Wajarkah Mengeluarkan Darah seperti Menstruasi saat Hamil?

Jangan panik, cek faktanya terlebih dahulu, Ma!

1 Desember 2024

Wajarkah Mengeluarkan Darah seperti Menstruasi saat Hamil
Freepik/Freepik

Pernahkah Mama mengalami perdarahan saat hamil? Tentu kondisi ini akan menimbulkan rasa khawatir dan sangatlah wajar jika Mama panik.

Pasalnya perdarahan layaknya menstruasi dianggap kondisi tak biasa. Lantas, bagaimana memastikan bahwa perdarahan tersebut berbahaya atau tidak?

Selain itu, di awal usia kandungan trimester pertama, rahim melepaskan lapisan yang telah terbentuk jika terjadi kehamilan. Sehingga jika seorang perempuan mengalami perdarahan rahim selama kehamilan, itu bukan karena menstruasi.

Pada artikel ini, kita akan melihat secara mendalam tentang menstruasi dan kehamilan serta membahas kemungkinan adanya penyebab lain dari perdarahan selama kehamilan.

Melansir dari Medical News Today, berikut Popmama.com rangkumkan penjelasan tentang keluar darah saat hamil seperti menstruasi.

Mari kita simak bersama, Ma.

Bisakah Perempuan Mengalami Menstruasi saat Hamil?

Bisakah Perempuan Mengalami Menstruasi saat Hamil
Freepik/freepik

Tentu tidak bisa, ya, Ma. Sebenarnya penyebab perdarahan selama kehamilan tidak akan pernah disebabkan oleh menstruasi. Seperti yang Mama tahu jika seorang perempuan hamil, sel telur tidak berovulasi sehingga tak ada siklus menstruasi yang dialami oleh ibu hamil. Menstruasi hanya terjadi ketika seseorang tidak hamil.

Meski ada kondisi tertentu d imana perempuan mengalami beberapa perdarahan selama kehamilan, namun ini bukan karena siklus menstruasi mereka.

Beberapa perempuan juga tidak mengalami menstruasi saat menyusui. Namun, proses ovulasi mulai terbentuk lagi segera setelah melahirkan. Siklus menstruasi terjadi untuk memperlancar kehamilan.

Ovulasi terjadi ketika ovarium melepaskan sel telur, terjadi di tengah siklus. Telur hanya bertahan selama sekitar 12-24 jam setelah proses ovulasi. Jika sel sperma hadir dan mampu membuahi sel telur, sel telur akan menanamkan dirinya di dalam rahim hingga terjadi kehamilan.

Jika tak terjadi pembuahan, maka akan terjadi menstruasi dan tubuh akan meluruhkan lapisan rahim sehingga dapat mulai membuat yang baru untuk siklus berikutnya.

Jadi, kalau bukan menstruasi, apa penyebab perdarahan yang dialami ibu hamil? Berikut penjelasannya: 

Editors' Pick

Penyebab Lain Perdarahan selama Kehamilan

Penyebab Lain Perdarahan selama Kehamilan
Pexels/cottonbro

Walau seorang perempuan tidak akan mengalami menstruasi saat hamil, dalam kondisi tertentu mereka bisa mengalami perdarahan.

Meski perdarahan tidak selalu menjadi tanda masalah serius yang mendasarinya. Tetapi, penting untuk Mama memahami penyebab potensial dan mengetahui kapan harus berbicara dengan dokter.

Berikut ini penyebab perdarahan saat hamil yang di kelompokkan ke dalam tahap kehamilan trimester pertama dan setelah usia ke-20 minggu kehamilan: 

 

1. Perdarahan di trimester pertama

1. Perdarahan trimester pertama
Pexels/AndreaPiacquadio

Perdarahan cenderung lebih sering terjadi selama trimester pertama. Beberapa bercak darah dapat terjadi karena implan plasenta di dalam rahim.

Ibu hamil juga bisa mengalami perubahan pada sel-sel serviks selama kehamilannya yang menyebabkan sedikit perdarahan, terutama setelah berhubungan seks.

Sekitar 20 persen perempuan pernah mengalami perdarahan saat hamil, khususnya sekitar 12 minggu pertama kehamilan.

Penyebab lain perdarahan di trimester pertama meliputi:

  • Kehamilan ektopik yang merupakan keadaan darurat medis
  • Adanya infeksi
  • Keguguran
  • Perdarahan subkorionik, juga disebut hematoma subkorionik, ketika perdarahan terjadi di antara dinding rahim dan plasenta
  • Penyakit trofoblas gestasional (GTD), suatu kondisi yang sangat langka yang dapat mensimulasikan kehamilan dengan menyebabkan tumor yang mungkin mengandung jaringan janin abnormal

 

2. Perdarahan di usia ke-20 minggu kehamilan

2. Perdarahan usia ke-20 minggu kehamilan
Freepik

Perlu diwaspadai, ya Ma jika perdarahan masih sering dialami dan berlanjut hingga usia kandungan ke-20. Sebab beberapa kondisi mungkin menandakan adanya masalah kesehatan. 

