Seiring dengan perubahan hormon dan berkembangnya janin dalam perut, ibu hamil memang rentan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu yang dikenal cukup berbahaya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Melansir dari Very Well Family, Popmama.com akan memaparkan pembahasan tentang efek jangka panjang hipertensi dalam kehamilan. Simak berikut ini ya, Ma.
Bahaya Hipertensi pada Ibu Hamil
Unsplash/Omar Lopez
Kondisi ini bisa menghambat perkembangan janin, memicu kelahiran prematur, serta menyebabkan abrupsi plasental. Nyatanya, hipertensi saat kehamilan tak hanya mengancam bayi dalam kandungan.
Hal ini juga bisa berdampak fatal pada Mama, antara lain risiko kerusakan organ, sakit kepala, sulit bernapas, dan kondisi berbahaya lainnya. Dan tahukah Mama, ternyata tekanan darah tinggi saat hamil juga menyebabkan efek jangka panjang.
Dalam studi yang dipublikasikan di Neurology, salah satu jurnal milik American Academy of Neurology, terungkap bahwa tekanan darah tinggi semasa hamil bisa memicu penurunan kinerja memori. Hal ini tidak terjadi secara instan, melainkan baru muncul sekitar 15 tahun kemudian.
Editors' Pick
Hasil Penelitian Mengenai Hipertensi saat Hamil
Freepik/Yanalya
Studi dilakukan pada 596 perempuan yang hamil kurang lebih 15 tahun sebelumnya. 18 persen responden mengalami tekanan darah tinggi saat kehamilan, sedangkan sisanya memiliki kondisi yang normal saat itu.
Penelitian dilakukan lewat rangkaian tes untuk mengetahui fungsi kognitif pada perempuan. Hasilnya kemudian dibandingkan baik dengan yang memiliki tekanan darah tinggi saat hamil dan mereka yang tidak.
Pada dasarnya kemampuan kognitif mereka sama, namun perempuan yang mengalami tekanan darah tinggi cenderung mengalami masalah memori dan pembelajaran verbal.
"Pembelajaran verbal adalah bagian dari memori dan berhubungan dengan pembelajaran sesuatu lewat kata-kata (listening/reading)," ungkap Dr. M.A. Ikram selaku ketua tim penulis.
"Komplikasi darah tinggi selama kehamilan bisa membawa efek jangka panjang. Karenanya, selain secara fisik, perempuan harus melakukan perawatan ekstra untuk menjaga kesehatan jantung dan otak," lanjutnya.
Jenis-Jenis Masalah Hipertensi saat Kehamilan
Freepik/Jcomp
Hipertensi pada masa kehamilan sendiri juga bervariasi dan tentunya membawa dampak yang berbeda pula. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang sering terjadi pada ibu hamil:
Hipertensi Gestasional: tekanan darah melebihi 140/90 saat sekitar usia kehamilan 20 minggu, tanpa ditemukannya protein dalam urine.
Pre-eclampsia: tekanan darah melebihi 140/90 sekitar usia kehamilan 20 minggu, dibuktikan dengan adanya protein dalam urine.
Selain yang disebutkan di atas, ada beberapa jenis hipertensi lain yang mungkin juga dialami ibu hamil. Meski demikian, kasusnya tidak muncul sesering gangguan tersebut di atas.
Hipertensi Bisa Memicu Masalah Memori, Apa Kaitannya?
Pexels/Alex Dummer
Hingga saat ini, para ahli belum bisa mengungkap keterkaitan masalah memori dengan hipertensi pada ibu hamil. Namun berdasarkan teori yang berkembang sebelumnya, penyakit kardivaskuler memang meningkatkan risiko penurunan fungsi kognitif dalam jangka panjang.
"Salah satu cara terbaik untuk mencegah penurunan memori adalah melindungi kesehatan kardiovaskuler, karena sirkulasi serebral yang buruk akan memicu penurunan fungsi kognitif," ungkap dr Kristen Willeumier, seorang ahli saraf.
"Apapun yang bisa merusak pembuluh darah pasti juga bersifat destruktif untuk fungsi kognitif," lanjutnya.
Menurut American Heart Association, tekanan darah tinggi merusak pembuluh darah karena elastisitasnya terus berkurang. Hal ini bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang berdampak pada endapan plak, yang pada akhirnya akan memicu penyempitan pembuluh darah.
Bagaimana Pencegahannya?
Unsplash/Thought Catalog
Tekanan darah tinggi, dalam hal ini pada ibu hamil, memang mengakibatkan dampak yang cukup fatal. Karenanya, demi mencegah efek jangka pendek dan panjang, Mama harus memastikan tekanannya selalu dalam kondisi normal.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa ditempuh:
Menjaga berat badan tetap ideal karena kelebihan berat badan bisa memicu pengecilan volume otak. Hal ini bisa berdampak pada memori.
Memakan makanan yang sehat untuk otak, misalnya alpukat, salmon, kale, bayam, blueberry, brokoli, dark chocolate, greentea, dan makanan lain yang disarankan dokter.
Mengonsumsi suplemen bernutrisi, terutama jika Mama sudah menginjak usia di atas 40 tahun. Pada masa ini, kinerja otak mungkin berkurang sehingga perlu dukungan nutrisi.
Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan meminum banyak air.
Tidur yang cukup. Selama tidur, tubuh akan bekerja membasmi plak dan protein berbahaya yang bisa memicu penyakit Alzheimer.
Menjaga tekanan darah yang sehat sehingga mencegah penurunan fungsi otak.
Mengatasi depresi, karena gangguan ini juga bisa berpengaruh pada fungsi kognitif.
Berolahraga secara teratur bisa membantu mempertahankan fungsi semua organ,termasuk otak.
Mengatasi stres dengan cara baik.
Hipertensi pada ibu hamil memang bukan penyakit yang bisa dianggap sepele. Karenanya, Mama perlu menjaga tubuh tetap sehat selama kehamilan agar terhindar dari efek jangka pendek maupun jangka panjang. Yuk semangat, Ma!