7 Mitos Keguguran, Benar atau Tidak, Ya?
Simak mana mitos keguguran yang benar dan mana yang tidak di sini
27 April 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu kekhawatiran yang sering dirasakan calon Mama adalah keguguran. Tidak ada calon Mama yang tidak merasa kecewa begitu mendapati dirinya keguguran.
Namun, memulai kehamilan dengan beragam kekhawatiran tentang penyebab keguguran juga tidak sepenuhnya baik bagi kesehatan Mama. Waspada itu harus, tetapi bukan berarti Mama menelan mentah-mentah semua informasi tentang keguguran. Apalagi, banyak penyebab keguguran yang umum diketahui orang awam ternyata mitos belaka.
Apakah 7 mitos keguguran yang sering diyakini benar oleh sebagian besar orang? Berikut ini Popmama.com mencari jawabannya dari para ahli khusus untuk Mama.
1. Pernah keguguran, maka akan susah hamil lagi
Orang sering beranggapan, sekali pernah keguguran, maka akan susah hamil lagi. Ini hanya mitos. Risiko keguguran tetap bergantung penyebabnya. Setiap kehamilan pun berisiko mengalami hal ini.
Memang peluang keguguran pada kehamilan berikutnya akan meningkat 20%, tetapi peluang hamil secara normal hingga melahirkan tetap ada. Namun, hal terpenting adalah begitu Mama mengetahui diri tengah hamil, segera periksakan diri ke dokter dan ceritakan dengan jujur riwayat kehamilan Mama. Jadi, dokter pun bisa melakukan berbagai tindakan preventif untuk membantu Mama menjaga kehamilan.
2. Perdarahan dan kram perut tanda keguguran
Perdarahan ringan maupun kram perut pada minggu-minggu awal kehamilan itu biasa terjadi. Malah, ini sesuatu yang normal, Ma.
Karena pada masa tersebut sedang terjadi proses pelekatan sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Pada waktu bersamaan pula, plasenta juga tertanam dalam rahim.
Kram yang dirasakan di sekitar dasar rahim biasanya wajar dan normal. Akan tetapi, kalau Mama merasakan kram pada bagian samping perut, ini patut diwaspadai karena ada kemungkinan terjadi kehamilan di saluran indung telur.
Editors' Pick
3. Penyakit tertentu bisa meningkatkan risiko keguguran
Mama hamil mengalami penyakit seperti pilek? Karena masih tergolong infeksi ringan, maka tidak bisa menyebabkan keguguran.
Memang benar beberapa penyakit tertentu bisa meningkatkan risiko keguguran, tergantung pada jenis penyakit, tingkat keparahan, dan usia kehamilan.
Misalnya, infeksi toksoplasma yang dialami saat trimester I bisa membuat ibu hamil keguguran. Namun, jika diidap pada kehamilan trimester 2 akhir, risikonya janin lahir cacat.
Selain itu, penyakit non-infeksi seperti jantung dan paru-paru akut juga bisa menyebabkan keguguran.
4. Mengangkat benda berat atau menggendong anak menyebabkan keguguran
Sebetulnya, bukan mengangkat benda berat atau menggendong si Kakak yang membuat ibu hamil keguguran, Ma. Namun, kondisi mengangkat atau menggendong ini meningkatkan risiko Mama hamil mudah jatuh.
Apalagi, saat Mama mengangkat benda berat, janin akan tertekan. Selain itu, hormon kehamilan juga membuat persendian lebih longgar dan Mama mudah mengalami nyeri punggung. Saat ibu hamil terkena benturan dan terjatuh, risiko lain mengintai, seperti plasenta terlepas dari perlekatannya atau bayi lahir prematur.
5. Harus menunggu 3 bulan untuk merencanakan kehamilan setelah keguguran
Faktanya, Mama tidak perlu menunggu waktu lama untuk mencoba hamil kembali. Malah, ada penelitian yang mengungkapkan bahwa Mama bisa kembali hamil satu bulan usai keguguran. Malah, jika Mama bisa hamil dalam waktu cepat setelah keguguran, peluang untuk mengalami kondisi hamil di luar kandungan justru lebih rendah.
Namun, mengapa dokter menganjurkan untuk menunggu 3 bulan sebelum kembali hamil juga ada benarnya. Pasca keguguran, bukan hanya kondisi fisik Mama saja yang perlu dipulihkan. Kondisi psikologis juga harus menjalani pemulihan total, seperti perasaan bisa menerima kenyataan pahit dan siap untuk mencoba lagi. Semuanya memang butuh waktu kan?
6. Pernah keguguran berkali-kali, artinya Mama tidak subur
Ma, penyebab keguguran itu banyak sekali. Bukan hanya satu faktor saja, seperti gangguan pertumbuhan janin, kelainan kromosom, infeksi penyakit, dan lain sebagainya. Sebagian besar mereka yang pernah mengalami keguguran pun juga bisa hamil dan melahirkan bayi dengan selamat.
Artinya, pernyataan bahwa keguguran berkali-kali menunjukkan Mama tidak subur itu hanya mitos belaka.
Jadi, Mama tidak perlu risau dengan mitos ini dan jangan buru-buru menyalahkan diri sendiri jika mengalami keguguran.
7. Berhubungan intim bisa menyebabkan keguguran
Begitu mengetahui Mama hamil, sebagian besar Mama merasa was-was saat Papa mengajak berhubungan intim. Atau sebaliknya, Papa khawatir berhubungan intim bisa menyebabkan keguguran. Belum lagi anjuran orang tua zaman dulu agar puasa berhubungan intim selama 9 bulan.
Ini ternyata mitos, Ma. Faktanya, aman kok berhubungan intim selama kehamilan, termasuk pada trimester I. Pasalnya, janin terlindungi selaput ketuban dalam rahim. Jarak mulut rahim juga cukup panjang dengan posisi janin. Sekarang, Mama tinggal mencari informasi soal posisi yang aman dilakukan saat berhubungan intim selama kehamilan.
Itulah 7 mitos keguguran yang sering dipercaya masyarakat. Sekarang Mama sudah tahu mana yang benar dan salah.
Jadi, tidak usah khawatir berlebihan dalam menjalani kehamilan. Perbanyak pikiran positif agar Mama dan janin dalam kandungan dapat berkembang dengan baik. Selamat menikmati kehamilan, Ma!