Adapun penyebab perdarahan pada kehamilan di kisaran usia ke-20 kehamilan lebih biasanya disebabkan karena :

  • Pemeriksaan serviks: Saat Mama melakukan prosedur pemeriksaan serviks, tujuan dokter kandungan melakukan pemeriksaan ini untuk mengecek adanya kelainan atau tidak. Seringnya prosedur ini bisa menyebabkan beberapa perdarahan kecil pada ibu hamil. 
  • Plasenta previa: Ini adalah suatu kondisi yang terjadi ketika implan plasenta perempuan dekat atau pada pembukaan serviks.
  • Persalinan prematur: Selama persalinan, serviks akan melebar, dan rahim akan berkontraksi untuk membantu menggerakkan janin ke bawah. Ini dapat menyebabkan beberapa perdarahan.
  • Hubungan seksual: Kebanyakan perempuan memang dapat terus berhubungan seks saat hamil, namun ada pengecualian jika dokter menyarankan sebaliknya. Ini sebabkan jika ibu hamil mengalami bercak dan perdarahan karena peningkatan sensitivitas jaringan vagina dan serviks.
  • Ruptur uteri: Ini adalah saat rahim robek selama persalinan yang merupakan keadaan darurat medis. Kondisi ini jarang terjadi tetapi lebih mungkin terjadi jika seorang perempuan sebelumnya pernah menjalani operasi caesar atau operasi pada rahim.
  • Solusio plasenta: Ini adalah kondisi di mana plasenta mulai terpisah dari rahim sebelum bayi lahir. Ini juga merupakan keadaan darurat medis.

Jika Mama mengalami perdarahan pada setiap tahap kehamilan, disarankan untuk mencatat warna, jumlah, dan konsistensi perdarahan sebelum melakukan pemeriksaan ke dokter.

Yang Harus Dilakukan Ketika Mengalami Perdarahan saat Hamil Muda

Yang Harus Dilakukan Ketika Mengalami Perdarahan saat Hamil Muda
Freepik/yanalya

Jika terjadi perdarahan pada ibu hamil saat awal kehamilan, penanganan pertama adalah segera melakukan bed rest, jangan sampai Mama kelelahan dengan akibat aktivitas yang terlalu berat. Setelah itu, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan yakni:

  1. Berbaring dan mengurangi aktivitas bahkan meminimalkan waktu berdiri dan berjalan. Jika perlu, mintalah cuti dari pekerjaan.
  2. Pakai pembalut untuk memudahkan Mama menghitung seberapa banyak dan intens perdarahannya. Hindari penggunaan tampon.
  3. Perhatikan warna darah yang keluar misalnya berwarna pink, merah marun, merah cerah, cokelat gelap dan apakah ada gumpalan jaringan atau daging.
  4. Hindari berhubungan seks saat keluar darah dan jangan gunakan pembersih vagina.
  5. Waspadai jika Mama mengalami perdarahan yang deras layaknya darah haid, mengeluarkan darah berwarna merah segar atau disertai kram perut. Selain itu, perhatikan juga perdarahan yang dialami apakah terjadi terus menerus selama kehamilan di trimester pertama.

Jika tidak membaik atau justru semakin memburuk, Mama harus segera memeriksakan diri ke dokter. Apalagi jika terjadi perdarahan dengan rasa sakit yang tak tertahankan atau kram di perut bagian bawah atau panggul.

Selain itu, cek apakah perdarahan disertai dengan keluarnya jaringan dari vagina. Setiap bentuk jaringan yang keluar selama perdarahan sebaiknya jangan dibuang terlebih dahulu untuk memastikan masalah apa yang terjadi saat pemeriksaan medis.

Terlebih jika ibu hamil mengalami perdarahan disertai pusing, demam bahkan pingsan sebaiknya harus segera di bawa ke UGD. 

Jangan menunda untuk melakukan pengobatan, ya, Ma sebab semakin cepat diobati, semakin sedikit risiko mengalami komplikasi selama kehamilan. Namun, jika dibiarkan terlalu lama, perdarahan abnormal pada awal kehamilan bisa menyebabkan keguguran.

Nah, itulah penjelasan tentang keluar darah saat hamil seperti menstruasi. Semoga informasi ini bermanfaat!

Baca juga :

The Latest