Tahukah Mama bahwa ibu hamil rentan mengalami anemia?
Ketika seseorang mengalami anemia, darah dalam tubuh tidak mengandung cukup sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Namun, pada ibu hamil, risiko ini lebih tinggi karena menyangkut perkembangan janin dalam rahim. Apalagi, selama kehamilan tubuh memproduksi lebih banyak darah untuk mendukung pertumbuhan janin. Jika tubuh Mama kekurangan asupan zat besi atau nutrisi lain, tubuh Mama kesulitan memproduksi sel darah merah.
Lalu, apa saja yang perlu Mama tahu soal anemia pada ibu hamil? Popmama.com merangkumnya khusus untuk Mama.
1. Anemia ringan saat hamil itu normal
Freepik/Yanalya
Mengidap anemia ringan bisa terjadi pada hampir semua ibu hamil. Anemia memang membuat Mama merasa mudah lelah dan lemas.
Namun, jika keluhan ini tidak tertangani dengan baik dan semakin parah, Mama bisa mengalami risiko komplikasi saat kelahiran. Misalnya, melahirkan sebelum waktunya.
Gejala anemia kadang menyerupai keluhan yang umum dijumpai padai ibu hamil. Mama bisa membedakannya dari intensitas dan frekuensi kemunculan gejala tersebut.
Anemia ini terjadi saat tubuh tidak mempunyai cukup cadangan zat besi untuk memproduksi sejumlah besar hemoglobin, protein dalam sel darah merah. Akibatnya, darah tidak bisa mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh dengan baik. Anemia tipe ini termasuk yang paling sering dialami ibu hamil.
Anemia karena kekurangan asam folat
Asam folat adalah vitamin yang bisa Mama jumpai dalam kandungan beberapa jenis bahan makanan, seperti sayuran hijau. Tubuh membutuhkan asam folat untuk memproduksi sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat. Kebanyakan ibu hamil kurang berhasil memenuhi asupan zat besi bagi tubuh lewat makanan. Itulah mengapa, ibu hamil kerap diminta mengonsumsi folic acid sejak awal kehamilan.
Anemia karena kekurangan vitamin B12
Sama seperti dua zat di atas, tubuh ibu hamil perlu vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah yang sehat. Jika Mama enggan menyantap daging, daging ayam, produk susu, dan telur, risiko mengalami kekurangan vitamin B12 bisa ditekan. Apabila terjadi sebaliknya, maka Mama berisiko pada bayi dengan cacat lahir atau persalinan belum waktunya.
Editors' Pick
3. Faktor risiko yang bisa meningkatkan terjadi anemia
tasogs.com
Benar bahwa semua ibu hamil berisiko mengalami anemia. Ini karena kebutuhan tubuh yang lebih besar terhadap asam folat dan zat besi daripada biasanya.
Namun, risiko ibu hamil mengalami anemia lebih tinggi jika Mama mengalami kondisi berikut.
Mama hamil anak kembar (lebih dari satu janin)
Jarak dengan kehamilan terdahulu cukup dekat
Sering muntah saat mengalami morning sickness
Hamil pada usia remaja
Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi
Sudah mengidap anemia sebelum hamil.
4. Gejala anemia ketika hamil
Pixabay/Pedro Serapio
Jika Mama mengalami gejala berikut, maka perlu waspada terhadap kemungkinan mengalami anemia.
Kulit, bibir, dan kuku tampak pucat
Merasa lelah atau lemas
Pusing
Sulit bernapas
Jantung berdetak cepat
Kesulitan berkonsentrasi
Pada anemia ringan, mungkin Mama tidak menyadari gejala yang spesifik. Banyak dari gejala yang disebutkan di atas juga dialami ibu hamil yang tidak mengidap anemia. Namun, Mama bisa mencatat frekuensi dan intensitas gejala tersebut.
Sampaikan hal ini ketika konsultasi rutin ke dokter kandungan atau bidan. Lalu, Mama bisa menjalankan tes darah untuk mengetahui apakah benar Mama mengalami anemia atau tidak.
5. Risiko anemia saat hamil
Freepik/Watcharapol_amprasert
Anemia yang tidak tertangani dengan baik ketika hamil, membuat kehamilan Mama lebih berisiko. Beberapa risiko yang patut diwaspadai adalah:
Bayi lahir sebelum waktunya
Bayi lahir dengan berat badan rendah
Transfusi darah, terutama jika Mama mengalami kehilangan banyak darah selama persalinan
Postpartum depression
Bayi yang mengidap anemia
Tumbuh kembang anak terhambat
Lebih lanjut, kekurangan asam folat juga bisa meningkatkan risiko Mama melahirkan sebelum waktunya atau berat badan lahir bayi rendah. Plus, kemungkinan bayi mengalami cacat lahir pada tulang belakang atau otak (neural tube defects). Risiko terakhir juga terjadi pada ibu hamil yang mengalami kekurangan vitamin B12.
6. Cara menangani anemia dengan tepat
Unsplash/Katie Smith
Jika Mama mengalami anemia selama kehamilan, dokter biasanya akan meresepkan suplemen zat besi dan/atau asam folat sebagai vitamin prenatal, atau suplemen vitamin B12.
Untuk makanan, dokter menyarankan agar Mama mengonsumsi makanan yang kaya dengan zat besi dan asam folat. Contohnya, daging, telur, produk susu, buah-buahan seperti alpukat, sayuran berdaun hijau seperti bayam dan brokoli, serta biji-bijian seperti kacang hijau.
Konsumsi makanan dengan vitamin C juga membantu penyerapan zat besi dalam tubuh. Misalnya, tomat, jeruk, stroberi, dan kiwi.
Sebagai tambahan, dokter juga meminta Mama melakukan tes darah pada periode waktu tertentu. Ini perlu untuk mengecek kadar hemoglobin dan hematocrit dalam darah Mama.
Demikian penjelasan mengapa ibu hamil mengalami anemia. Memperhatikan setiap keluhan kecil saat hamil akan sangat membantu Mama dalam mendapatkan penanganan tepat dari dokter atau bidan. Tetap sehat selalu, Ma!