurut March of Dimes. Seringkali disalahartikan sebagai "kebahagiaan normal dalam kehamilan". Mania postpartum diyakini terjadi pada sekitar 0,03 persen orang setelah melahirkan.
Itulah mengapa sangat penting untuk memberitahu dokter mengetahui perubahan suasana hati apa pun yang terjadi setelah melahirkan. Mereka dapat membantu Mama untuk mengatasi perubahan suasana hati ini.
Bagaimana Mengatasi Euforia Postpartum?
Kondisi ini perlu ditangani dengan tepat agar gejala dapat mereda dan tidak menimbulkan kondisi lainnya. Sehingga Mama dapat merawat si Kecil dengan baik.
Lakukan pemeriksaan di rumah sakit terdekat adalah hal yang harus dilakukan pertama kali jika Mama merasakan beberapa gejala euforia postpartum. Selain itu, jangan lupa untuk beristirahat agar Mama dapat memulihkan diri secara fisik maupun mental. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika membutuhkannya.
Dukungan untuk ibu yang baru melahirkan sangatlah penting. Keluarga harus menunjukkan dukungan agar Mama tahu kalau ia dikelilingi oleh orang-orang tersayangnya.
Nah, itulah informasi terkait euforia postpartum atau rasa bahagia ekstrem setelah melahirkan. Jangan ragu untuk berkeluh kesah mengenai kondisi mama dan pastikan mendapatkan asupan nutrisi yang cukup selama masa pemulihan ini.
Semoga informasi ini bermanfaat, Ma!
Baca juga:
- Apakah Mama akan Mengalami Depresi Postpartum pada Kehamilan Kedua?
- Apakah Mama Dapat Menyusui Ketika Mengalami Depresi Pasca Kelahiran?
- Depresi Pasca Menyapih juga Bisa Terjadi, Ini Penyebab dan Gejalanya!