Gangguan Tiroid saat Hamil: Gejala, Risiko, dan Penanganannya
Gejalanya mirip dengan gejala kehamilan, jadi Mama harus waspada
29 Januari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah Mama sering merasa lelah, lesu, pegal dan pelupa? Apakah berat badan bertambah dan Mama mengalami pembengkakan? Semua itu adalah gejala umum kehamilan. Selain itu, Mama juga perlu mewaspadai bahwa gangguan tiroid juga memiliki gejala yang sama. Jadi bagaimana Mama dapat membedakannya?
Kelenjar tiroid merupakan bagian dari sistem endokrin yang menghasilkan semua hormon dalam tubuh. Hormon yang diproduksi tiroid memainkan peran kunci dalam mengatur metabolisme atau cara tubuh menggunakan energi, bersama dengan suhu, berat badan, kadar kolesterol, dan fungsi utama tubuh lainnya.
Produksi hormon tiroid, pada gilirannya, diatur oleh kadar hormon perangsang tiroid (TSH), yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari (di otak). Tingkat hormon tiroid dalam darah berfluktuasi secara alami sepanjang hari; biasanya, kelenjar pituitari merespons dengan menciptakan lebih banyak atau lebih sedikit TSH. Gangguan pada hormon tiroid dapat memengaruhi perubahan fungsi tubuh.
Ulasan Popmama.com kali ini akan membahas mengenai gangguan tiroid saat hamil, yang dapat menyebabkan Mama mengalami kekurangan atau kelebihan hormon tiroid.
1. Hormon kehamilan memengaruhi kadar hormon tiroid
Jika Mama sedang hamil, dua hormon kehamilan yang sudah dikenal, yaitu estrogen dan human chorionic gonadotropin (hCG), meningkatkan kadar hormon tiroid.
Pada trimester pertama, hCG yang mirip dengan TSH merangsang produksi hormon tiroid. Dan selama kehamilan, peningkatan kadar estrogen menghasilkan hormon yang membantu mengangkut hormon tiroid dalam darah. Pada trimester ketiga, volume tiroid mungkin 10-15 persen lebih besar. Semua ini normal.
Karena kedua alasan di atas dan karena banyak gejala kehamilan normal serta kelainan tiroid (seperti kelelahan) yang serupa, tes tiroid bisa jadi lebih sulit untuk didiagnosis.
Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan yang sehat dari otak dan sistem saraf janin, terutama selama trimester pertama. Jadi Mama harus mengetahui gejala, risiko, dan penanganannya.
2. Kekurangan hormon troid (hipotiroidisme) dan gejalanya saat hamil
Hipotiroidisme adalah kekurangan hormon tiroid tiroksin karena kelenjar tiroid yang kurang aktif. Selama kehamilan, kondisi yang terjadi pada sekitar dua hingga tiga dari setiap 500 ibu hamil ini biasanya disebabkan oleh penyakit Hashimoto, kelainan autoimun yang menyebabkan peradangan kronis pada kelenjar tiroid dan mengganggu kemampuannya untuk menghasilkan hormon.
Ibu hamil yang sudah mengalami hipotiroidisme dan memiliki riwayat keluarga dengan gangguan ini memiliki risiko tinggi saat hamil.
Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan normal otak dan sistem saraf bayi . Jika Mama mengalami hipotiroidisme, janin berisiko tidak mendapatkan cukup hormon tiroid di trimester pertama. Sehingga dapat menyebabkan gangguan perkembangan syaraf selama ia berada di dalam kandungan.
Berikut ini adalah beberapa gejala hipotiroidisme saat hamil:
- Kelelahan yang ekstrem,
- merasa kedinginan,
- mudah lupa,
- nyeri dan kram otot,
- kenaikan berat badan yang drastis,
- masalah kulit,
- rambut rontok,
- pembengkakan (terutama pada tangan dan kaki),
- sembelit.
Sebagian besar gejalanya mirip dengan gejala-gejala kehamilan, namun tidak ada salahnya Mama berdiskusi dengan dokter agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Editors' Pick
3. Risiko hipotiroidisme untuk ibu hamil
Jika tidak ditangani, hipotiroidisme selama kehamilan dapat menyebabkan:
- Kelahiran prematur,
- preeklampsia (peningkatan tekanan darah yang parah),
- keguguran,
- berat badan lahir rendah,
- anemia pada ibu hamil,
- kelahiran mati,
- gagal jantung kongestif pada ibu hamil.
