Pantau Detak Jantung, Kapan Pemantauan Janin dengan CTG Dibutuhkan?
Cari tahu kapan Mama membutuhkannya dan apa risikonya
8 Juli 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setelah sembilan bulan berada di dalam rahim yang hangat dan nyaman, janin bisa menjadi stres karena kontraksi rahim dan tekanan yang kuat melalui panggul mama saat proses persalinan.
Sebagian besar janin akan menghadapinya dengan kuat dan semangat. Namun, beberapa mungkin merespons dengan percepatan detak jantung, gerakan cepat atau melambat, atau tanda-tanda lain yang menunjukkan janin stres.
Pemantauan janin secara elektronik dengan bantuan alat CTG (Cardiotocography) akan memberikan dokter pandangan mengenai bagaimana si Kecil menghadapi persalinan. Namun, Mama perlu mengetahui kapan intervensi medis ini dibutuhkan saat proses persalinan dan apakah Mama dapat menghindarinya.
Yuk, cari tahu jawabannya di ulasan Popmama.com berikut ini mengenai pemantauan janin elektronik dengan CTG:
Apa itu Pemantauan Janin Elektronik?
Ada dua jenis pemantauan janin:
- Auskultasi intermiten yaitu mendengarkan detak jantung janin secara berkala pada waktu-waktu tertentu selama persalinan dengan menggunakan stetoskop khusus atau perangkat doppler, yang diletakkan di perut. Jika Mama memiliki masalah selama persalinan, detak jantung janin mungkin harus lebih sering diperiksa.
- Pemantauan janin elektronik yaitu pemantauan terus menerus tingkat kontraksi dan detak jantung janin selama persalinan. Pemantauan ini menggunakan peralatan khusus yang disebut dengan CTG.
Jenis pemantauan yang akan dilakukan tergantung pada faktor risiko, lama persalinan, dan kebijakan rumah sakit atau dokter.
Editors' Pick
Mengapa Pemantauan Kondisi Janin dengan CTG Harus Dilakukan?
Pemantauan kondisi janin dengan CTG dilakukan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan janin selama persalinan. Berikut beberapa kegunaannya:
- Meyakinkan dokter bahwa aman untuk melanjutkan proses persalinan normal, selama detak jantung normal terdeteksi dan tidak ada masalah lain.
- Memberikan informasi tentang perubahan denyut jantung sehingga dokter dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah yang mendasarinya.
- Memberi informasi apabila Mama berisiko untuk melanjutkan persalinan dan bayi harus segera dilahirkan. Jika pembacaan yang abnormal berlanjut, tes lebih lanjut dapat membantu menentukan penyebab masalah. Jika ditemukan masalah, Mama biasanya akan melahirkan dengan operasi caesar atau persalinan dengan bantuan vakum.
Kapan Pemantauan Janin dengan CTG Dilakukan?
Kebanyakan ahli mengatakan bahwa pemantauan janin dengan CTG tidak diperlukan dalam banyak kasus.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa untuk ibu hamil yang berisiko rendah dengan persalinan tanpa pengobatan, auskultasi atau pemeriksaan jantung janin intermiten adalah cara yang efektif untuk menilai kondisi bayi secara berkala.
Beberapa kondisi ibu hamil berikut ini membutuhkan pemantauan janin dengan CTG:
- Mama sedang diinduksi,
- memilih epidural,
- memiliki faktor risiko lain, seperti adanya mekonium atau janin buang air besar di dalam rahim.
Pedoman terbaru dari American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan pemantauan janin intermiten menggunakan doppler atau stetoskop khusus untuk kehamilan berisiko rendah di mana ibu dan bayi tidak membutuhkan pemantauan konstan.
Jika Mama masuk ke dalam kategori ibu hamil yang berisiko rendah dan mengalami kemajuan secara normal, pemantauan jenis ini tidak dibutuhkan.
Apakah Pemantauan Janin dengan CTG Berisiko?
Pemantauan janin dengan CTG memiliki beberapa risiko juga, Ma, yaitu:
- Dapat membatasi kemampuan mama untuk bangun dan bergerak bebas untuk mengatasi kontraksi selama proses persalinan.
- Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemantauan janin dengan CTG secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko operasi caesar dan intervensi medis lainnya dibandingkan dengan pemantauan intermiten.
- Alarm palsu biasa terjadi pada pemantauan janin dengan CTG. Mesin dapat mulai berbunyi nyaring jika transduser terlepas dari tempatnya, posisi janin bergeser, atau kontraksi tiba-tiba meningkat intensitasnya.
Jika Mama berniat untuk menghindari pemantauan janin dengan CTG, bicarakan dengan dokter di akhir kehamilan.
Meskipun pemantauan terus-menerus tidak lagi harus dilakukan, dalam beberapa kondisi, ini dapat membantu dokter membuat keputusan terbaik untuk kesehatan dan keselamatan bayi.
Nah itulah informasi mengenai pemantauan janin dengan CTG. Semoga informasi ini bermanfaat, Ma.
Baca juga:
- Mama Wajib Tahu, 5 Macam Intervensi Medis saat Proses Persalinan
- Lebih Nyaman, Ini Fakta Persalinan Gentle Caesarean, Ma
- Apakah Penggunaan Fetal Doppler Aman Bagi Janin? Ketahui dulu Faktanya