Kenali 4 Jenis Sindrom yang Harus Diwaspadai oleh Ibu Hamil
Beberapa sindrom dapat membahayakan ibu hamil dan janin
12 Desember 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat hamil, para calon mama harus ekstra hati-hati dalam menjaga kesehatan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Pasalnya, di masa kehamilan, daya tahan tubuh ibu hamil menurun karena banyaknya perubahan yang dialami.
Biasanya, seseorang mengalami tanda-tanda klinis yang muncul bersamaan dalam suatu kondisi tertentu. Tanda-tanda klinis ini dikenal sebagai sindrom.
Ada beberapa sindrom yang tidak membahayakan kehamilan, seperti rasa mual, konstipasi, atau kelelahan. Namun, ada sindrom yang menyerang ibu hamil dan perlu diwaspadai, Ma.
Popmama.com sudah merangkum 4 jenis sindrom yang harus diwaspadai oleh ibu hamil. Apa saja?
1. Sindrom ACA
Apakah Mama pernah mengalami keguguran lebih dari satu kali? Bila ini terjadi pada Mama, bisa jadi keguguran tersebut disebabkan oleh ACA (Anti-cardiolipin antibody) atau sindrom Cardiolipin.
ACA juga sering disebut sebagai APS (Anti Phosfolipid Syndrome). Ini merupakan kondisi di mana darah calon mama mengental sehingga aliran darah yang membawa zat gizi dan oksigen ke janin lewat plasenta tidak sempurna. Terhambatnya pasokan oksigen dan nutrisi ini dapat menyebabkan janin tidak berkembang bahkan meninggal di dalam kandungan.
Pada kondisi normal, antibodi dibentuk oleh sistem kekebalan tubuh yang bertugas untuk memerangi zat yang dianggap asing oleh tubuh. Jika Mama merupakan penderita ACA, tubuh akan mengeluarkan antibodi yang digunakan untuk menyerang anticardiolipin yang dianggap musuh, padahal anticardiolipin adalah bagian dari membran tubuh. Antibodi inilah yang akan membuat darah menjadi kental.
Ibu hamil yang mengalami sindrom ACA memiliki beberapa risiko, seperti:
- Kelahiran prematur sebelum usia 34 minggu karena terjadi eklamsia atau preeklamsia atau gangguan pada plasenta. Bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal.
- Keguguran (abortus spontan) berulang sebanyak 3 kali atau lebih berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari 10 minggu.
- Kematian janin dalam kondisi normal (tanpa ada cacat) pada usia 10 minggu atau lebih.
Editors' Pick
2. Sindrom HELLP
Sindrom HELLP adalah hemolisis atau gangguan darah dan peningkatan fungsi hati. HELLP merupakan komplikasi utama dari preeklampsia. Sindrom HELLP biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga atau setelah usia kehamilan 20 minggu. Sindrom ini juga bisa membahayakan dan bisa menyebabkan kematian.
HELLP sendiri merupakan sebuah akronim, yang terdiri dari (H) hemolytic anemia; yaitu sel darah merah dalam tubuh akan hancur dengan cepat, membuat mama mempunyai jumlah sel darah merah yang rendah, (EL) elevated liver enzymes; mengindikasikan jika liver mama mempunyai performa yang buruk, serta tidak mampu mengolah racun yang terdapat di dalam tubuh mama dengan efektif, serta (LP) low platelet count; yakni tubuh mama akan kesulitan membekukan darah dan dapat menyebabkan mama mengalami perdarahan saat menjalani proses persalinan nanti.
Sindrom HELLP saat hamil sering dikaitkan dengan adanya preeklampsia, yaitu tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Selain itu, sindrom ini kerap kali ditandai dengan adanya nyeri pada ulu hati, mual dan muntah.
Pandangan pun menjadi kabur, kerap sakit kepala, hingga merasa kesemutan. Yang menjadi gejala dominan dari sindrom ini adalah jumlah trombosit akan menurun drastis.
Beberapa gejala lain dari sindrom HELLP yakni seperti pembengkakan di tangan, tungkai, wajah, kenaikan berat badan yang berlebihan hingga tiba-tiba terjadi perdarahan spontan tanpa adanya pencetus, mengalami gangguan di area pencernaan, penglihatan terganggu, hingga terasa sakit saat bernapas. Apabila ibu hamil menunjukkan beberapa gejala tersebut, maka segera periksakan diri ke dokter.
