Hemofilia pada Ibu Hamil: Gejala, Penyebab, Risiko, dan Penanganannya
Hemofilia merupakan penyakit genetik yang bisa diturunkan pada anak
14 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernahkah Mama mendengar penyakit hemofilia? Hemofilia merupakan penyakit genetik yang menyebabkan darah sukar membeku atau tidak membeku dengan cara yang seharusnya akibat tak memiliki cukup protein untuk pembekuan darah.
Ibu hamil harus mewaspadai risiko hemofilia. Sebab, jika seorang perempuan membawa gen hemofilia atau menderita penyakit tersebut, ia dapat memiliki anak dengan kondisi yang sama.
Namun, perencanaan dan tindakan pencegahan yang tepat dapat membantu ibu hamil dengan hemofilia menghindari sejumlah masalah karena risiko hemofilia selama kehamilan.
Kali ini Popmama.com membagikan informasi mengenai hemofilia pada ibu hamil, gejala, penyebab, risiko, dan penanganannya. Simak penjelasannya di bawah ini, yuk Ma!
1. Gejala hemofilia pada ibu hamil
Melansir dari Medical News Today, ibu hamil dapat mengalami gejala dan tanda perdarahan spontan akibat hemofilia yang sama dengan penderita pada umumnya yakni meliputi :
- Memar
- Hematoma, yaitu ketika ada perdarahan ke dalam otot atau jaringan lunak
- Pendarahan dari mulut dan gusi
- Darah dalam tinja
- Darah dalam urin
- Mimisan yang sering dan sulit dihentikan
- Pendarahan setelah vaksinasi atau suntikan lainnya
- Pendarahan ke dalam persendian
Menurut National Organization for Rare Disorders, tingkat keparahan hemofilia juga dapat memengaruhi gejala.
Dalam kasus ringan, gejala hemofilia mungkin tidak muncul sampai dewasa. Itulah sebabnya, ada kasus di mana penyakit ini baru terdeteksi ketika seseorang hamil atau mengalami proses persalinan.
Dalam kasus sedang, tenaga medis biasanya bisa mendiagnosis pada saat penderita tersebut berusia 5 atau 6 tahun. Sedangkan pada kasus yang parah, dokter bisa mendiagnosisnya ketika penderita tersebut masih bayi.
Editors' Pick
2. Penyebab hemofilia
Hemofilia biasanya merupakan kelainan bawaan, di mana seorang penderita sudah mendapat penyakit ini sejak ia lahir.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat menyatakan bahwa hemofilia adalah kondisi resesif terkait seks. Hemofilia cenderung terjadi pada laki-laki. Alasan dari kondisi berkaitan dengan gen yang diturunkan.
Laki-laki mewarisi satu kromosom X dari orangtua perempuan dan satu kromosom Y dari orangtua laki-laki. Perempuan memiliki dua kromosom X, mewarisi satu dari setiap orangtua.
Perubahan genetik yang menyebabkan hemofilia adalah perubahan resesif pada kromosom X. Laki-laki memiliki satu salinan gen dalam kromosom X, dan perempuan memiliki dua salinan.
Akibatnya, laki-laki memiliki peluang 50% untuk mengembangkan hemofilia jika ibu kandung mereka adalah pembawa gen. Jika mereka mewarisi kromosom X yang terkena, mereka menderita hemofilia.
Perempuan juga dapat menderita hemofilia secara aktif. Namun, ini jarang terjadi. Perempuan yang mewarisi hemofilia disebabkan gen yang terkena ada di kedua kromosom X, atau gen yang terkena ada di satu kromosom X, dan tidak aktif atau hilang di kromosom lainnya.
Perempuan dengan satu gen yang terkena hemofilia dapat menjadi pembawa dan menularkan kondisi ini kepada anak-anaknya.
Dalam beberapa kasus, seseorang juga dapat secara spontan mengembangkan mutasi gen yang menyebabkan hemofilia. Dalam kasus ini, orang tersebut tidak memiliki riwayat keluarga dengan kondisi tersebut, dan ibu kandungnya bukan pembawa. Tetapi kasus ini sangat jarang terjadi dan kondisi tersebut disebabkan oleh penyakit autoimun yang menyerang sistem pembekuan darah.