Apakah Botox Aman untuk Ibu Hamil? Membuat Mama Tampak Lebih Muda
Cek dulu faktor keamanannya sebelum menggunakan botox, Ma!
10 September 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap perempuan ingin tampil cantik dan menawan, termasuk ibu hamil. Salah satu cara yang banyak dilakukan agar tampak cantik dan awet muda adalah dengan menggunakan botox.
Botox adalah merek obat yang digunakan untuk alasan kosmetik dan medis. Dalam industri kecantikan, sering digunakan untuk mengurangi kerutan di wajah.
Jika Mama ingin menggunakan Botox saat hamil, cek dulu faktor keamanannya. Apakah berisiko bagi kehamilan dan janin?
Penjelasan mengenai keamanan penggunaan botox saat hamil dapat dibaca pada ulasan Popmama.com berikut ini, ya!
Apa Itu Botox?
Botox adalah merek obat yang digunakan untuk alasan kosmetik dan medis. Dikenal sebagai toksin botulinum tipe A, botox dibuat menggunakan bakteri clostridium botulinum.
Botox juga digunakan dalam industri kecantikan, karena dapat menghaluskan kerutan yaitu garis kerutan, dan kerutan di dahi. Selain itu juga digunakan untuk mengobati berbagai kondisi medis, termasuk kelopak mata berkedut, kulit lentur, migrain, kandung kemih yang terlalu aktif, inkontinensia urine, dan keringat berlebih.
Botox bekerja dengan melumpuhkan otot atau memblokir saraf tertentu yang memerintahkan otot untuk bergerak. Beberapa efek samping yang lebih umum termasuk rasa sakit atau memar di tempat suntikan. Bergantung pada kegunaannya, efek botox dapat bertahan dari tiga hingga 12 bulan.
Editors' Pick
Apakah Mama Dapat Menggunakan Botox saat Hamil?
Sampai saat ini belum ada penelitian yang menyatakan apakah botox dapat membahayakan janin, jadi kecil kemungkinan dokter akan mengizinkan suntikan untuk alasan kosmetik. Namun, jika Mama mendapatkan Botox karena alasan medis, misalnya untuk mengobati migrain atau ketegangan otot, dokter mungkin akan memberikan izin.
Secara khusus, karena tidak ada penelitian yang memadai telah dilakukan pada ibu hamil dan botox, oleh karena itu, tidak ada cara untuk menentukan keamanan obat.
Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang botox dan kehamilan pada hewan. Sementara beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara toksin botulinum dan kelainan janin, yang lain menunjukkan bahwa obat tersebut tidak melewati plasenta atau tidak terdeteksi pada janin hewan. Tetapi karena ibu hamil bukan tikus labolatorium, sulit untuk memperkirakan hasil tersebut pada manusia.
Selain eksperimen formal, ada beberapa laporan kasus tentang perempuan yang menerima botox selama kehamilan (termasuk beberapa yang tidak tahu bahwa mereka hamil pada saat disuntik). Dari semua perempuan ini, sebagian besar (proporsi yang sama dengan populasi umum) memiliki bayi yang sehat.
Jika Mama mempertimbangkan botox untuk tujuan medis selama kehamilan, bicarakan dengan dokter apakah manfaatnya lebih besar daripada risikonya. Tunda penggunaan botox selama kehamilan untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan.