Persalinan merupakan proses yang kompleks dan berisiko bahkan bisa menyebabkan komplikasi setelah proses persalinan.
Salah satu komplikasi yang bisa terjadi adalah inversio uteri. Ini merupakan komplikasi persalinan yang membuat rahim ikut turun dan berputar sehingga menyebabkan bagian atas rahim (fundus) bergerak ke bawah menuju leher rahim atau keluar area vagina, tepat setelah melahirkan. Meski jarang terjadi, komplikasi ini sangat berisiko bagi Mama.
Apa yang menyebabkan inversio uteri terjadi dan bagaimana cara menanganinya? Yuk, cari tahu jawabannya pada ulasan Popmama.com berikut ini:
Apa Itu Inversio Uteri?
Pinterest.com/What You Need To Know About Fevers During Labor
Inversio uteri adalah suatu keadaan di mana rahim perempuan yang baru melahirkan, berputar arah sehingga menyebabkan bagian atas rahim bergerak ke arah bawah menuju leher rahim atau hingga ke luar menuju area vagina.
Meskipun inversio uteri adalah kasus yang jarang terjadi, namun ketika inversio uteri terjadi terdapat risiko tinggi kematian akibat syok dan perdarahan hebat pada Mama yang baru melahirkan.
Editors' Pick
Penyebab Inversio Uteri
Unsplash/Gabriel Tovar
Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan Mama mengalami inversio uteri setelah melahirkan:
Mengedan berlebihan ketika sedang mengeluarkan plasenta.
Adanya tarikan yang terlalu kuat saat mengeluarkan plasenta.
Plasenta tertanam kuat pada dinding rahim.
Persalinan berlangsung sangat lama.
Persalinan prematur.
Tali pusat pendek.
Kondisi rahim abnormal atau lemah.
Memiliki riwayat inversio uteri sebelumnya.
Konsumsi obat relaksan otot selama persalinan.
Plasenta melekat di bagian paling atas dinding rahim.
Tanda-Tanda Mama Mengalami Inversio Uteri
Pixabay/Sanjasy
Agar dapat menangani komplikasi ini dengan cepat, dokter biasanya melihat beberapa gejala setelah proses persalinan. Tanda-tanda itu antara lain:
Keluarnya bagian rahim yang menonjol dari vagina,
setelah melakukan pemeriksaan, rahim tidak berada ditempatnya,
perdarahan dari jalan lahir, pasien kehilangan cukup banyak darah sehingga tekanan darah cepat turun.
Sementara itu, Mama mungkin akan mengalami beberapa hal berikut ini setelah proses persalinan:
Penglihatan tidak fokus,
pusing,
sesak napas,
kedinginan,
kelelahan.
Berdasarkan tingkat keparahannya, inversio uteri dikategorikan menjadi empat macam, yaitu:
Inversi lengkap, kondisi di mana bagian rahim telah mencapai serviks.
Inversi prolaps, kondisi di mana bagian atas rahim terlihat keluar dari vagina.
Inversi total, kondisi di mana rahim dan vagina sama-sama terdorong ke luar.
Inversi tidak lengkap, kondisi di mana bagian atas rahim telah jatuh terbalik, namun tidak satupun dari bagian rahim yang mencapai leher rahim (serviks).
Penanganan Inversio Uteri
Pixabay/Sasin Tipchai
Perlu diketahui, setelah proses melahirkan selesai, pada normalnya plasenta akan terlepas dari dinding rahim. Biasanya sekitar 10-15 menit setelah melahirkan. Namun, pada kasus plasenta yang tidak lepas setelah 30 menit, maka tindakan melepaskan plasenta oleh dokter atau bidan akandiperlukan.
Inversio uteri merupakan kondisi gawat yang harus segera mendapat penanganan. Dokter umumnya akan mendorong bagian atas rahim yang terbalik atau yang ke luar dengan kepalan tangan.
Jika Mama mengalami ini, maka saat ditangani, Mama akan diberikan anestesi umum.
Selain dengan cara manual, posisi rahim akan dikembalikan ke posisi semula dengan operasi oleh dokter yang menangani persalinan.
Reposisi juga dapat dilakukan dengan alat. Dokter dapat menggunakan alat yang berbentuk seperti balon ditambah dengan alat yang akan mengeluarkan tekanan dengan tenaga air.
Balon tersebut akan ditempatkan di dalam area rahim dan dialiri oleh cairan salin untuk mendorong rahim bergerak kembali ke posisi normal.
Setelah tindakan reposisi berhasil, dokter akan terus mengawasi secara ketat untuk memeriksa apakah rahim benar-benar tidak berputar arah atau bergeser lagi. Tidak hanya itu, dokter juga akan memeriksa apakah terdapat perdarahan pada bagian tubuhnya lainnya.
Jika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim, maka mungkin akan dilakukan histerektomi atau pengangkatan rahim.
Jika kondisi ini ditangani dengan operasi, maka pada kehamilan berikutnya Mama akan memerlukan operasi caesar untuk melahirkan.
Inversio uteri umumnya mudah untuk didiagnosis serta penanganan yang cepat sangat penting untuk menangani kondisi ini dan memastikan kesehatan serta kesejahteraan mama.
Jika Mama pernah mengalami inversio uteri, maka Mama berisiko lebih tinggi untuk mengalaminya di persalinan berikutnya. Seperti komplikasi kehamilan lainnya, pastikan dokter mengetahui riwayat persalinan ama sebelumnya. Ini penting agar dokter dapat mempersiapkan untuk kemungkinan terjadi inversio uteri pada persalinan berikutnya.
Namun jangan khawatir, Ma, kenali tanda-tandanya sehingga dokter atau bidan dapat segera menangani.
Itulah beberapa informasi mengenai inversio uteri, komplikasi persalinan yang harus Mama waspadai.