Bolehkah Ibu Hamil dengan Low-Lying Placenta Berolahraga?
Olahraga dalam masa kehamilan itu perlu, tapi perhatikan kondisi Mama juga ya
17 Mei 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Plasenta bayi menempel di bagian dalam rahim Mama saat di awal kehamilan. Saat rahim semakin berkembang, tempat pelekatan plasenta biasanya bergerak semakin menjauhi serviks, membuka ke rahim, menuju ke bagian atas atau ke fundus.
Namun, ada masalah kesehatan mama yang menyebabkan letak plasenta dekat ke leher rahim selama kehamilan, atau disebut dengan low-lying placenta. Kondisi ini dapat menimbulkan risiko komplikasi kehamilan. Apabila Mama salah satu yang mengalami gangguan ini, Mama perlu membatasi aktivitas olahraga selama kehamilan.
Berikut ini Popmama.com merangkum informasi seputar low-lying placenta yang penting diketahui, dilansir dari Livestrong:
Keajaiban Plasenta
Plasenta adalah organ yang luar biasa. Melalui plasenta, oksigen, nutrisi, dan cairan mengalir dari tubuh mama ke tubuh janin. Selain itu, plasenta 'bertugas' mengeluarkan produk limbah dari tubuh janin Mama. Oleh karenanya, peranan plasenta sangat penting dalam melengkapi garis hidup janin.
Plasenta melekat erat ke bagian dalam rahim Mama. Pada paruh pertama kehamilan, rahim belum mengembang sehingga letak plasenta masih dekat dengan serviks. Seiring dengan pertumbuhan janin, rahim pun tumbuh dan meregang. Plasenta pun turut bergerak menjauh dari leher rahim mama.
Editors' Pick
Apa itu Low-lying Placenta?
Low-lying placenta adalah kondisi di mana plasenta terletak dekat dengan serviks, tapi tidak menutupi pembukaan serviks. Kondisi ini dapat dideteksi melalui ultrasonografi (USG). Dari hasil USG dapat diketahui posisi dan jarak dari tepi plasenta ke serviks. Jarak ini diukur dalam sentimeter dan Mama mungkin harus melakukan USG transvagina untuk mendapatkan pengukuran yang akurat.
Bolehkah Ibu Hamil dengan Low-lying placenta Berolahraga?
Olahraga sangatlah penting dilakukan meski sedang hamil untuk mendukung kebugaran tubuh mama. Tetapi, bagi ibu hamil penderita low-lying placenta, mungkin dokter akan menganjurkan untuk membatasi atau bahkan melarang berolahraga.
Batasan atau larangan ini tergantung dari letak plasenta dan usia kehamilan mama. Sebagai contoh, jika usia kehamilan mama masih dini dan tepi plasenta terletak beberapa sentimeter dari serviks, Mama mungkin masih diperbolehkan jalan kaki atau melakukan olahraga ringan karena tepi plasenta kemungkinan akan bergerak menjauhi serviks seiring perkembangan kehamilan.
Namun, pada kehamilan yang sudah berusia tua, kemungkinan Mama harus menahan diri untuk tidak melakukan olahraga sama sekali. Apabila usia kehamilan mama memasuki trimester ketiga dan letak plasenta hanya setengah sentimeter dari serviks, dokter mungkin akan melarang Mama beraktivitas fisik sama sekali.
Low-lying Placenta vs Placenta Previa, Apa Bedanya?
Perbedaan antara low-lying placenta dengan placenta previa adalah letak plasenta. Low-lying placenta terletak rendah, dekat dengan serviks. Sementara placenta previa menyentuh atau menutupi sebagian atau seluruh serviks. Hasil USG lah yang dapat memberikan diagnosis kondisi plasenta mama yang saat ini sedang terjadi.
Selain larangan berolahraga dan mengurangi aktivitas fisik, ibu hamil dengan low-lying placenta juga harus menghindari penetrasi hubungan seksual. Amati dengan cermat area terjadinya perdarahan vagina jika plasenta menyentuh atau menutupi serviks.
Segera periksakan diri ke dokter apabila terjadi perdarahan yang tidak diketahui alasannya selama kehamilan. Diskusikan diagnosis dan tindakan pencegahan khusus dengan dokter kandungan mama.
Semoga informasi ini memberikan wawasan dalam menjaga kesehatan Mama selama kehamilan.
Baca Juga:
- Waspada Solusio Plasenta, Lepasnya Plasenta Sebelum Kelahiran
- Awas, Pengapuran Plasenta Memicu Janin Berkembang Tidak Normal
- Detak Jantung dan Tendangan Janin Tak Terasa, Tanda Plasenta Anterior?