Studi Terbaru: Virus Covid-19 Bisa Sebabkan Rusaknya Plasenta
Jika plasenta rusak, maka bayi bisa kekurangan nutrisi dan oksigen saat dalam kandungan
28 Mei 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Virus Covid-19 yang merebak dan menjadi pandemi global ini kini menempatkan semua orang pada ceruk-ceruk yang berisiko. Tak terkecuali ibu hamil. WHO menyatakan bahwa ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap penularan virus Covid-19 karena sistem imun tubuh yang lebih lemah.
Sebuah penelitian terbaru menemukan fakta lain yang mengejutkan. Ternyata virus Covid-19 dapat merusak kinerja plasenta. Berikut Popmama.com merangkum informasinya, dilansir dari Business Insider Singapore:
Virus Covid-19 Sebabkan Komplikasi Berujung Kerusakan Plasenta
Sebuah studi dilakukan di Northwestern Medicine Prentice Women’s Hospital di Chicago untuk melihat kondisi plasenta 16 ibu hamil yang terdeteksi positif Covid-19.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan semuanya mengalami kerusakan. Satu kehamilan berakhir dengan keguguran meskipun belum jelas apakah keguguran tersebut dipengaruhi karena Covid-19.
Dari 15 wanita lain yang berhasil bertahan hingga melahirkan, 12 orang plasentanya mengalami malperfusi vaskular atau kondisi yang membatasi aliran darah antara ibu dan janin. Sementara itu, enam orang lainnya memiliki gumpalan darah pada plasentanya.
"Temuan ini mendukung bahwa ada sesuatu yang membentuk gumpalan yang dilakukan oleh virus corona, dan itu ternyata terjadi di plasenta," ujar Dr. Jeffrey Goldstein, ahli patologi dan penulis studi dari Northwestern, seperti yang dikutip dari Reuters.
Akibat kerusakan plasenta ini dapat menyebabkan masalah pertumbuhan dalam rahim, atau dalam kasus yang parah, cedera sistem saraf pusat atau lahir mati (stillbirth).
Editors' Pick
Sang Ibu Terinfeksi Virus Covid-19, Bagaimana Kondisi Bayinya?
Dari penelitian di atas, 15 orang wanita berhasil melahirkan bayi yang sehat. Para bayi itu pun ternyata tidak tertular virus corona alias negatif. Dr. Stephanie Ros, seorang spesialis obgyn dari University of South Florida’s Morsani College of Medicine mengatakan, seharusnya bayi-bayi tersebut tidak mengalami efek negatif jangka panjang.
Namun, masih perlu dilakukan pemantauan secara intenstif dalam melihat perkembangan kasus ibu hamil yang positif Covid-19.
"Kita harus memperlakukan ibu hamil yang terkena Covid-19 sama dengan cara kita memperlakukan ibu hamil dengan penyakit seperti hipertensi. Caranya dengan melakukan pemantauan atau penilaian pertumbuhan janin lebih sering dan intensif, dibandingkan dengan ibu hamil yang sehat," ujar Dr. Ros.