3. Sindrom Fibromyalgia
Fibromyalgia adalah penyakit muskuloskeletal kronis yang ditandai dengan kelelahan, masalah tidur, kognitif, dan perilaku.
Penyakit ini dapat memperkuat rasa sakit dengan mengubah cara otak dan sumsum tulang belakang menafsirkan rasa sakit dan detail yang tidak menyakitkan.
Kondisi ini dapat dipicu oleh stres fisik dan mental pada tiap orang, termasuk ibu hamil. Dengan semua yang terjadi pada kehamilan dan persalinan, ini merupakan periode yang menguras emosi dan fisik.
Gejala fibromyalgia makin bertambah parah selama kehamilan. Ibu hamil yang menderita fibromyalgia sering mengalami nyeri fisik yang parah, kelelahan, dan kecemasan. Ini terutama terjadi selama tiga bulan pertama kehamilan.
Menurut sebuah penelitian yang dirilis pada tahun 2013, gejala fibromyalgia lebih umum terjadi di sekitar waktu persalinan. Berikut beberapa gejala fibromyalgia selama kehamilan:
- perasaan tidak nyaman,
- kepala seperti berkabut, kelelahan, dan emosi yang labil,
- ketegangan emosional dan fisik makin memperburuk gejalanya.
Fibromyalgia dapat meningkatkan berbagai bahaya terkait kehamilan yang diakibatkan oleh gangguan yang terjadi bersamaan. Perempuan dengan fibromyalgia memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah selama kehamilan.
Berikut ini adalah beberapa contoh komplikasi kehamilan saat Mama mengalami fibromyalgia:
- Kecemasan,
- Depresi,
- Stres berdampak pada jiwa.
Berikut beberapa risiko bagi janin:
- Keterbatasan pertumbuhan intrauterin terjadi selama kehamilan ketika janin tidak dapat mencapai berat rata-rata,
- Keguguran berulang didefinisikan sebagai keguguran yang terjadi lebih dari dua kali berturut-turut,
- Meskipun kelahiran dini layak dilakukan, penelitian tentang hal ini tidak jelas,
- Tidak ada bukti bahwa penyakit ini terkait dengan peningkatan risiko kelainan lahir.
4. Sindrom Piriformis
Sindrom piriformis terjadi ketika otot piriformis mengalami peradangan, lalu menekan saraf skiatik. Saraf tersebut membentang dari sumsum tulang belakang hingga ke bokong dan tungkai. Bila ini terjadi, tubuh bagian bawah akan mengalami nyeri dan mati rasa.
Otot piriformis adalah otot yang terletak di bokong, dekat dengan sendi pinggul. Otot ini berperan penting dalam membantu pergerakan tubuh bagian bawah dan menjaga keseimbangan. Namun, jika digunakan secara berlebihan atau dibiarkan tidak aktif dalam waktu lama, otot piriformis dapat mengalami cedera atau peradangan.
Sindrom Piriformis adalah salah satu sindrom yang menyerang ibu hamil dengan rasa nyeri dan sakit pada pinggul, panggul, bokong, tulang belakang hingga area organ intim.
Perubahan hormon dan penambahan berat badan membuat perubahan fisik ibu hamil yang berujung pada rasa sakit pada bagian-bagian tertentu tubuh.
Fisioterapi, pemberian obat pereda nyeri dan olahraga dapat meredakan rasa sakit akibat sindrom ini. Jika Mama mengalami sindrom ini, diskusikan dengan dokter mengenai perawatan yang paling tepat sesuai kondisi Mama.
Itu 4 jenis sindrom yang harus diwaspadai oleh ibu hamil. Kenali beberapa gejala yang umum sehingga Mama dapat memeriksakan diri ke dokter jika mengalaminya.
Semoga informasi ini bermanfaat, Ma.
Baca juga:
- 5 Fakta Mengenai Retensi Plasenta, Komplikasi Kehamilan Langka
- 7 Komplikasi yang Bisa Terjadi di Kehamilan Trimester Kedua
- Janin Kecil untuk Usia Kehamilan: Penyebab dan Komplikasinya