Ada beberapa perubahan yang bisa terjadi di masa awal kehamilan, salah satunya peningkatan frekuensi buang air kecil. Hmm, wajar atau tidak ya?
Sebenarnya frekuensi buang air kecil yang menjadi lebih sering merupakan salah satu tanda kehamilan yang bisa Mama kenali. Tak perlu khawatir, Ma.
Yang terpenting, sediakan selalu tisu basah dan kering saat bepergian. Ini karena bisa dipastikan Mama akan buang air kecil saat pergi, di mana saja. Hindari kebiasaan menahan buang air kecil karena memicu risiko infeksi saluran kemih.
Berikut rangkuman informasi soal frekuensi buang air kecil di tahap awal kehamilan yang penting Mama pahami:
1. Penyebab frekuensi pipis meningkat
Pixabay/Emkanicepic
Peningkatan frekuensi pipis di trimester pertama kehamilan adalah hal yang wajar. Selain karena faktor fisik, hal ini juga disebabkan oleh faktor hormonal.
Di tahap-tahap awal kehamilan, proses pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim membuat posisinya menurun. Akibatnya, rahim pun menekan kandung kemih.
Seiring berjalannya masa kehamilan, produksi urine akan terus meningkat.
Ini karena ginjal bekerja dua kali lebih banyak untuk memproses sisa-sisa dari sirkulasi tubuh Mama dan juga si Kecil.
Tak perlu khawatir Ma, kandung kemih secara otomatis akan beradaptasi pada situasi ini.
Editors' Pick
2. Tetap jaga asupan cairan
Pixabay/Congerdesign
Meningkatnya frekuensi pipis di trimester pertama kehamilan bukan berarti lantas Mama harus mengurangi asupan cairan.
Sebaliknya, Mama justru harus tetap mencukupinya dari minum air putih setidaknya 8 gelas per hari.
Jika Mama mengurangi asupan cairan, Mama justru berisiko dehidrasi. Padahal cairan tubuh sangat dibutuhkan Mama untuk mengantarkan nutrisi pada janin.
Peningkatan frekuensi pipis dianggap menjadi hal yang wajar dan tidak perlu diperiksakan ke dokter. Namun demikian, perhatikan ya Ma.
Ada beberapa gejala yang menandakan sesuatu tak beres pada proses tersebut, sehingga Mama sebaiknya konsultasi ke dokter.
Beberapa gejala tersebut yakni apabila Mama nyeri perut, tidak enak badan, ada rasa perih atau terbakar saat pipis, serta terus-menerus merasa ingin pipis padahal tidak ada urine yang keluar.
Perhatikan juga tekstur, warna dan bau urine, apabila terlihat keruh, tercium bau aneh dan berdarah, Mama juga perlu segera memeriksakan diri ke dokter.
Kondisi ini bisa menjadi pertanda Mama mengalami infeksi saluran kemih atau ISK.
Biasanya untuk mengatasi hal ini Mama memerlukan antibiotik. Namun ingat, semua tetap harus dalam pengawasan dokter, ya.
4. Frekuensi pipis akan menurun di trimester kedua
Pexels/Leah Kelley
Memasuki trimester kedua, frekuensi pipis yang tadinya sempat meningkat akan mengalami penurunan.
Ini karena posisi rahim sudah mulai agak naik dan stabil, sehingga tidak lagi menekan kandung kemih.
Nah, saat mulai memasuki trimester ketiga, frekuensi pipis akan kembali naik, Ma. Ini karena posisi rahim akan kembali turun sebagai proses alami jelang persalinan.
Perubahan kadar hormon progesteron juga membuat proses buang air kecil jadi terasa lebih sering.
Jelang hari persalinan, tekanan akibat tumbuh kembang bayi yang semakin besar juga akan menekan kandung kemih terus-menerus.
Akibatnnya, saat kandung kemih sedang kosong pun Mama selalu merasa ingin pipis.
Meningkatnya frekuensi pipis saat hamil membuat Mama mau tidak mau harus semakin cermat menyiapkan diri.
Ada kemungkinan Mama akan sering pipis di luar rumah, misalnya jika Mama banyak kegiatan atau bekerja di kantor.
Jangan lupa siapkan selalu celana dalam ganti, handuk dan tisu basah atau kering. Gunakan jika Mama sewaktu-waktu ingin pipis di toilet umum.
Penggunaan toilet umum yang tidak terjaga kebersihannya juga bisa memicu infeksi saluran kemih.
Ganti celana dalam jika terasa sudah lembab dan tidak nyaman. Jangan biarkan area vagina basah atau lembab karena bisa memicu berkembangnya bakteri dan infeksi, Ma.