Mengenal Cinderella Syndrome yang Berpotensi dialami Ibu Hamil
Ini dia detil mengenai cinderella syndrome yang wajib diketahui Mama yang sedang hamil
5 Juli 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai perempuan, kita tentu mengenal sosok karakter fiksi dari Disney bernama Cinderella.
Putri yang digambarkan baik hati ini diceritakan dalam sebuah kisah yang dramatis, di mana Cinderella harus hidup merana di bawah siksaan ibu tiri dan saudara tirinya. Namun, kehidupan yang menyedihkan itu sirna saat Cinderella menemukan pangeran tampan sebagai pasangan hidupnya.
Hal inilah yang dinilai oleh seorang ahli psikiatri bernama Colette Dowling sebagai latar belakang dari teori Cinderella Complex (CC) atau Cinderella Syndrome.
Ternyata ibu hamil berpotensi untuk mengalami cinderella syndrome. Wah apa maksudnya dan kok bisa ya?
Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai cinderella syndrome yang bisa dialami oleh ibu hamil:
Apa Itu Cinderella Syndrome?
Dilansir dari The New York Times, pakar psikiatri Collette Dowling pertama kali mencetuskan teori Cinderella Complex (CC) atau Cinderella Syndrome melalui buku karyanya berjudul The Cinderella Complex: Women’s Hidden Fear of Independence (1971).
Melalui buku tersebut, Collete berpendapat bahwa semua perempuan mengalami konflik yang berhubungan dengan kemandirian.
Hal tersebut menjadi kondisi psikologi yang dihadapi karena tidak adanya didikan terkait cara menghadapi ketakutan dan mengatasi masalah.
Alhasil, para perempuan cenderung bertumbuh menjadi sosok yang bergantung dengan orang lain, terutama laki-laki, sehingga hal tersebut akan mempersulit dirinya saat ditempatkan pada situasi di mana perempuan harus menghadapi masalah seorang diri.
Umumnya, masalah tersebut muncul karena rasa takut akan hal-hal yang dibayangkan mungkin saja terjadi apabila ia harus menghadapi segala sesuatu seorang diri.
Collete meyakini bahwa keadaan psikologi ini marak dirasakan oleh semua perempuan di era modern. Tanpa terkecuali, para Mama millenial dinilai memiliki potensi yang tinggi untuk mengalami kondisi psikologi Cinderella Syndrome, secara khusus, saat Mama sedang hamil.
Cinderella Syndrome pada Ibu Hamil
Ketika Mama sedang menjalani proses kehamilan, berbagai perubahan kondisi fisik dan emosi tentu akan menjadi salah satu peralihan dari banyaknya wujud transformasi yang ditunjukan sebagai reaksi tubuh dan kondisi psikologi mama.
Salah satunya, Mama dapat mengalami perubahan emosi di mana Mama yang semula biasa-biasa saja, tiba-tiba merasa gejolak di mana Mama sangat membutuhkan sosok Papa sebagai laki-laki yang didambakan untuk menjadi pelindung saat menjalani proses kehamilan.
Alhasil, Mama akan cenderung menunjukkan berbagai sikap yang berlebihan, seperti menuntut kehadiran papa setiap waktu dan selalu ingin dimanja.
Tidak menutup kemungkinan, di saat yang bersamaan, Mama akan meminta hal-hal yang berlebihan dari Papa. Sebagai akibat, Mama secara nggak langsung telah meletakkan ketergantungan secara penuh pada diri Papa.
Hal ini pada akhirnya membuahkan kondisi psikologi seperti stres dan depresi apabila Mama tidak memperoleh hal-hal tersebut.
Tentu, kondisi psikologi yang nggak baik ini sangat memengaruhi proses kehamilan mama secara negatif.
Editors' Pick
Bagaimana Cara Mengatasi Cinderella Syndrome?
Apabila Mama telah menunjukkan beberapa tanda-tanda terkait Cinderella Syndrome seperti yang telah kami jelaskan di atas, Mama tentu haruslah mulai menyadarkan diri dan melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasinya.
