Kapan Ibu Hamil Harus ke Dokter jika Alami Hiperemesis Gravidarum?
Penanganan cepat dapat menurunkan risikonya bagi Mama dan janin
31 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mual dan muntah adalah hal yang sering dialami oleh calon mama di trimester pertama. Sementara sebagian Mama mengalami mual yang ringan, ada yang berkembang menjadi hyperemesis gravidarum.
Kondisi ini terjadi ketika frekuensi muntah bisa mencapai hingga 50 kali sehari. Kapan ibu hamil harus ke dokter jika alami hiperemesis gravidarum? Penanganan yang cepat dan tepat dapat membantu Mama menghindari risiko bagi kehamilan dan janin.
Nah, jawabannya bisa Mama temukan pada ulasan Popmama.com berikut ini ya.
Apa itu Hiperemesis Gravidarum?
Jika pada morning sickness biasanya Mama bisa muntah 1-2 kali setiap pagi, maka pada diagnosis hiperemesis gravidarum (HG) terparah frekuensi muntahnya bisa mencapai hingga 50 kali sehari.
Jika kondisinya sudah demikian, pakar kebidanan dan kandungan Dib Hatta menyebutkan ibu hamil membutuhkan perawatan khusus. Jika tidak, efeknya bisa jadi membahayakan bagi Mama.
Beberapa di antaranya yakni dehidrasi, masalah metabolisme dan penurunan berat badan yang drastis.
Meski tak secara langsung memengaruhi janin, efek dehidrasi dari hiperemesis gravidarum dapat memengaruhi tumbuh kembang janin.
Jumlah kasus hiperemesis gravidarum ini jarang terjadi. Kasus ini terjadi rata-rata pada 1 dari 100 ibu hamil.
Mengapa Sebagian Ibu Hamil Bisa Mengalaminya?
Dikatakan bahwa ibu hamil akan lebih mungkin mengalami hiperemesis gravidarum jika sedang hamil janin kembar.
Penyebab mual dan muntah pada masa kehamilan sendiri disebabkan oleh tingginya produksi hormon human chorionic gonadotropin (HCG).
Hormon ini meningkat di trimester awal karena banyak dilepaskan oleh plasenta.
Meski belum diketahui secara pasti apa penyebab dari hiperemesis gravidarum, tapi ada beberapa faktor risiko yang diyakini bisa memicu gejala ini.
Beberapa di antaranya yakni kelebihan berat badan dan ada riwayat kehamilan dengan hiperemesis gravidarum sebelumnya.
Selain itu, faktor biologis dan psikis juga turut memengaruhi risiko Mama mengalami hiperemesis gravidarum. Jika ragu, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Editors' Pick
Kenali Gejalanya
Berbeda dengan mual dan muntah yang biasa dialami oleh ibu hamil di trimester pertama, hiperemesis gravidarum memiliki gejala berikut:
- Mual dan muntah yang berkepanjangan dan parah,
- Mengalami dehidrasi. Ini mungkin dengan yang berikut: merasa haus, lelah, pusing atau pusing, tidak sering buang air kecil, dan buang air kecil berwarna kuning tua dan berbau menyengat,
- Penurunan berat badan,
- Tekanan darah rendah (hipotensi) saat berdiri.
Kapan Mama Harus ke Dokter?
Dalam 100 kehamilan, terdapat 1-3 ibu hamil yang mengalaminya. Jika Mama menderita hiperemesis gravidarum, Mama sebaiknya mencari bantuan dokter. Jangan berdiam diri tanpa mendapatkan perawatan.
Pastikan untuk mendapatkan bantuan sedini mungkin ketika mengalami mual dan muntah yang parah dan temui dokter umum atau bidan atau hubungi rumah sakit.
Mereka akan dapat mengesampingkan kondisi lain yang dapat menyebabkan penyakit dan mengonfirmasi jika Mama memiliki hiperemesis gravidarum serta memastikan Mama mendapatkan perawatan yang diperlukan untuk melindungi kesehatan mama dan janin.
Penting untuk mendapatkan bantuan dokter karena Mama mungkin mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan akibat hiperemesis gravidarum.
Mengobati Hiperemesis Gravidarum
Ada beberapa pilihan pengobatan yang berbeda untuk hiperemesis gravidarum. Ini tergantung pada respons tubuh Mama terhadap hiperemesis gravidarum dan dapat mencakup:
- Obat-obatan seperti obat anti sakit (antiemetik), vitamin (B6 dan B12) dan steroid, atau kombinasinya.
- Cairan intravena yang diberikan langsung ke pembuluh darah melalui infus.
Bila tidak mendapatkan perawatan, kondisi ini dapat meningkatkan risiko bagi ibu hamil dan janin.
Mual dan muntah yang berlebihan akan menyebabkan tubuh Mama kehilangan banyak cairan. Pada akhirnya ini memicu dehidrasi dan gangguan elektrolit.
Jika dibiarkan, dehidrasi dan gangguan elektrolit dapat menyebabkan deep vein thrombosis pada ibu hamil.
Selain itu, hiperemesis gravidarum juga bisa menimbulkan komplikasi seperti:
- Kekurangan nutrisi,
- Gangguan fungsi hati serta ginjal,
- Sindrom Mallory-Weiss, robekan pada dinding kerongkongan dan menyebabkan muntah darah,
- Gangguan kecemasan dan depresi,
- Organ tubuh gagal berfungsi,
- Persalinan prematur.
Apakah Kondisi Ini Dapat Dicegah?
Hingga kini, belum ditemukan cara untuk mencegah hiperemesis gravidarum. Mama dapat melakukan beberapa hal untuk meredakan mual dan muntah agar tidak berkembang jadi makin parah.
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Perbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi,
- Konsumsi teh jahe untuk meredakan mual dan menghangatkan tubuh,
- Penuhi kebutuhan vitamin dan zat besi selama hamil,
- Istirahat cukup, hindari stres dan kelelahan,
- Konsumsi makanan tinggi protein, rendah lemak, dan bertekstur halus agar mudah ditelan dan dicerna,
- Konsumsi makanan dalam porsi kecil tetapi sering,
- Hindari makanan berminyak, pedas, atau berbau tajam, yang dapat memicu rasa mual,
- Gunakan aromaterapi untuk mengurangi mual di pagi hari.
Jika Mama mengalami mual dan muntah berlebihan, ada kemungkinan Mama mengalami kondisi yang disebut hiperemesis gravidarum. Segera periksakan diri ke dokter agar dilakukan perawatan yang tepat bagi janin dan Mama.
Nah itu penjelasan tentang kapan ibu hamil harus ke dokter jika alami hiperemesis gravidarum. Penanganan yang cepat dan tepat dapat menurunkan risikonya bagi Mama dan janin. Semoga informasi ini bermanfaat, Ma!
Baca juga:
- Bukan Morning Sickness! Kenali Gejala Hiperemesis Gravidarum
- Lebih Parah dari Morning Sickness, Apakah Hiperemesis Gravidarum?
- Hampir Mirip, Ini Perbedaan Morning Sickness dan Flu Perut!