5 Komplikasi Kehamilan Kembar yang Perlu Diwaspadai
Kehamilan kembar memberikan kebahagiaan tersendiri, namun waspada juga pada potensi komplikasinya
6 Desember 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memiliki kehamilan kembar tentu membawa kegembiraan besar bagi Mama dan keluarga. Tetapi di tengah kegembiraan itu, Mama memiliki beberapa pertanyaan soal kesehatan selama kehamilan.
Apakah kehamilan kembar lebih berisiko pada komplikasi?
Memang benar bahwa tambahan janin dapat menimbulkan risiko dan kehamilan diklasifikasikan sebagai berisiko tinggi. Namun jangan khawatir karena sebagian besar mama memiliki kehamilan kembar yang sehat.
Oleh karena itu, bila Mama memiliki kehamilan kembar, kenali beberapa risiko komplikasi agar dapat dilakukan tindakan pencegahan.
Ulasan Popmama.com berikut ini akan membahas potensi risiko komplikasi kehamilan kembar yang mungkin dialami ibu hamil. Ayo disimak, Ma.
1. Persalinan dini dan berat badan lahir rendah
Bayi kembar, rata-rata, keluar lebih cepat — dan lebih kecil — daripada yang bayi tunggal. Rahim merupakan tempat yang nyaman bagi janin.
Namun bila ditempati oleh lebih dari satu janin, ini bisa menjadi tempat yang ramai dan sesak. Itu sebabnya janin kembar dianggap cukup bulan saat memasuki usia kehamilan 38 minggu.
Kelahiran prematur - persalinan sebelum 37 minggu kehamilan - adalah komplikasi paling umum pada kehamilan kembar. Persalinan kembar, rata-rata, terjadi sekitar 35 hingga 36 minggu. Kembar tiga dan kembar empat mungkin akan lahir lebih cepat.
Karena banyak kelahiran kembar terjadi lebih awal, rata-rata bayi kembar lahir dengan berat sekitar 2.5 kg.
Ini dianggap berat lahir rendah. Semua bayi prematur memiliki risiko komplikasi kesehatan selama masa bayi dan masalah jangka panjang seperti ketidakmampuan belajar dan bahkan cerebral palsy.
Untuk mengurangi risikonya, ketahui tanda-tanda persalinan prematur dan hubungi dokter jika mengalami gejalanya.
Dokter biasanya akan mengawasi kemungkinan persalinan prematur dengan mengukur panjang serviks.
Nutrisi yang memadai dan penambahan berat badan sebenarnya dapat membantu menurunkan risiko persalinan prematur.
Editors' Pick
2. Sindrom Twin to Twin Transfusion
Ini adalah kondisi di dalam rahim di mana janin mendapatkan jumlah darah yang tidak merata. Satu janin mendapat terlalu banyak darah, sementara yang lain mendapat terlalu sedikit.
Kondisi ini merupakan komplikasi langka yang terjadi pada sekitar 5 sampai 15 persen kehamilan di mana kembar identik berbagi plasenta yang sama. Meski tidak berbahaya bagi Mama, komplikasi ini berisiko bagi janin.
Ahli perinatologi (spesialisasi komplikasi kehamilan kembar) dapat melakukan terapi laser pada plasenta untuk menghentikan aliran darah dari satu kembaran ke kembaran lainnya.
Dokter mungkin juga memilih untuk mengalirkan kelebihan cairan ketuban dengan amniosentesis setiap satu atau dua minggu. Tujuannya untuk mengurangi risiko persalinan prematur dengan komplikasi ini.