4. Pengobatan hipotiroidisme untuk ibu hamil
Ahli endokrinologi dan dokter kandungan akan menentukan dosis pengobatan yang tepat untuk Mama.
Selain obat-obatan, pastikan untuk konsumsi makanan seimbang yang sehat dan minum vitamin prenatal. Kemungkinan besar dokter juga akan menyarankan suplemen 150 mikrogram (mcg) yodium sehari selama kehamilan karena yodium penting untuk kesehatan tiroid. Mama dapat menemukan yodium dalam makanan laut dan garam beryodium.
Selama kehamilan dan setelah melahirkan, kadar hormon tiroid akan dipantau setiap enam hingga delapan minggu untuk melihat apakah dosis obat-obatan yang diberikan memerlukan penyesuaian lebih lanjut.
5. Kelebihan hormon tiroid (hipertiroidisme) dan gejalanya saat hamil
Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar yang terlalu aktif menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Kondisi ini terjadi pada sekitar satu hingga empat dari setiap 1.000 kehamilan, menurut National Institutes of Health.
Hipertiroidisme biasanya disebabkan oleh penyakit Graves (kelainan autoimun) pada ibu hamil, di mana sistem kekebalan membuat antibodi yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang menyebabkan tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan.
Meski jarang terjadi, hipertiroidisme selama kehamilan dikaitkan dengan hiperemesis gravidarum (mual dan muntah yang parah), karena kedua kondisi tersebut dipicu oleh kadar hCG yang lebih tinggi.
Hubungi dokter jika Mama mengalami salah satu dari yang berikut:
- Detak jantung tidak teratur atau meningkat,
- kelelahan,
- gugup,
- mual atau muntah yang parah,
- kesulitan tidur,
- penurunan berat badan atau peningkatan berat badan yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang seharusnya.
6. Risiko hipertiroidisme untuk ibu hamil
Seperti halnya hipotiroidisme, hipertiroidisme yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius bagi Mama dan janin, seperti:
- Gagal jantung kongestif pada ibu,
- preeklampsia,
- keguguran,
- kelahiran prematur,
- berat badan lahir rendah.
7. Pengobatan hipertiroidisme untuk ibu hamil
Jika kondisi yang dialami oleh Mama ringan, kemungkinan besar tidak memerlukan perawatan apa pun. Kasus yang lebih parah memerlukan obat antitiroid yang disebut propylthiouracil (PTU) dalam dosis efektif terendah untuk trimester pertama.
Mama harus memeriksakan diri ke dokter secara teratur untuk memastikan obat dan dosisnya masih tepat untuk Mama.
Dalam kasus yang jarang terjadi, misalnya jika tubuh tidak merespons obat atau mengalami efek samping yang parah, Mama mungkin memerlukan operasi untuk mengangkat sebagian tiroid.
Dengan hipertiroidisme, jika Mama memiliki antibodi spesifik yang dapat merangsang tiroid, hal ini juga dapat memengaruhi tiroid janin. Bayi mungkin memiliki antibodi yang bersirkulasi selama beberapa minggu setelah lahir dan dalam hal ini, perlu pemantauan ekstra.
Kebutuhan tubuh akan hormon tiroid berfluktuasi selama kehamilan. Jadi, jika Mama pernah didiagnosis dengan masalah tiroid di masa lalu atau saat ini mengonsumsi obat untuk kondisi tiroid, pastikan untuk memberi tahu dokter kandungan.
Kondisi gangguan tiroid saat hamil ini tidak boleh diabaikan ya, Ma. Karena gejalanya mirip dengan gejala kehamilan, Mama harus ekstra waspada. Diskusikan dengan dokter jika Mama mengalami beberapa gejala.
Semoga kehamilannya berjalan dengan lancar, Ma!
Baca juga:
- Korioamnionitis, Infeksi Air Ketuban yang Perlu Diwaspadai Ibu Hamil
- Jangan Anggap Sepele, Waspada Sakit Kuning saat Hamil
- Waspada Infeksi Streptokokus Grup B pada Ibu Hamil, Cek Faktanya!