Bolehkah Ibu Hamil Makan Sate saat Idul Adha? Temukan Jawabannya!
Sate memang makanan yang enak, namun untuk ibu hamil perlu diperhatikan ya
27 Juli 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sate bisa dibilang, jenis olahan makanan dari daging yang disukai oleh berbagai kalangan. Daging yang diolah menjadi sate sendiri cukup beragam, mulai dari sate ayam, sate kambing, sate sapi hingga ada juga yang menggunakan daging kelinci.
Menjelang hari raya Idul Adha, mungkin Mama sudah membayangkan ingin mengonsumsi sate kambing atau sate sapi. Hmm, nampaknya lezat ya, Ma, bisa menyantap sate daging kurban bersama keluarga.
Tak jarang aroma sate yang sedang dalam proses pembakaran menjadi godaan tersendiri untuk setiap orang, termasuk ibu hamil. Dari aromanya saja, ibu hamil bisa menjadi tergugah untuk segera menikmati hidangan ini.
Namun, ada beberapa anggapan yang mengatakan kalau ibu hamil tidak boleh mengonsumsi sate selama masa kehamilan. Ini dikarenakan ada dampak yang berbahaya untuk kesehatan janin di dalam kandungan ibu hamil.
Mulai dari kualitas daging sate hingga lemak jenuh disebut-sebut menjadi hal yang membuat sate harus dihindari dari ibu hamil.
Untuk menjawab pertanyaan mengenai keamanan makan sate saat hamil? Berikut beberapa penjelasan lengkapnya yang sudah Popmama.com rangkum:
Editors' Pick
1. Bolehkah ibu hamil makan sate?
Perlu diingat kalau ibu hamil tidak bisa disamakan dengan orang sakit yang harus berpantang makanan, namun memang ada beberapa hal yang perlu dijaga.
Beberapa riset dan penelitian mengatakan kalau sebenarnya mengonsumsi sate selama masa kehamilan itu diperbolehkan. Hanya saja tidak boleh makan secara berlebihan dan perlu bijak dalam memerhatikan pengolahan sate yang akan dikonsumsi.
Terkadang larangan ibu hamil terhadap sate itu maksudnya jangan sampai mengonsumsi daging dengan pengolahan yang salah. Apalagi jika membeli sate di pedagang kaki lima, perlu sekali perhatian lebih sebelum mengonsumsinya.
Daging ayam, daging sapi, maupun daging kambing yang dimasak kurang matang akan mengandung toksoplasma atau bakteri lain. Ini akan membahayakan kesehatan ibu hamil dan janin. Bahkan risiko terburuknya bisa mengalami keguguran.
Jika ibu hamil benar-benar ingin membeli sate di luar rumah, ada baiknya untuk kembali melihat daging yang diolah menjadi sate itu merupakan daging segar dan tidak busuk. Memakan daging dengan kualitas buruk hanya akan memasukkan bakteri ke dalam tubuh.
Kemudian, pastikan juga Mama memasak sate hingga tingkat kematangannya sempurna.
Perhatikan juga campuran bumbu sate, pastikan tidak menggunakan banyak MSG, garam, dan pengawet. Mama bisa menambah rasa pada sate dengan menggunakan bumbu kacang atau menambahkan bawang merah pada kecap.
Saat sate sudah jadi, cobalah untuk memilih daging sate yang tidak tertempel banyak bara api dan kembali memerhatikan jumlah sate yang dikonsumsi.
2. Melakukan pemeriksaan kandungan setelah mengonsumsi sate
Ibu hamil sangat dianjurkan untuk memakan daging dengan tingkat kematangan yang sempurna. Proses memasak daging kurang matang, berisiko untuk terinfeksi tokso dan rubella yang hidup di dalam daging mentah.
Terlalu banyak mengonsumsi sate dengan daging setengah matang justru membahayakan kesehatan ibu hamil. Jika sudah terlalu sering memakan sate di awal-awal kehamilan, ada baiknya untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Tujuannya agar dokter bisa sigap mendiagnosis dan mendeteksi dini bila Mama memang terinfeksi. Tes untuk mengetahui indikasi infeksi toksoplasma yaitu dengan tes TORCH. Ini berguna agar janin di dalam kandungan bisa terhindar dari parasit. Lakukan juga pemeriksaan secara rutin untuk meminimalisir penyebaran secara virus.
Jangan terlalu meremehkan pemeriksaan ini karena ada banyak kemungkinan terburuk yang bisa terjadi seperti:
- Mengalami gangguan saraf
- Berpotensi infeksi pada jantung
- Perkembangan otak bayi yang terganggu
- Mengalami kebutaan saat bayi pada dilahirkan
- Ukuran kepala janin yang membesar atau hidrosefalus
- Bayi berpotensi mengalami epilepsi atau kejang-kejang
- Janin yang dikandung berpotensi mengalami keguguran
- Perkembangan otak bayi menjadi terganggu dan mengalami kecacatan
- Tingginya kasus katarak yang disebabkan infeksi toksoplasma, rubella, sitomegalovirus, dan herpes simpleks (TORCH)