Jangan Panik, Orgasme di Trimester Pertama Tidak Menyebabkan Keguguran
Orgasme saat trimester pertama, benarkah aman bagi Mama dan calon bayi?
3 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat hamil, tentunya banyak gaya hidup dan hal yang harus Mama ubah atau kondisikan demi menjaga keselamatan serta kesehatan sang Janin dalam kandungan.
Misalnya, ada hidangan favorit tertentu yang tak bisa dinikmati selama kehamilan. Selain itu, perubahan selera pun biasanya turut terjadi. Bau-bauan tertentu bahkan bisa membuat perut terasa tidak nyaman, pusing, hingga mual-mual, sehingga harus dihindari.
Dapat dipahami alasan seorang calon ibu menjadi sangat sensitif terhadap apa pun yang berhubungan dengan perut dan kehamilannya, terutama di trimester pertama.
Sehingga, Mama mungkin juga meragukan keamanan berbagai aktivitas yang sekilas terlihat berisiko menyebabkan keguguran. Salah satunya adalah orgasme.
Meski merupakan kekhawatiran yang umum dirasakan oleh para 'bumil', hal ini ternyata bertentangan dengan pendapat dokter, lho. Jadi, apakah benar orgasme di trimester pertama tidak menyebabkan keguguran?
Untuk membahas hal ini lebih lanjut, berikut Popmama.com telah merangkum informasinya. Langsung disimak saja yuk, Ma!
Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Orgasme?
Penting untuk memahami sains di balik orgasme terlebih dahulu, terutama bagi Mama yang cemas jika hal itu dapat membahayakan kehamilan dan janin.
Menurut Dr. Lauren Demosthens, seorang ahli medis senior, seseorang yang mengalami orgasme akan merasakan sensasi geli dan/atau hangat di area genital.
Hal ini terjadi karena adanya peningkatan aliran darah ke alat genital yang menimbulkan sensasi yang menyenangkan. Namun, sebelumnya tubuh manusia membutuhkan rangsangan pada titik tertentu untuk membantu terjadinya proses orgasme.
Setelah tubuh dan otak benar-benar dipersiapkan (turn on), orgasme kemungkinan besar akan terjadi.
Menurut Dr. Lauren Demosthens, cara kerja orgasme dimulai dari kontraksi pada otot vagina dan rahim yang menyebabkan otak melepaskan lebih banyak oksitosin, yaitu hormon yang dapat menimbulkan perasaan puas atau bahagia.
Selain itu, detak jantung dan otot akan menegang tepat sebelum orgasme sebelum akhirnya kembali rileks dan irama degup jantung kembali normal pasca orgasme.
Editors' Pick
Apakah Orgasme Menyebabkan Keguguran?
Ada kondisi kehamilan berisiko tinggi yang umumnya tidak direkomendasikan dokter untuk melakukan aktivitas seksual, seperti berikut ini:
- Ukuran serviks ibu hamil lebih pendek dari 22 mm dan berisiko melahirkan prematur,
- Pembuluh tali pusat terlalu dekat dengan serviks,
- Plasenta menutupi leher rahim,
- Air ketuban sudah pecah,
- Pendarahan hebat,
Selain kondisi yang telah disebutkan, calon ibu dengan kehamilan berisiko rendah tetap dapat berhubungan intim dan mengalami orgasme dengan aman selama kehamilan, terlepas dari trimester berapa pun yang sedang dijalani.
Menurut Dr. Jeanne Sheffield, Direktur Divisi Maternal-Fetal Medicine di Johns Hopkins, tidak ada data yang menunjukkan bahwa orgasme dapat menyebabkan keguguran. Para dokter pun tidak menyarankan ibu hamil untuk menghindari orgasme.
Dilansir dari Healthline, sebuah penelitian yang melibatkan 1.483 perempuan hamil membuktikan tak ada perbedaan dalam hal kontraksi rahim antara ibu yang aktif secara seksual selama kehamilan maupun yang tidak.
Selain itu, para peneliti juga mencatat bahwa pada kehamilan berisiko rendah, berhubungan intim tidak menyebabkan kelahiran prematur, ketuban pecah sebelum waktunya, atau berat badan rendah pada bayi baru lahir.
The Mayo Clinic menambahkan, sejak embrio tertanam dan berkembang di rahim hingga hari persalinan, orgasme dinyatakan sebagai aktivitas kehamilan yang aman selama dokter obgyn atau bidan mama mengizinkan.