Studi: Hamil di Atas 30 Tahun Lebih Berisiko Serangan Jantung

Ada risiko yang dapat berubah, ada juga yang tidak

3 Mei 2021

Studi Hamil Atas 30 Tahun Lebih Berisiko Serangan Jantung
Pexels/mikoto.raw

Serangan jantung terkait kehamilan saat ini sedang meningkat di Amerika Serikat. Hal ini sebagian disebabkan oleh peningkatan penyakit kardiovaskular, serta semakin tingginya jumlah ibu hamil di atas usia 30 tahun.

Melansir dari Very Well Family, berdasarkan studi yang diterbitkan dalam Journal of the American Heart Association, ada tiga kategori utama yang dapat meningkatkan risiko perempuan menderita serangan jantung terkait kehamilan.

Studi tersebut mengungkap serangan jantung pada ibu hamil terbagi dalam tiga faktor, yaitu risiko yang dapat berubah, risiko yang tak bisa berubah, dan risiko obstetri. Berikut Popmama.com merangkum penjelasannya:

Penelitian Risiko Serangan Jantung pada Ibu Hamil

Penelitian Risiko Serangan Jantung Ibu Hamil
Pexels/rodnae-productions

Para peneliti meninjau informasi dari rumah sakit selama periode 12 tahun. Di dalamnya terdapat data lebih dari 11 juta perempuan berusia 18-55 tahun terkait kehamilan, persalinan, kelahiran, dan lama waktu menginap di rumah sakit pasca melahirkan.

Hasil studi menunjukkan risiko serangan jantung sebagian besar terjadi selama masa rawat inap pasca melahirkan pada perempuan berusia 30-39 tahun. Diperkirakan, usia mama saat hamil memengaruhi meningkatnya risiko serangan jantung serta adanya penyakit penyerta dan masalah kesehatan.

Editors' Pick

Risiko Penyakit Jantung yang Dapat Berubah

Risiko Penyakit Jantung Dapat Berubah
Pexels/Denys Gromov

Empat faktor risiko penyakit jantung yang dapat diubah, antara lain adalah aterosklerosis, kegemukan, hyperlipidemia (kolesterol tinggi), merokok, atau penyalahgunaan obat. Mama dapat mengubah atau mengurangi risiko serangan jantung jenis ini dengan membuat perubahan pola makan dan gaya hidup.

Praktisi Perawat dan Bidan, P. Fadwah Halaby menyarankan ibu hamil untuk beralih ke pola makan sehat dan bersih dengan porsi yang sesuai. Mama juga bisa melakukan olahraga harian yang disarankan, seperti berjalan kaki selama 30 menit per hari.

Ibu hamil dengan obesitas memiliki kemungkinan lebih besar mengalami penurunan berat badan, seiring dengan pertumbuhan janin yang sehat dengan rutin berjalan kaki selama 30 menit per hari.

Obesitas dan kolesterol tinggi berkontribusi pada aterosklerosis. Meningkatkan aktivitas fisik dan kualitas makanan akan dapat membantu mengatasi masalah ini. Berhenti merokok tidak hanya mengurangi kolesterol jahat dalam tubuh, tetapi juga menurunkan risiko serangan jantung.

Penyalahgunaan obat, termasuk alkohol, obat pereda nyeri, dan obat terlarang lainnya berbahaya selama kehamilan dan meningkatkan risiko serangan jantung. Karenanya, penting sekali menjalani hidup yang sehat selama fase kehamilan.

Risiko Penyakit Jantung yang Tidak Dapat Berubah

Risiko Penyakit Jantung Tidak Dapat Berubah
Pexels/Puwadon Sang-ngern

Risiko dalam kategori ini di antaranya adalah penyakit arteri koroner sebelum kehamilan, gagal jantung, penggantian katup jantung, atrial fibrillation, thrombophilia, serta risiko terkait ras atau etnis.

Dr. James Bertoni, OBGYN, menyarankan agar Mama intens berkomunikasi dengan praktisi kesehatan sejak awal kehamilan jika memiliki risiko ini.

Dengan mengkomunikasikannya lebih awal, dokter atau bidan dapat memastikan rencana yang tepat untuk membantu mengendalikan dan memantau kesehatan mama. Dengan demikian, risiko buruk bisa diminimalkan.

"Sangat penting untuk mengetahui lebih awal ibu hamil dengan penyakit kardiovaskular untuk mengurangi risiko tinggi terkena penyakit arteri koroner," ucap Betoni seperti yang dilansir dari Very Well Family.

Risiko Obstetri

Risiko Obstetri
Pexels/stevepb

Obstetri (kebidanan) adalah segala hal yang berkaitan dengan proses sebelum, selama, dan setelah melahirkan. Beberapa faktor risiko ini terjadi karena perubahan hormonal dan kimiawi dalam tubuh selama kehamilan.

Beberapa contohnya adalah preeklampsia dan eklampsia yang dianggap sebagai gangguan hipertensi kehamilan yang mengacu pada tekanan darah tinggi.

Beberapa ibu hamil dengan risiko tinggi mengalami pre-eklamsia dapat melakukan terapi aspirin dosis rendah. Namun tentunya, hal ini harus ditentukan oleh dokter karena aspirin dapat berdampak negatif pada kehamilan jika salah dikonsumsi.

Gejala Umum Serangan Jantung

Gejala Umum Serangan Jantung
Pexels/Karolina Grabowska

Sangat penting bagi Mama untuk mencari perawatan di awal kehamilan, memahami gejala serangan jantung, dan segera menghubungi ahli kesehatan jika mengalami gejala serangan jantung.

Dr. Nicole Harkin, ahli jantung menyarankan ibu hamil untuk mewaspadai tanda atau gejala umum serangan jantung seperti:

  • Nyeri dada,
  • sesak napas,
  • mudah lelah tanpa penyebab yang jelas, terutama saat berjalan

Selain itu, ada beberapa gejala yang jarang disadari oleh ibu hamil sehingga seringkali diabaikan, antara lain:

  • Mual,
  • sakit rahang,
  • sakit punggung,
  • rasa tidak nyaman di lengan,
  • berkeringat.

Melihat risiko-risiko di atas, ternyata sangat penting untuk menjaga kondisi selama kehamilan, terutama jika Mama berada di kategori usia di atas 30 tahun.

Selain perlu menjalani pola hidup sehat, sangat penting untuk selalu berbincang dengan dokter terkait kondisi kehamilan. Selain bisa memghindarkan dari kehamilan berisiko, hal ini juga bisa membantu tumbuh kembang janin yang sempurna.

Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma.

Baca juga:

The Latest