Terdapat 3 cara yang telah berhasil dirangkum oleh Popmama.com untuk menghadapi Cinderella Syndrome saat hamil. Cek yuk, Ma!
1. Lakukan proses refeksi diri
Hal pertama yang sangat dianjurkan untuk mulai dilakukan oleh Mama adalah melakukan proses refleksi diri. Dalam perihal ini, Mama dimaksudkan untuk mengenali sejauh mana ketakutan yang menguasi diri mama saat menjalani proses kehamilan.
Mama dapat melakukannya dengan memanfaatkan penggunaan jurnal yang sangat bermanfaat untuk dilakukan. Saat menulisnya, Mama juga dapat turut mencatat hal-hal yang membuat diri mama senang untuk melihat bahwa ada opsi yang bisa menutupi rasa takut mama.
Sebagai tambahan, nggak ada salahnya jika Mama juga menulis berbagai kata-kata positif yang Mama ingat atau lihat dari berbagai sarana atau onlineplatform.
Untuk hasil yang maksimal, tulislah kata-kata positif itu di tempat-tempat yang mudah terlihat. Hal ini dipercayai dapat membantu Mama dalam meringankan rasa takut akan hal-hal yang membuat Mama merasa tidak bisa menjalani proses kehamilan tanpa sosok Papa yang sangat Mama butuhkan.
2. Aktif dalam komunitas perempuan
Salah satu hal yang membuat Mama tumbuh dengan rasa ketergantung pada sosok laki-laki seperti Papa adalah karena Mama hanya membuka orientasi mama terhadap sosok papa seorang. Padahal, di sisi lain, ada banyak sekali orang-orang yang bisa Mama sandarkan.
Selain beberapa anggota keluarga terdekat, Mama sangat dianjurkan untuk bergabung dengan sebuah komunitas yang didominasi oleh perempuan.
Dalam era milenial yang turut mengedepankan nilai feminisme, para perempuan sudah mulai hidup dengan sense of independency dan saling menopang satu sama lain. Karena itu, bagaimana jika Mama turut bergabung dalam komunitas dengan pergerakan positif tersebut?
Berkumpul bersama para perempuan yang sama-sama sedang berjuang untuk hidup mandiri dan mengalahkan rasa takut tentu akan menjadi suatu kelegaan yang meringankan beban mama.
Yuk, coba sekarang juga, Ma!
3. Berani untuk mendidik ulang diri sendiri
Terakhir, Mama sangat ditekankan untuk turut melakukan upaya secara nyata. Hal tersebut terwujud dari keberanian Mama dalam mendidik ulang diri mama sendiri melalui berbagai hal yang menantang rasa takut mama.
Sebagai contoh, Mama saat ini mungkin merasa cemas kalau berada di rumah seorang diri tanpa sosok Papa. Ketimbang menghubungi Papa untuk cepat-cepat datang menemani Mama, bagaimana jika Mama menantang diri untuk berani menjalani hari tanpa kehadiran Papa?
Dari situ, Mama pun akan mendapatkan bukti nyata bahwa Mama merupakan sosok perempuan yang kuat dan dapat melakukan segala hal semampu Mama seorang diri.
Jika Mama melakukannya, secara perlahan, kondisi psikologis Cinderella Syndrome akan hilang.
Namun, ingat ya, Ma! Apabila Mama mengalami hal yang di luar kemampuan mama, nggak ada salahnya untuk melibatkan Papa yang merupakan sosok suami yang mencintai Mama.
Nah, itulah informasi mengenai Cinderella Syndrome yang bisa dialami oleh ibu hamil. Semoga Mama bisa menjalani kehamilan dengan lebih bahagia, ya.
Baca juga:
- Seperti Inilah Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil 6 Bulan
- Penting! Ini yang Terjadi pada Fisik dan Mental setelah Melahirkan
- 4 Cara Mempersiapkan Mental Calon Mama Jelang Persalinan