Kasus Sifilis di RI Tinggi, Hanya 25 Persen Ibu Hamil yang Skrining
Kemenkes sebut angka kenaikan sifilis selama 5 tahun terakhir hampir 70 persen
11 Mei 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sifilis atau raja singa adalah salah satu penyakit menular seksual yang masih jadi perhatian Kemenkes (Kementerian Kesehatan) RI. Data terbaru menyebutkan kalau dalam 5 tahun terakhir terjadi lonjakan kasus penyakit tersebut secara keseluruhan.
Bagi ibu hamil, IMS (infeksi menular seksual) ini perlu diwaspadai. Bagi mama yang belum tahu, sifilis bisa menular dari ibu hamil ke janin yang disebut sebagai sifilis kongenital. Penyakit ini tidak dapat disepelekan karena bisa memicu komplikasi, baik selama kehamilan, atau saat kelahiran bayi.
Sayangnya, dari data Kemenkes itu menyebutkan kalau banyak ibu hamil yang belum sadar dengan risiko dan bahaya sifilis ini. Hanya 25 persen ibu hamil yang sadar untuk memeriksakan dirinya mengenai penyakit ini.
Berikut Popmama.com rangkum info mengenai kasus sifilis di RI tinggi.
1. Sifilis meningkat selama 5 tahun terakhir hampir 70 persen
Data dari Kemenkes menyebutkan dalam 5 tahun terakhir terjadi lonjakan kasus sifilis hingga 70 persen. Awalnya, kasus sifilis di tahun 2018 lalu sebesar 12.484 menjadi 21.000 di tahun 2022 kemarin.
"Tercatat, ada kenaikan hampir 70% yang mulanya dari 12.484 kasus pada 2018 meningkat jadi 21.000 kasus di tahun 2022 kemarin", ungkap jubir Kemenkes RI, Mohammad Syahril.
Editors' Pick
2. Kemenkes sayangkan banyak ibu hamil yang tidak mengobati sifilisnya
Dalam keterangannya itu, Syahril menyayangkan rendahnya ibu hamil yang menjalani pengobatan setelah tahu terpapar sifilis. Ada 60% yang tidak mendapatkan pengobatan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.
"Ditambah lagi, tiap tahunnya dari 5 juta kehamilan itu hanya ada 25 persen bumil yang rutin skrining sifilis", imbuh Syahril.
Rendahnya pengobatan sifilis ini tidak lepas dari stigma buruk masyarakat terhadap penyakit ini sehingga penderitanya malu dan enggan berobat. Syahril mengimbau agar masyarakat setia pada pasangannya dan menghindari seks yang berisiko untuk mencegah penyakit ini.
3. Ciri-ciri sifilis pada ibu hamil
Sifilis atau raja singa adalah sebuah kondisi yang terjadi karena adanya infeksi bakteri bernama Treponema pallidum. Cara paling sering penularan penyakit ini adalah hubungan intim yang dilakukan dengan orang yang sudah terinfeksi.
Selain dengan hubungan badan, sifilis juga bisa menular melalui kontak atau pertukaran cairan tubuh, misalnya melalui darah.
Pada dasarnya, infeksi ini akan mulai menunjukkan gejala setelah tiga minggu bakteri memasuki tubuh. Ada 4 tahap infeksi sifilis dan menunjukkan gejala yang berbeda-beda. Khusus untuk sifilis pada ibu hamil ada ciri-ciri tertentu.
- Sifilis Primer, akan muncul lesi atau luka pada organ reproduksi, yaitu di sekitar mulut atau di dalam alat kelamin. Tahap ini gejala awalnya sering tidak disadari, sebab luka ini biasanya hanya bertahan sekitar 1–2 bulan kemudian hilang tanpa bekas.
- Sifilis Sekunder, gejala berupa ruam merah kecil yang biasa muncul pada telapak kaki dan telapak tangan. Selain itu, gejala lain yang muncul mungkin demam, nafsu makan menurun, radang tenggorokan, dan munculnya kutil kelamin.
- Sifilis Laten, di awal ada luka tetapi luka menghilang akan terjadi selama dua tahun saja. Setelah itu, ini malah akan masuk ke tahap selanjutnya yang paling berbahaya.
- Sifilis Tersier, menyebabkan kelumpuhan, kebutaan, demensia, hingga masalah pendengaran bahkan kematian.
4. Komplikasi pada janin dari ibu dengan sifilis
Risiko dari penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga bisa menular ke anak-anak lewat orangtua-nya. Penularan sifilis pada anak terjadi dari ibu hamil yang berhasil melahirkan tapi tidak melakukan pengobatan.
Selama hamil, jika penyakit ini tidak diobati bisa menyebabkan komplikasi pada bayi dan bahkan bayi setelah lahir.
Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi pada bayi akibat sifilis kongenital, selama kehamilan:
- Keguguran
- Lahir prematur
- Pembatasan pertumbuhan janin berat lahir rendah
- Masalah dengan plasenta dan tali pusat.
- Kelahiran mati
5. Komplikasi pada bayi yang lahir dari ibu hamil dengan sifilis
Selain komplikasi saat kehamilan, sifilis kongenital juga dapat menyebabkan masalah saat bayi lahir. Oleh karenanya, Kemenkes mewanti-wanti agar sifilis ini segera diobati jika ibu hamil memilikinya sebelum waktu bersalin tiba.
Adapun komplikasi pada ibu hamil dengan sifilis yang melahirkan bayi:
- Kematian neonatal.
- Masalah dengan limpa dan hati, termasuk penyakit kuning. Jika bayi mengidap sifilis kongenital, hatinya mungkin tidak cukup berkembang untuk mengeluarkan bilirubin dengan sendirinya
- Anemia
- Ruam di mulut, alat kelamin, atau di bagian bawah kakinya dan di tangan dan wajahnya
- Demam dan pilek
Jika bayi lahir dengan kongenital sifilis dalam keadaan hidup, biasanya tidak memiliki gejala apa pun. Akan tetapi, masih ada kemungkinan munculnya ruam pada telapak tangan dan telapak kaki bayi.
Seiring bertambahnya usia, gejala yang dimiliki anak yang lahir dengan sifilis mungkin akan berkembang menjadi masalah pendengaran, deformasi gigi, hingga pertumbuhan tulang yang abnormal.
Itulah tadi informasi mengenai kasus sifilis di RI tinggi. Yuk, mulai sekarang jika mengetahui ada gejala langsung diperiksakan saja apalagi jika Mama memiliki risiko!
Baca juga:
- 8 Cara Melindungi Diri dari Infeksi di Masa Kehamilan
- Waspada Infeksi saat Hamil serta Risikonya bagi Bumil dan Janin
- Jangan Abai! Tanda dan Gejala Sifilis saat Hamil yang Harus Diwaspadai