Virus dan bakteri rentan menyerang siapa saja, termasuk ibu hamil. Oleh sebab itu, Mama perlu ekstra menjaga tubuh saat menjalani kehamilan.
Sebagian mekanisme pertahanan terhadap infeksi, tubuh memiliki sistem imun. Saat sistem imun tengah lemah, virus dan bakteri pun mudah masuk.
Nah, ada beberapa infeksi tertentu yang berbahaya jika menyerang tubuh ibu hamil. Dikhawatirkan infeksi tersebut dapat mengganggu tumbuh kembang janin.
Apa saja infeksi berbahaya yang rentan dialami ibu hamil? Berikut rangkuman informasinya:
1. Cacar air
Freepik/Yanalya
Dilansir National Health Services UK, infeksi cacar air pada kehamilan bisa membahayakan Mama dan si Kecil. Jadi, apabila Mama belum terkena cacar air sampai saat hamil, Mama perlu waspada.
Ungkapkan pada dokter mengenai hal tersebut agar bisa dilakukan tindakan pencegahan sejak dini, termasuk mencurigai sejak awal jika sewaktu-waktu Mama mengalami gejala cacar air.
Hindari sebisa mungkin berkontak langsung dengan orang yang sedang atau baru sembuh dari cacar air. Jangan lupa segera cek ke dokter jika Mama curiga terkena cacar air.
2. CMV (Cytomegalovirus)
Freepik/Onlyyouqj
CMV alias cytomegalovirus adalah virus umum yang merupakan bagian dari kelompok herpes, yang juga dapat menyebabkan infeksi serupa cacar air.
Pada umumnya, infeksi CMV banyak terjadi pada anak kecil. Namun demikian, infeksi CMV bisa berbahaya jika tertular pada ibu hamil karena bisa mengganggu tumbuh kembang janin.
Beberapa efek buruknya pada janin yakni gangguan pendengaran, gangguan penglihatan atau kebutaan, dan epilepsi. Oleh sebab itu, CMV sangat berbahaya jika dialami oleh ibu hamil.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan guna meminimalkan risiko penularan CMV, di antaranya rajin mencuci tangan secara teratur, tidak mencium wajah anak kecil secara langsung, tidak berbagi makanan atau peralatan makan dengan anak kecil, dan tidak minum dari gelas yang sama dengan mereka.
Tindakan pencegahan ini sangat penting dilakukan, terutama jika Mama memiliki pekerjaan atau lingkungan yang berhubungan langsung dengan anak-anak.
Untuk memastikan apakah Mama sudah pernah terinfeksi CMV, jangan lupa lakukan cek darah sebelum hamil.
Editors' Pick
3. Hepatitis B
Freepik/Dragana_Gordic
Hepatitis B adalah virus yang menginfeksi organ hati. Banyak orang dengan hepatitis B tidak menunjukkan tanda-tanda sedang sakit, tetapi mermbawa dan bisa menulari virusnya pada orang lain.
Maka dari itu, Mama perlu berhati-hati, ya.
Virus ini menyebar dengan beberapa cara. Salah satunya adalah kontak langsung dengan darah orang yang terinfeksi. Cara lainnya yakni melalui hubungan seks dengan orang yang terinfeksi tanpa menggunakan kondom.
Yang berbahaya, jika Mama terinfeksi hepatitis B saat hamil, Mama dapat menularkan infeksi tersebut pada bayi saat persalinan.
Pada umumnya, cek darah hepatitis B akan dilakukan pada ibu hamil saat trimester awal. Namun semua kembali pada kebijakan masing-masing dokter, Ma.
Jika Mama diketahui terkena hepatitis B saat hamil, bayi yang berisiko tertular harus diberikan vaksin hepatitis B saat lahir untuk mencegah infeksi dan penyakit hati yang serius di kemudian hari.
4. Hepatitis C
Freepik/Yanalya
Sama seperti virus hepatitis B, virus hepatitis C juga menginfeksi organ hati. Mereka dengan hepatitis C juga tidak memiliki gejala khusus dan seringkali tidak menyadari telah terinfeksi.
Virus hepatitis C juga ditularkan melalui kontak langsung dengan darah yang terinfeksi.
Apabila Mama terinfeksi hepatitis C saat hamil atau mengidap hepatitis C, ada risiko penularan pada bayi. Walaupun demikian, risikonya lebih rendah dibandingkan dengan hepatitis B atau HIV.
5. Herpes
Freepik/Bearfotos
Infeksi herpes genital bisa membahayakan janin apabila Mama terinfeksi saat hamil. Biasanya herpes genital didapat melalui kontak genital dengan orang yang terinfeksi.
Infeksi awal herpes genital menimbulkan lecet atau bisul yang nyeri pada alat kelamin. Apabila infeksi terjadi pada kehamilan awal, pengobatan khusus masih bisa diberikan guna meminimalkan penularan ke janin.
Namun, apabila infeksi pertama Mama terjadi menjelang akhir kehamilan atau selama proses persalinan, operasi caesar mungkin akan dilakukan untuk mengurangi risiko penularan infeksi herpes ke bayi.
Jika Mama atau Papa memiliki riwayat herpes, jangan lupa konsultasikan pada dokter sejak awal kehamilan ya, Ma. Dengan begitu, tindakan pencegahan penularan pun bisa dilakukan sedini mungkin.
6. HIV pada kehamilan
Pixabay/Greyerbaby
Cek darah untuk mengetahui apakah Mama memiliki HIV atau human immunodeficiency virus biasanya dilakukan pada awal kehamilan.
Namun demikian, HIV dapat ditularkan dari ibu hamil kepada bayinya selama kehamilan, proses kelahiran atau menyusui.
Jika Mama didiagnosis dengan HIV, dokter biasanya akan mencari cara khusus untuk mengurangi risiko penularan infeksi ke janin.
Perawatan yang tepat pada kehamilan sangat membantu dalam mengurangi risiko penularan HIV pada bayi. Biasanya setelah lahir, bayi akan langsung dites untuk mengetahui apakah tertular HIV atau tidak.
7. Rubella (campak Jerman)
Pixabay/Hioahelsefag
Apabila Mama tertular virus rubella dalam usia 4 bulan pertama kehamilan, risikonya tinggi bagi tumbuh kembang janin. Termasuk di antaranya cacat lahir dan keguguran.
Oleh sebab itu, sebaiknya lakukan cek darah pada sebelum kehamilan, Ma.
Jangan lupa segera cek ke dokter jika Mama memiliki kontak langsung dengan pasien rubella, serta muncul gejala rubella seperti ada ruam dan demam.
Cek riwayat vaksinasi Mama, apakah pernah mendapatkan vaksin MMR sebanyak 2 dosis. Jika ragu, segera lakukan vaksinasi paling tidak 6 minggu setelah melahirkan. Sebab vaksin MMR tidak dapat diberikan saat hamil, Ma.
Beberapa infeksi tersebut bisa diketahui sejak awal dengan melakukan cek darah. Jika dokter tidak meminta Mama melakukannya, Mama bisa berdiskusi untuk meminta dilakukan cek darah. Semua demi kesehatan Mama dan si Kecil, lho.