Bolehkah Operasi Plastik saat Hamil?
Apakah operasi plastik aman dilakukan saat hamil?
9 Desember 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ibu hamil menghadapi banyak perubahan dalam hormon, tubuh, dan kesehatan mental mereka. Berhadapan dengan emosi yang saling bertentangan, ketakutan, dan kenaikan berat badan yang signifikan dapat sangat membebani pikiran para calon mama. Meski sedang hamil, Mama pun ingin tampil menawan.
Perubahan pada kulit, wajah, dan hormonal ini sering kali membuat ibu hamil mempertimbangkan prosedur bedah plastik selama kehamilan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki penampilan mereka.
Tapi bolehkah operasi plastik saat hamil? Bila Mama berencana untuk melakukan bedah plastik saat hamil, yuk, simak penjelasan Popmama.com berikut ini, Ma.
Bolehkah Melakukan Operasi Plastik saat Hamil?
Sebagian ibu hamil melakukan persalinan caesar dan pembedahan tersebut sebagian besar aman untuk ibu hamil. Meski demikian, pembedahan yang tidak dimaksudkan untuk mengobati kondisi yang memengaruhi kehamilan harus selalu dihindari hingga setelah bayi lahir. Ini termasuk operasi plastik
Menempatkan tubuh ibu hamil di bawah tekanan yang tidak semestinya akan mengalokasikan kembali sel darah putih ke lokasi luka dan menjauh dari rahim, yang memerlukan perawatan dan perhatian ekstra saat janin tumbuh. Nutrisi dan khasiat penyembuhan tubuh tidak boleh dikorbankan untuk menangani pemulihan bedah elektif jika terjadi keadaan darurat janin.
Ibu hamil harus selalu berhati-hati untuk menjalani kehidupan yang cukup "normal", bebas dari stres atau tekanan yang tidak semestinya pada tubuh. Salah satunya operasi plastik dan pemulihannya setelah operasi.
Editors' Pick
Risiko Melakukan Operasi Plastik saat Hamil
Selama kehamilan, tubuh ibu mengalami perubahan fisiologis yang mendalam untuk mendukung perkembangan janin. Perubahan ini, termasuk peningkatan volume darah dan fluktuasi hormon, dapat memengaruhi respons tubuh secara signifikan terhadap prosedur bedah plastik.
Berikut ini adalah beberapa penyebabnya:
- Peningkatan risiko infeksi: Kehamilan mengubah sistem kekebalan tubuh, membuat ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi. Kerentanan yang meningkat ini dapat meningkatkan risiko infeksi pascaoperasi setelah operasi hidung, yang berpotensi menyebabkan komplikasi dan memperpanjang proses pemulihan.
- Penyembuhan luka yang tertunda: Kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka dapat terganggu selama kehamilan karena perubahan hormon dan peningkatan aliran darah ke rahim. Akibatnya, sayatan yang dibuat selama operasi hidung membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh, sehingga meningkatkan risiko jaringan parut dan masalah terkait luka lainnya.
- Reaksi yang tidak diinginkan terhadap anestesi: Kehamilan mengubah metabolisme dan distribusi obat-obatan dalam tubuh, termasuk anestesi. Hal ini dapat menyebabkan respons anestesi yang tidak terduga selama operasi hidung, yang berpotensi mengakibatkan reaksi yang merugikan seperti mual, muntah, atau komplikasi pernapasan.
- Pendarahan berlebihan: Kehamilan dikaitkan dengan peningkatan volume darah untuk memenuhi kebutuhan janin yang sedang berkembang. Selama operasi plastik, peningkatan volume darah ini dapat menyebabkan peningkatan perdarahan selama dan setelah prosedur, sehingga menimbulkan tantangan bagi dokter bedah dalam mencapai hasil yang optimal dan berpotensi memerlukan intervensi tambahan untuk mengendalikan perdarahan.