Ibu Hamil Menengah ke Atas Rentan Memiliki Anak Stunting
Fast food menjadi faktor utama terjadinya stunting lho, Ma
20 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang berkaitan erat dengan gizi masyarakat yang buruk dalam periode panjang. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan serius, akan semakin banyak masyarakat dewasa dan menua dengan perkembangan kognitif yang lambat, mudah sakit, dan kurang produktif.
Menurut Dr. Zamhir Setiawan, M.Epid, jumlah kasus stunting di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 27,67% yang sebelumnya berada di angka 37,8%. Akan tetapi angka tersebut masih termasuk tinggi dibandingkan toleransi maksimal stunting yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Bahkan diketahui hingga akhir tahun 2020, Indonesia masih berada di urutan 4 dunia dan urutan ke-2 di Asia Tenggara terkait kasus stunting.
Salah satu penyebab terjadinya stunting pada anak bisa berasal dari faktor eksternal seperti minimnya ketersediaan air bersih, hingga kurangnya kebersihan lingkungan yang umumnya dialami oleh para ibu hamil menengah ke bawah.
Namun, ternyata tak hanya ibu hamil menengah ke bawah yang berisiko melahirkan anak stunting, tetapi juga bisa terjadi oleh ibu hamil menengah ke atas lho, Ma. Kira-kira apa faktor lain yang menyebabkan ibu hamil menengah ke atas juga rentan memiliki anak yang stunting ya, Ma?
Nah, kali ini Popmama.com telah merangkum informasi terkait hal tersebut.
1. Asupan yang baik dikonsumsi saat hamil untuk cegah stunting
Menurut Sinteisa Sunarjo, Group Business Unit Head Woman Nutrition KALBE Nutritionals, dalam acara penandatanganan kerjasama Prenagen dan Klikdokter pada Selasa (4/5/2021), nutrisi yang penting dan baik dikonsumsi oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya stunting adalah nutrisi makro dan mikro yang harus dikonsumsi secara seimbang.
Pasalnya, saat ini makanan lebih banyak mengandung karbohidrat dan lemak yang tinggi, sehingga jumlah protein dan serat yang berasal dari buah serta sayur harus ditambah.
Sinteisa menambahkan, kesehatan organ reproduksi sebaiknya dipersiapkan bahkan sebelum hamil. Sehingga, ketika sudah ada janin, organ reproduksi sudah siap dengan kondisi yang prima agar asupan gizi yang dikonsumsi janin bisa optimal.
Editors' Pick
2. Faktor demografi terjadinya stunting
Selain faktor nutrisi yang menjadi penyebab terjadinya stunting, ternyata faktor demografi juga sangat memengaruhi ibu hamil mengalami stunting. Dr. Zamhir menjelaskan, ada tiga faktor demografi yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya stunting, yakni sosial ekonomi, lingkungan, dan derajat kesehatan.
Pada umumnya, anak dari ibu hamil dengan keadaan sosial ekonomi menengah ke bawah banyak ditemukan mengalami stunting, di mana hal ini juga berkaitan dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang tidak memenuhi syarat kebersihan seperti minimnya ketersediaan air bersih, tidak ada jamban sehingga mengharuskan buang air di sembarang tempat, serta lingkungan kumuh yang mudah menularkan penyakit.
Selain itu, derajat kesehatan ibu hamil dapat dilihat dari bagaimana kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan gizi atau meningkatkan status kesehatannya.
3. Keadaan lingkungan perlu diperbaiki
Mengingat lingkungan menjadi faktor penyebab yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya stunting, maka perlu adanya perbaikan yang dilakukan untuk lingkungan tersebut agar lebih baik dan memenuhi syarat kebersihan.
Menurut penjelasan Dr. Zamhir, apabila bayi tinggal di lingkungan yang kumuh atau tidak memenuhi syarat kebersihan, tentu ia akan mudah terkena penyakit, sehingga perbaikan ini juga berguna untuk mencegah bayi terkena penyakit. Perbaikan yang dimaksud adalah memperbaiki kondisi rumah dan lingkungannya memenuhi syarat kebersihan agar tidak mudah terjadinya penyakit, misal meningkatkan ketersediaan air bersih, jamban, dan lain sebagainya.
4. Tak hanya ibu hamil menengah ke bawah yang memiliki anak stunting
Jika melihat penjelasan sebelumnya, terlihat jelas bahwa ibu hamil menengah ke bawah cenderung lebih rentan memiliki anak stunting lantaran dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan lingkungan sekitar yang tidak memenuhi syarat kebersihan.
Akan tetapi Sinteisa menjelaskan, ada penelitian yang menunjukan bahwa ibu hamil menengah ke atas juga rentan memiliki anak stunting, salah satunya di Jakarta yang ternyata memiliki kasus yang cukup banyak. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Pola makan adalah salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh, mengingat makanan saat ini lebih banyak mengandung karbohidrat dan lemak yang tinggi namun rendah protein dan serat, contohnya fast food. Sinteisa menambahkan, meski harganya mahal, gizi yang terkandung dalam fast food cenderung kurang seimbang. Masih banyak ibu hamil yang masih belum menyadari pentingnya nutrisi makro dan mikro pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Oleh karena itu, di sinilah terlihat bahwa semua kelas demografi pada nyatanya bisa mengalami stunting, meski memang kelas menengah ke bawah lebih berpotensi.
5. Sejak kapan ibu hamil bisa mendeteksi anaknya mengalami stunting?
Menurut Sinteisa, bayi yang mengalami stunting bisa dideteksi bahkan pada masa kehamilan, biasanya bisa terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara ibu hamil yang diberikan nutrisi khusus dengan yang tidak, seperti Hb yang rendah dan parameter-parameter lain yang bisa diukur atau melalui USG.
Sinteisa menambahkan, ibu hamil perlu memeriksakan kesehatan kehamilannya secara rutin karena hal ini berperan penting untuk mengetahui apakah bayi dalam kandungan mengalami stunting.
Nah, itulah informasi mengenai stunting pada anak yang ternyata bisa terjadi pada seluruh lapisan masyarakat, baik menengah ke bawah bahkan menengah ke atas. Semoga mulai saat ini Mama sudah mulai menyadari pentingnya kebutuhan makro dan mikro setiap harinya ya.
Baca juga:
- 5 Tips Memenuhi Kebutuhan Gizi Anak Guna Mencegah Stunting
- Penting, Kenali 5 Cara Cegah Stunting sejak Bayi Lahir!
- Miris, BKKBN Prediksi 7 Juta Bayi Alami Stunting pada 2024