Keluar Darah saat Hamil Muda, Apakah Berbahaya?
Jenis-jenis pendarahan saat hamil trimester pertama agar kamu tahu penanganan yang tepat
20 Juli 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pendarahan selama kehamilan trimester pertama sering terjadi, dan sebagai calon Mama, kamu tidak perlu khawatir. Beberapa jumlah perdarahan ringan atau bercak selama kehamilan terjadi pada sekitar 20% kehamilan, dan sebagian besar perempuan yang merasakan pendarahan melanjutkan kehamilan dengan sehat.
Mungkin kamu bertanya-tanya berapa banyak perdarahan selama awal kehamilan yang bisa disebut normal. Sementara, ada perdarahan dini yang dapat mengindikasikan adanya masalah serius, namun kejadian jarang terjadi.
Tetapi karena pendarahan kadang-kadang bisa menjadi tanda sesuatu yang serius, penting untuk mengetahui kemungkinan penyebabnya, dan memeriksakannya ke dokter untuk memastikan kamu dan janin tetap sehat.
Berikut ini Popmama.com memberikan kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya pendarahan pada trimester pertama kehamilan.
1. Pendarahan implantasi
Biasanya pendarahan ini terjadi dalan 6 hingga 12 hari pertama setelah kamu hamil, penyebabnya adalah telur yang dibuahi menanamkan dirinya pada lapisan rahim.
Biasanya beberapa perempuan tidak menyadari awal kehamilan karena mereka salah mengira pendarahan ini adalah pendarahan yang ringan dan normal.
Jika pendarahan terjadi selama trimester pertama, kenakan panty liner atau pembalut sehingga kamu bisa mendapatkan gambaran tentang banyaknya jumlah perdarahan yang terjadi dan dapat memberi tahu pada dokter kehamilanmu.
Biasanya pendarahan ini sangat ringan dan berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari.
2. Kehamilan ektopik
Pendarahan vagina ringan dan peningkatan nyeri perut dapat mengindikasikan adanya kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik terjadi ketika telur yang dibuahi tertanam di luar rahim, di mana pasokan darah tidak memadai untuk mempertahankan pertumbuhan kehamilan normal.
Jika embrio terus tumbuh, itu dapat menyebabkan tuba falopi pecah, yang dapat mengancam jiwa calon Mama. Meskipun kehamilan ektopik berpotensi berbahaya, kehamilan ektopik terjadi pada sekitar 1 dari 60 kehamilan atau pada sekitar 2% kehamilan.
Gejala lain dari kehamilan ektopik adalah kram atau rasa sakit yang kuat di bagian perut bawah, dan sakit kepala ringan. Saat kehamilan tumbuh dan salurannya membesar, nyeri perut menjadi semakin parah.
Kadang-kadang kehamilan ini dapat membuat tuba fallopi menjadi pecah, yang menyebabkan kehilangan darah yang signifikan. Dalam beberapa kasus, transfusi darah dan operasi darurat diperlukan untuk penyelesaian segera dari kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.
Editors' Pick
3. Kehamilan mola
Kehamilan mola juga disebut dengan trofoblas gestasional atau mola hidatidosa adalah kelainan pembuahan dimana jaringan abnormal tumbuh di dalam rahim. Kasus kehamilan mola ini termasuk kasus yang jarang terjadi, jaringan yang berbahaya dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Dalam mola hidatiform lengkap, tumbuh jaringan yang abnormal di rahim sehingga janin menjadi hilang.
Janin biasanya dikonsumsi oleh pertumbuhan jaringan yang tidak normal di dalam rahim, dan kehamilan mola tidak dapat menghasilkan janin atau kelahiran janin dengan cacat lahir yang parah.
Jika kamu mengalami bercak atau pendarahan vagina bisa menjadi gejala pada kehamilan mola. Gejala-gejala lain dari kehamilan mola adalah mual dan muntah yang parah, dan pembesaran rahim yang cepat.
Segera untuk konsultasi ke dokter dan melakukan tindakan sonogram atau USG digunakan untuk mendiagnosis kehamilan mola.
4. Tanda keguguran
Keguguran paling sering terjadi sekitar 15% hingga 20% masa kehamilan, biasanya selama 12 minggu pertama kehamilan. Gejala umum keguguran adalah pendarahan, sakit perut, dan sakit punggung. Keguguran cenderung menjadi salah satu masalah terbesar jika terjadi perdarahan pada trimester pertama.
Jika kamu merasakan gejala-gejala diatas, kamu dapat melakukan pemeriksaan di dokter kandungan karena ada beberapa keadaan dimana keguguran yang sedang berlangsung dapat dicegah. Cacat genetik pada embrio merupakan penyebab paling umum keguguran.
Namun, perdarahan trimester pertama tidak selalu berarti kamu kehilangan bayi atau keguguran. Bahkan, jika detak jantung terlihat pada USG, lebih dari 90% perempuan yang mengalami perdarahan vagina trimester pertama tidak akan keguguran.
5. Perubahan serviks
Produksi hormon normal selama kehamilan dapat menyebabkan perubahan pada serviks, hingga membuatnya menjadi lebih lunak dan lebih rentan mengalami perdarahan.
Selain itu, Jaringan yang jinak atau disebut dengan polip serviks dapat terbentuk pada perubahan pada serviks.
Selama kehamilan, darah secara ekstra mengalir ke serviks. Hal yang memicu pendarahan adalah hubungan seksual dan pap test yang menyebabkan kontak dengan serviks. Jenis perdarahan ini tidak terlalu berbahaya namun kamu tetap harus berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan keputusan penanganan yang tepat.
6. Indikasi terjadinya infeksi
Infeksi vagina dapat menyebabkan perdarahan vagina secara tiba-tiba selama kehamilan. Setiap infeksi serviks, vagina, atau infeksi menular seksual (seperti klamidia, gonore, atau herpes) dapat menyebabkan perdarahan pada trimester pertama.
Jika pendarahan disertai dengan keputihan yang tidak normal. Kalau kamu mengalami pendarahan selama trimester pertama, cobalah untuk berkonsultasi pada dokter kandunganmu agar kamu lebih memahami bagaimana penanganan yang tepat agar tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca juga:
- Mengalami Pendarahan Saat Hamil Tua, Segera Lakukan Ini
- 8 Kondisi Bahaya Penyebab Perdarahan Selama Hamil
- Perdarahan di Kehamilan Trimester Kedua? Hati-hati Plasenta Previa