Hal yang Harus Mama Tahu tentang Depresi Pasca Menyusui
Depresi pasca menyusui adalah kondisi yang sering dialami mama setelah berhenti menyusui
11 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masa-masa setelah menyusui seringkali menjadi periode yang penuh tantangan bagi para ibu. Di balik kebahagiaan telah berhasil memberikan nutrisi terbaik untuk si kecil, ternyata tubuh dan pikiran ibu mengalami perubahan hormonal yang signifikan ketika proses menyusui berakhir.
Perjalanan transisi ini tidak selalu mulus, bahkan beberapa ibu mungkin mengalami gejolak emosi yang lebih dari sekadar baby blues. Maka dari itu Memahami tanda-tanda dan cara mengatasi depresi pasca menyusui menjadi sangat penting untuk kesehatan mental ibu.
Nah, bagi kamu yang penasaran dengan hal yang harus mama tahu tentang depresi pasca menyusui? Berikut Popmama.com rangkum melansir dari vogue dan cleveland.
Editors' Pick
Tanda-Tanda Mengalami Depresi Pasca Menyusui
Depresi pasca menyusui berbeda dengan baby blues yang umumnya berlangsung singkat sekitar 10 hari. Kondisi depresi pasca menyusui ini bisa berlangsung lebih lama, yaitu dari berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Tidak hanya itu saja, depresi ini berpotensi memberi dampak serius bagi kesehatan mental ibu jika tidak ditangani dengan tepat.
Nah, berikut beberapa tanda-tanda jika kamu mengalami depresi pasca menyusui:
- Perasaan sedih berkepanjangan, merasa tidak berharga, putus asa, atau bersalah
- Kecemasan berlebihan dan kegelisahan yang terus-menerus
- Kehilangan minat terhadap hobi atau aktivitas yang biasa dinikmati
- Perubahan drastis pada pola makan
- Gangguan tidur, baik insomnia atau hipersomnia
- Kesulitan berkonsentrasi.
Ini Alasan Depresi Datang Pasca Menyusui
Alasan para ibu mengalami depresi pasca menyusui sangat beragam. Namun secara biologis, depresi tersebut terjadi karena adanya proses menyusui memicu produksi hormon prolaktin dan oksitosin yang berperan penting dalam menciptakan perasaan tenang dan ikatan emosional antara ibu dan bayi.
Ketika proses menyusui berhenti, maka produksi kedua hormon tersebut menurun drastis sementara kadar estrogen meningkat, hingga dapat memicu kembalinya siklus menstruasi dan memengaruhi keseimbangan emosi.