5 Rangkaian Tes Laboratorium untuk Ibu Hamil di Trimester Pertama
Sebagai calon ibu sebaiknya menjalani pemeriksaan laboratorium
2 Agustus 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat mengetahui diri Mama tengah mengandung, apakah di awal kehamilan sudah melakukan beberapa tes di laboratorium?
Ya, tujuan dari tes laboratorium di trimester pertama kehamilan dilakukan untuk memeriksa kesehatan janin yang dapat menyebabkan gangguan selama kehamilan.
Dilansir dari Family Doctor, bahwa saat hamil tubuh mengalami banyak perubahan dan di mana dokter harus memantau kesehatan sang ibu dan janin selama kehamilan melalui sejumlah tes.
Sebagai bagian dari antenatal care, Mama perlu melakukan 5 tes laboratorium selama kehamilan. Berikut pemaparannya yang sudah dirangkum oleh Popmama.com:
1. Cek golongan darah untuk mengetahui resus pada ibu hamil dan janin
Pengambilan sampel darah sangat perlu dilakukan oleh ibu hamil di usia kandungan trimester pertama, tujuannya untuk mengetahui apakah ibu hamil mengalami penyakit tertentu seperti kurang darah dan mendeteksi kelainan pada janin.
Menurut Family Doctor, ibu hamil akan mendapatkan tes ini saat pertama kali mengunjungi dokter untuk memeriksa golongan darah maupun tekanan darah. Ada 4 golongan darah seperti A, B, AB atau O. Pada tahap ini untuk mengetahui golongan darah dan resus ibu hamil.
Cek golongan darah sangat penting jika sewaktu-waktu perlu diberi transfusi darah ketika mengalami perdarahan hebat selama kehamilan atau kelahiran.
Sementara jika resusnya berbeda dengan janin, maka ibu hamil akan diberi suntikan imunoglobulin guna mencegah pembentukkan antibodi yang dapat menyerang darah janin.
Editors' Pick
2. Cek diabetes gestasional untuk melihat kadar gula ibu hamil
Ibu hamil yang memiliki riwayat diabetes dari keluarganya dan mengalami obesitas, kemungkinan besar ia berisiko tinggi mengalami diabetes gestasional.
Sementara diabetes gestasional merupakan gangguan kesehatan pada ibu hamil. Kondisinya ditandai dengan adanya peningkatan gula darah yang tinggi.
Family Doctor mengatakan bahwa melakukan tes laboratorium ini akan melihat kadar gula darah ibu hamil. Biasanya dilakukan antara 24 dan 28 minggu usia kehamilan.
Apabila Mama berisiko tinggi mengidap penyakit diabetes yang disebabkan faktor keturunan ataupun pola makan, sebaiknya melakukan tes kadar gula dalam urine pada awal kehamilan.
Apabila hasilnya positif, risikonya bisa memengaruhi kesehatan Mama dan sang bayi. Namun biasanya akan hilang setelah melahirkan.
3. Cek faktor Rhesus (RhD) untuk mendeteksi beberapa penyakit
Setelah melakukan cek diabetes gestasional maka Mama perlu mengecek faktor Rhesus (RhD) di usia kehamilan trimester pertama.
Pemeriksaan ini lebih penting saat ibu hamil membutuhkan transfusi darah selama hamil atau melahirkan.
Dilansir dari Healthdirect Australia, bahwa penyakit Rhesus terjadi selama kehamilan ketika tidak cocoknya antara jenis darah ibu dan bayi dalam kandungan.
Hal tersebut disebut sebagai peristiwa kepekaan. Tapi pada umumnya peristiwa kepekaan tidak memengaruhi pada kehamilan pertama.
Namun jika Mama hamil lagi dengan bayi positif Rhesus, maka respons imunnya akan lebih besar dan sang janin menghasilkan lebih banyak antibodi.
Di mana antibodi pada janin dapat melintasi plasenta dan menghancurkan sel-sel darah bayi yang mengarah ke suatu kondisi disebut penyakit Rhesus atau penyakit hemolitik.
Jika penyakit Rhesus tidak segera diobati, dampak buruknya dapat menyebabkan lahir mati atau kerusakan otak pada janin.
4. Cek infeksi untuk memeriksa kondisi tertentu pada ibu hamil
Tes darah di laboratorium sangat penting dilakukan ibu hamil di trimester pertama, tujuannya juga untuk mencari adanya infeksi yang dapat memengaruhi kehamilan dan janin.
Pada umumnya infeksi yang diperiksa dalam cek laboratorium kehamilan yaitu rubella (campak Jerman), sipilis, hepatitis B, hepatitis C dan HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Dikutip dari Family Doctor, bahwa cek darah akan memeriksa kondisi tertentu yang termasuk penyakit menular seksual seperti hepatitis B dan HIV.
Sementara di Indonesia, beberapa ibu hamil memiliki angka kasus HIV yang tinggi, sehingga ibu hamil sangat dianjurkan untuk menjalani tes HIV.
Jika ternyata di awal kehamilan dinyatakan positif HIV, maka penanganan medis akan segera dilakukan untuk mengurangi risiko penularan HIV kepada bayi dan mencegah berkembangnya infeksi HIV menjadi lebih berat.
5. Cek kadar hemoglobin untuk mengetahui volume darah ibu hamil
Biasanya dari banyak kasus, di awal kehamilan sering mengalami anemia yang kondisi ini disebabkan meningkatnya volume darah selama kehamilan.
Oleh karena itu ibu hamil perlu melakukan tes laboratorium untuk mengetahui apakah kadar hemoglobin dalam sel darah merah ibu hamil normal atau terlalu sedikit.
Penuturan dari Johns Hopkins Medicine, bahwa penyedia layanan kesehatan dapat merekomendasikan berbagai pemeriksaan dan tes selama kehamilan untuk mengukur dua zat yang ditemukan dalam darah ibu hamil, salah satunya anemia.
Sementara risiko anemia pada ibu hamil membuat Mama menjadi mudah lelah dan dapat berbahaya jika terjadi perdarahan saat hamil atau melahirkan akibat mengalami kekurangan zat besi selama kehamilan.
Nah, Mama sekarang sudah mengetahui 5 rangkaian tes laboratorium yang perlu dilakukan. Lalu konsultasikan dengan bidan atau dokter untuk melakukan pemeriksaan kandungan secara berkala agar dapat mencegah masalah pada masa kehamilan.
Baca juga:
- Cara Ini Dapat Membuat Orang dengan Diabetes Cepat Hamil!
- Ayu Dewi Hamil Anak Ke-3, Sang Suami Malah Banting Test Pack!
- Memiliki Diabetes Saat Hamil, Ini yang Harus Diperhitungkan