Aneh tapi Nyata, Papa pun Bisa Merasakan Gejala Hamil seperti Mama
Sindrom ini dikenal dengan nama sindrom Couvade
3 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kehamilan adalah masa-masa yang paling memorable bagi Mama, begitu pula bagi Papa! Bukan hanya Mama yang bahagia menyambut kehadiran si Kecil. Para papa yang juga merasakan gejolak perasaan di masa penantian ini. Bahkan, sebagian di antaranya juga merasakan tanda-tanda menyerupai kehamilan yang dialami Mama.
Wah, kok bisa? Ya, hal ini benar-benar terjadi pada sebagian papa dan disebut dengan sindrom Couvade. Seperti apa sindrom Couvade ini terjadi?
Berikut Popmama.com merangkum informasi seputar sindrom Couvade atau sindrom di mana Papa turut merasakan gejala kehamilan, seperti dilansir dari Healthline:
Apa itu Sindrom Couvade?
Sindrom Couvade juga dikenal sebagai kehamilan simpatik. Berasal dari Bahasa Prancis couvee yang berarti "mengerami" atau "menetas" dan pertama kali dicatat oleh antropolog Edward Burnett Tylor pada tahun 1865.
Tylor mengamati gejala ini dalam komunitas primitif para pria yang mengimitasi rasa sakit pasangan mereka selama kehamilan, persalinan, bahkan menyusui. Tylor mengaitkan gejala ini dengan empati atau kompati, yang merupakan respons fisik terhadap kesusahan yang dialami orang lain.
Editors' Pick
Apakah Sindrom Couvade adalah Sebuah Penyakit?
Ketika pasangan Mama menderita sindrom Couvade, mereka mungkin tidak tahu apakah gejala yang dialaminya itu adalah psikosomatis atau bukan. Mereka mungkin mencari bantuan medis hanya untuk memastikan bahwa tidak ada yang salah pada dirinya.
Sindrom ini bukanlah penyakit yang resmi atau pun kondisi psikologis meskipun penelitian menunjukkan bahwa ini adalah fenomena yang relatif umum dialami para calon papa. Jadi, mungkin dokter tidak bisa memberikan diagnosis yang pasti. Namun, bukan berarti gejala yang dialami calon papa ini tidak nyata.
Tanda dan Gejala Sindrom Couvade
Tanda dan gejala sindrom Couvade antara satu orang dengan yang lainnya bisa jadi sangat berbeda. Tanda dan gejala yang dialami tergantung apakah bersifat psikis atau fisik.
Gejala psikis yang biasanya dialami meliputi:
- Kegelisahan,
- depresi,
- kesulitan tidur,
- kegelisahan,
- menurunnya gairah seksual dan perubahan libido.
Gejala fisik termasuk:
- Mual, muntah, dan mulas,
- nyeri atau kembung di perut,
- perubahan nafsu makan,
- kram kaki,
- sakit punggung,
- infeksi saluran kemih,
- naik atau turunnya berat badan,
- sakit gigi.
Sakit gigi merupakan gejala yang paling sering dialami. Sekitar 43 persen pria mengalaminya.
Penyebab Sindrom Couvade
Hingga kini, kita masih belum bisa menemukan penyebab sindrom Couvade secara pasti dari kacamata medis. Ini dikarenakan penelitian seputar sindrom ini lebih banyak dilakukan oleh antropolog dan sosiolog.
Mengapa demikian? Tampaknya gejala fisik dan psikologis yang muncul berkembang sebagai respons terhadap situasi sosial dan budaya (dalam hal ini adalah kehamilan pasangan).
Kecemasan adalah faktor lain yang berkontribusi terhadap sindrom ini. Para peneliti menemukan keterkaitannya. Terutama pada mereka yang baru pertama kali menjadi papa, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap peningkatan kadar stres.
Penanganan terhadap Sindrom Couvade
Karena sindrom Couvade bukanlah penyakit fisik, melainkan lebih ke mental, masih belum ada perawatan spesifik untuk mengobati sindrom Couvade ini. Sebaliknya, para peneliti menjelaskan bahwa sindrom ini biasanya akan hilang seiring dengan kelahiran sang Bayi.
Gejala sindrom Couvade ini sangat erat kaitannya dengan kecemasan. Apabila dirasa mengganggu kualitas hidup, Papa bisa berkonsultasi ke psikolog untuk mendapatkan bantuan dalam menangani gejalanya.
Selain itu sangat dianjurkan para Papa agar mendapatkan istirahat cukup, mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, menghindari alkohol dan obat-obatan berlebihan, berolahraga secara teratur, serta melakukan teknik-teknik untuk meredakan stres, seperti meditasi dan yoga.
Nah, itulah penyebab mengapa papa turut merasakan gejala kehamilan yang Mama alami. Semoga informasi ini menjawab kebingungan mama dan papa, ya.
Baca Juga:
- Depresi Pascapersalinan Ternyata juga Bisa Diderita Para Papa
- Ini Bahayanya Jika Calon Mama Terlalu Banyak Terpapar Asap Rokok
- Cara Kompak Mama dan Papa agar Anak Tumbuh Kembang Maksimal