7 Cara Melawan Kekerasan Verbal ketika Suami Body Shaming
Ketika kata-kata menyakitkan datang dari orang terdekat, penting untuk mengetahui cara menjaga diri
11 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernikahan seharusnya menjadi pelabuhan yang aman atau tempat pasangan saling menguatkan dan menghargai satu sama lain. Namun tak jarang, keindahan rumah tangga ternoda oleh kata-kata menyakitkan yang justru terlontar dari sang suami sendiri.
Seiring berjalannya waktu, mungkin kamu mulai merasakan perubahan sikap suami yang kerap membanding-bandingkan penampilan kamu dengan perempuan lain. Komentar-komentar pedas tentang bentuk tubuh, berat badan, atau cara berpakaian mulai menjadi menu harian yang harus kamu telan.
Tanpa disadari, ucapan yang terkesan sepele ini telah masuk ke dalam kategori kekerasan verbal atau emotional abuse yang dapat merusak kesehatan mental. Meski tak meninggalkan bekas luka fisik, dampak dari kekerasan verbal ini yang dilakukan suami bisa membekas jauh ke dalam jiwa.
Maka dari itu berikut Popmama.com rangkuman mengenai cara melawan kekerasan verbal ketika suami body shaming agar kamu tetap terjaga mentalnya.
1. Cari jalan menjauh dari perilaku
Cara melawan kekerasan verbal paling utama adalah pergi menjauh dari perilaku untuk sementara. Ketika kata-kata menyakitkan itu terlontarkan, kamu berhak untuk menunjukkan ketidaknyamanan dengan cara menjauh dari sang suami sejenak.
Sikap ini seringkali mampu membuat suami yang peka menyadari kesalahannya dan merefleksikan dampak dari ucapannya yang melukai perasaan kamu.
2. Komunikasi terbuka dengan suami
Cara kedua untuk melawan kekerasan verbal yang harus diambil adalah mulailah mengungkapkan perasaan sebenarnya dengan lantang pada suami. Hal ini harus dilakukan secara langsung tanpa media sosial untuk menghindari kesalahpahaman.
Jika kamu sudah mencoba hal ini, tetapi sang suami tetap melakukan kekerasan verbal, kamu perlu meminta bantuan kepada pihak ketiiga dari keluarga untuk menyampaikannya.
Editors' Pick
3. Tetap tenang
Meski terasa berat, menjaga ketenangan diri justru menjadi senjata yang ampuh dalam menghadapi kekerasan verbal. Dengan tetap tenang, kamu dapat mencegah konflik yang berkelanjutan dan menghindari situasi yang semakin memanas.
Membalas kata-kata kasar dengan kemarahan hanya akan menciptakan lingkaran setan yang tidak berkesudahan dalam hubungan kamu.
4. Tegas pada diri sendiri
Selain itu,jika cara tetap tenang tidak bisa membantumu maka tegas pada diri sendiri juga mampu untuk melawan kekerasan verbal. Tetapkan batasan yang jelas dengan memberikan peringatan pada suami.
Kamu bisa menyampaikannya dengan kalimat tegas namun tetap santun, misalnya: "Aku tidak ingin dimaki-maki. Jika hal ini terulang, aku akan memberi jarak dalam komunikasi kita."
5. Meningkatkan rasa harga diri
Meningkatkan rasa harga diri juga bisa melawan kekerasan verbal yang sudah terjadi. Dengan harga diri yang tinggi kamu dapat merasa percaya diri dan dihargai.
Mulailah dengan afirmasi positif harian, belajar mempercayai intuisi, dan meluangkan waktu untuk self-care. Ingatlah bahwa kamu berhak merasa percaya diri dan dihargai, terlepas dari kata-kata menyakitkan yang diterima.
6. Hubungi seseorang profesional
Jika cara melawan kekerasan verbal secara mandiri tidak berhasil, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor pernikahan. Mereka dapat memberikan perspektif objektif dan strategi yang tepat untuk mengatasi situasi yang sudah di luar kendali kamu.
7. Tegaskan bahwa ibu menyusui butuh dukungan suami, bukan kekerasan verbal
Dukungan emosional dari suami selama masa menyusui sangat penting untuk kesejahteraan ibu dan kesehatan keluarga. Banyak ibu menghadapi perubahan fisik dan emosional yang bisa menurunkan kepercayaan diri mereka; oleh karena itu, pujian dan pengakuan dari pasangan dapat membantu membangun rasa percaya diri.
Selain itu, dukungan ini juga membantu mengurangi stres dan kecemasan yang sering muncul, menciptakan lingkungan di mana komunikasi terbuka dapat berkembang. Dengan menjadi pendengar yang baik dan memberikan dorongan, suami tidak hanya memperkuat ikatan emosional, tetapi juga berkontribusi pada pengalaman menyusui yang lebih positif dan menyenangkan.
Jadi itulah cara melawan kekerasan verbal ketika suami body shaming. Jika kamu mengalami hal ini, sebaiknya kamu lebih mencintai diri sendiri karena kamu pantas untuk bahagia. Semangat ya!
Baca juga:
- Suami Tidak Boleh Body Shaming Pasca Istri Melahirkan, Ini Alasannya!
- 10 Cara Meningkatkan Kesehatan Mental Melalui Pola Makan yang Sehat
- 11 Cara Mengatasi Commuting Stress, Kunci Menjaga Kesehatan Mental