Saat hamil, tubuh mengalami banyak perubahan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin. Ini juga yang menjadi penyebab mengapa Mama menjadi rentan terhadap penyakit. Padahal, Mama harus sehat agar pertumbuhan janin tidak mengalami masalah.
Salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu adalah dengan melakukan vaksinasi. Tetapi tidak semua vaksin dapat diberikan kepada ibu hamil. Alih-alih meningkatkan daya tahan tubuh, kesalahan dalam vaksinasi justru dapat berdampak buruk bagi janin.
Vaksin berasal dari tiga jenis bentuk virus yaitu virus hidup, virus mati, dan toksoid berasal dari bakteri yang tidak berbahaya.
Ibu hamil tidak boleh menerima vaksin dari virus hidup karena dapat memberikan risiko yang membahayakan untuk kesehatan janin. Vaksin dari virus hidup dikhawatirkan akan masuk ke janin melalui plasenta.
Apa saja vaksin yang tidak boleh diberikan kepada ibu hamil? Simak jawabannya pada ulasan Popmama.com berikut ini, Ma.
1. Vaksin Hepatitis A
Abcnews.go.com
Vaksin hepatitis A sebaiknya tidak diberikan saat hamil karena keamanannya belum teruji. Selain itu, vaksin hepatitis A berasal dari virus hidup yang berisiko membahayakan janin, Ma. Alih-alih terlindung dari penyakit ini, Mama berisiko mengalami keguguran atau janin cacat.
Jika Mama berisiko terpapar virus hepatitis A, sebaiknya berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
2. Vaksin Measles, Mumps, Rubella (MMR)
indianexpress.com
Setelah menerima vaksin ini, seseorang perlu menunggu setidaknya satu bulan sebelum memutuskan untuk hamil.
Jika saat hamil ternyata Mama diketahui tidak kebal terhadap rubella, maka vaksin MMR dapat diberikan setelah hamil. Alasannya sama seperti pemberian vaksin hepatitis A, vaksin MMR juga menggunakan virus hidup yang dilemahkan. Pemberian vaksin MMR saat hamil mungkin dapat memengaruhi janin.
Editors' Pick
3. Vaksin Varicella (cacar air)
eshoje.com.br
Varicella adalah virus penyebab cacar air. Vaksin cacar air tidak dapat diberikan selama kehamilan.
Vaksin ini bisa diberikan setidaknya sebulan sebelum hamil. Pemberian vaksin ini saat hamil dikhawatirkan dapat memengaruhi janin karena ini adalah vaksin hidup atau aktif, Ma.
4. Vaksin Pneumokokus
Pixabay/whitesession
Tingkat keamanan vaksin pneumokokus (PCV) terhadap kehamilan belum diketahui secara pasti. Jadi vaksin ini sebaiknya tidak diberikan saat hamil untuk melindungi janin.
Bila Mama berisiko tinggi terhadap infeksi pneumokokus atau menderita penyakit kronis, dianjurkan untuk berkonsultasi lebih lanjut pada dokter.
5. Vaksin Polio
Freepik
Vaksin polio tersedia dalam bentuk oral yang terbuat dari virus polio yang telah dilemahkan. Selain itu, vaksin ini juga tersedia dalam bentuk suntikan yang terbuat dari virus yang telah dinonaktifkan.
Meskipun tersedia vaksin yang tidak aktif, tetapi keduanya tidak dianjurkan untuk ibu hamil, kecuali jika Mama berisiko tinggi terhadap infeksi polio. Pada kondisi ini, pemberian IPV dapat dipertimbangkan. Konsultasikan dengan dokter mengenai kondisi mama, ya.
6. Vaksin BCG
Pixabay/qimono
Vaksin BCG juga belum diketahui apakah memiliki isu kesehatan jika diberikan ke ibu hamil. Akan tetapi, dokter tidak merekomendasikannya untuk diberikan saat hamil. Salah satu alasannya adalah karena ini merupakan vaksin aktif.
Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait hal ini. Namun, untuk lebih aman, konsultasikan dulu dengan dokter kandungan mama.
7. Vaksin HPV (Human Papolima Virus)
Freepik/Tutatama
Untuk menghindari kanker serviks, seorang perempuan umumnya diberikan vaksinasi HPV untuk mengurangi risiko terkena penyakit tersebut.
Dalam kasus vaksinasi HPV, vaksin ini tidaklah berbahaya bagi ibu hamil dan janin namun tidak akan berfungsi dengan baik jika kondisi tubuh tidak benar-benar fit. Padahal kondisi ibu hamil cenderung menurun. Karena itu disarankan ibu hamil tidak mengambil vaksin ini karena hasil vaksinasi tidak akan maksimal.
Nah, itu semua jenis vaksin yang tidak boleh diberikan saat hamil, Ma. Jika Mama berencana untuk melakukan vaksin di atas, sebaiknya dilakukan sebelum atau sesudah hamil. Diskusikan lagi dengan dokter mengenai kondisi mama sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat.