Suami Tidak Boleh Body Shaming Pasca Istri Melahirkan, Ini Alasannya!
Body shaming bukan hanya menyakiti perasaan, tapi juga merusak keharmonisan keluarga
23 Oktober 2024

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Melahirkan adalah proses yang luar biasa sekaligus penuh perjuangan bagi seorang ibu. Namun, sayangnya tidak jarang istri yang baru saja melahirkan harus menghadapi komentar negatif terkait perubahan fisiknya. Perilaku seperti ini, terutama jika datang dari suami dapat digolongkan sebagai bentuk kekerasan verbal.
Kekerasan verbal adalah tindakan menyakiti perasaan atau mental seseorang melalui kata-kata yang tidak menyenangkan atau merendahkan. Kekerasan verbal, termasuk dalam bentuk body shaming yang bisa berdampak serius pada kesehatan mental seorang ibu pasca melahirkan.
Ketika suami mengomentari perubahan tubuh istrinya dengan cara yang negatif hal ini tidak hanya melukai harga diri sang istri tetapi juga mengabaikan betapa berat dan pentingnya peran seorang ibu dalam proses kehamilan dan melahirkan. Padahal, dukungan emosional dari suami sangat diperlukan pada masa-masa ini untuk membantu istri kembali pulih dan merasa dicintai.
Lantas seperti apa alasan suami tidak boleh body shaming pasca Istri Melahirkan? Berikut Popmama.com berikan penjelasannya.
Editors' Pick
Pengertian Body Shaming
Body shaming merupakan bentuk kekerasan verbal yang berupa kritik atau komentar negatif terhadap bentuk fisik seseorang. Tindakan ini dapat berupa komentar tentang seseorang yang dianggap terlalu kurus, gemuk, pendek, atau tinggi.
Body shaming bisa terjadi secara langsung dalam interaksi tatap muka atau secara tidak langsung melalui media sosial dan internet. Pelakunya bisa siapa saja, mulai dari orang terdekat seperti keluarga dan teman, hingga orang yang tidak dikenal sekalipun.
Fenomena body shaming sering terjadi dalam hubungan pernikahan, khususnya ketika suami memberikan komentar negatif tentang perubahan fisik istri setelah melahirkan. Perilaku ini dapat menimbulkan dampak psikologis yang serius bagi korbannya.
Dampak Negatif Suami yang Body Shaming
Ada beberapa dampak serius yang dapat timbul ketika suami melakukan body shaming terhadap istri, yaitu:
- Gangguan Pola Makan: Ketika suami memberikan komentar negatif tentang berat badan istri pasca melahirkan, hal ini dapat memicu gangguan makan. Istri mungkin akan mengurangi asupan makanan secara drastis, yang dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi penting bagi tubuhnya.
- Gangguan Dismorfik Tubuh: Body shaming dapat merusak citra diri seseorang dan menimbulkan rasa tidak percaya diri yang ekstrem. Kondisi ini dapat berkembang menjadi gangguan dismorfik tubuh, di mana seseorang menjadi terobsesi dengan kekurangan dalam penampilannya hingga memunculkan perilaku menghindar yang berulang.
- Kecemasan dan Depresi: Istri yang mengalami body shaming berisiko mengalami kecemasan dan depresi. Hal ini dipicu oleh ketakutan akan kehilangan suami dan kekhawatiran berlebih tentang citra tubuhnya yang dianggap buruk.
- Gangguan Kesehatan Fisik: Diskriminasi negatif yang berkelanjutan dapat memengaruhi kesehatan fisik, termasuk menurunnya fungsi metabolisme tubuh. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan secara keseluruhan.