Mengeluarkan Plasenta setelah Kelahiran Bayi, Apakah Akan Menyakitkan?
Bagaimana jika plasenta tertahan setelah melahirkan bayi?
28 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setelah persalinan dan melahirkan, Mama masih harus mengeluarkan plasenta. Mengeluarkan plasenta adalah bagian dari persalinan dan ini sebenarnya merupakan momen yang sangat penting, Ma.
Selama kehamilan, organ yang luar biasa ini menyediakan semua yang dibutuhkan janin (termasuk nutrisi, air, dan oksigen), dan membuang limbah seperti karbon dioksida.
Persalinan plasenta merupakan akhir dari rumah rahim si Kecil, tetapi juga menjadi awal yang baru bagi kehidupan si Kecil di luar rahim.
Bagaimana tahap akhir persalinan atau persalinan plasenta biasanya terjadi, apakah ada rasa sakit dan apa yang terjadi pada plasenta setelah dikeluarkan? Simak terus ulasan Popmama.com berikut ini, Ma.
Apa Artinya Melahirkan Plasenta?
Melahirkan plasenta melalui vagina adalah tahap ketiga dari persalinan dan itu terjadi setelah Mama mendorong bayi ke luar dari jalan lahir. Saat melahirkan plasenta, Mama akan mengalami kontraksi ringan. Kontraksi ini yang akan membantu memisahkan plasenta dari dinding rahim dan menggerakkannya menuju jalan keluar.
Dokter juga dapat membantu mempercepat persalinan plasenta dengan menarik tali pusat dengan lembut menggunakan satu tangan sambil menekan dan meremas rahim dengan tangan lainnya. Atau menekan bagian atas rahim ke bawah, meminta Mama untuk mendorong.
Tahap terakhir persalinan berlangsung sekitar 20 menit. Jika Mama melahirkan dengan operasi caesar, dokter akan mengeluarkannya saat prosedur berlangsung.
Plasenta yang sudah dikeluarkan akan diperiksa untuk memastikannya utuh dan dalam beberapa kasus, akan dikirim ke departemen patologi jika Mama mengalami komplikasi selama persalinan. Jika Mama berencana membawa pulang plasenta, informasikan kepada dokter sebelumnya.
Editors' Pick
Apakah Mama Akan Merasakan Sakit saat Mengeluarkan Plasenta?
Mengeluarkan plasenta terasa seperti mengalami beberapa kontraksi ringan meskipun untungnya, biasanya tidak sakit saat sudah ke luar. Jika dibutuhkan, dokter akan memberikan obat yang akan membantu mendorong kontraksi rahim. Kontraksi rahim dapat mempercepat pengeluaran plasenta, membantu mengecilkan rahim kembali ke ukuran semula dan juga meminimalkan perdarahan.
Setelah plasenta keluar, yang harus dilakukan dokter adalah menjahit robekan vagina atau perineum dan membersihkannya.
Apa yang Terjadi jika Plasenta Tertahan?
Tujuan dari fase ketiga persalinan ini adalah untuk mengeluarkan plasenta dalam waktu sekitar 30 hingga 60 menit setelah bayi keluar. Jika ini tidak terjadi, ini dikenal sebagai retensi plasenta, suatu kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan hebat bahkan fatal dan infeksi serius jika tidak diobati.
Alasan tertahannya plasenta dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. Untuk sebagian perempuan, plasenta mungkin tersangkut di belakang serviks yang tertutup sebagian, menyisakan sedikit ruang untuk keluar.
Dalam kasus lain, plasenta atau sebagian darinya, mungkin masih menempel pada dinding rahim. Pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat plasenta atau mungkin histerektomi jika organ tidak dapat diangkat sendiri.
Untungnya, retensi plasenta sangat jarang terjadi, Ma.
Apa yang Harus Dilakukan dengan Plasenta yang Dikeluarkan?
Setelah melahirkan, plasenta dapat dikirim ke bagian patologi untuk diperiksa jika Mama mengalami komplikasi selama persalinan. Tetapi jika semuanya berjalan lancar, Mama memiliki beberapa pilihan terkait dengan plasenta pasca melahirkan. Beberapa pasien ingin mengonsumsinya dan menguburnya di tempat yang ditentukan, yang merupakan tradisi dalam budaya tertentu. Di Indonesia, masih banyak yang mengubur plasenta di halaman rumah atau tempat khusus.
Mama mungkin pernah mendengar bahwa beberapa perempuan memilih mengonsumsi plasenta. Apa alasannya? Para pendukung praktik ini percaya bahwa dengan mengonsumsinya setelah melahirkan, mereka dapat meminimalkan risiko anemia karena plasenta kaya akan zat besi. Ini dipercaya dapat meningkatkan suplai ASI, menyeimbangkan kembali hormon dan menurunkan kemungkinan depresi pascapersalinan.
Perlu diingat bahwa tidak ada penelitian besar yang mendukung konsumsi plasenta dan pada kenyataannya, mungkin ada beberapa masalah kesehatan terkait dengan praktik ini.
Nah, itu informasi seputar pengeluaran plasenta setelah melahirkan. Cobalah untuk tidak mengkhawatirkan tahap akhir persalinan ini, Ma!
Baca juga:
- Ini Pengaruh Kepribadian Terhadap Proses Persalinan, Cek Faktanya!
- Mama Wajib Tahu, 5 Macam Intervensi Medis saat Proses Persalinan
- Inversio Uteri, Rahim Turun dan Berputar Akibat Komplikasi Persalinan