Harus Tahu, Ini Jenis-Jenis Vitamin Prenatal yang Beredar di Pasaran
Sebelum mengonsumsinya, pastikan Mama mengetahui jenis-jenisnya terlebih dahulu
8 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mengonsumsi makanan yang bernutrisi dan seimbang gizinya adalah hal yang penting untuk mendukung kehamilan yang sehat. Namun terkadang ada vitamin dan nutrisi tertentu yang mungkin tidak bisa terpenuhi dengan maksimal. Untuk itulah, biasanya dokter kandungan akan menganjurkan Mama untuk mengonsumsi suplemen atau vitamin prenatal.
Mengapa Penting Minum Vitamin Prenatal Selama Kehamilan?
Vitamin prenatal umumnya mengandung tiga zat gizi penting, yaitu asam folat, zat besi, dan kalsium. Ketiganya merupakan zat gizi yang penting untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan mendukung pertumbuhan bayi di dalam kandungan.
Vitamin prenatal sendiri sebetulnya dianjurkan dikonsumsi tidak hanya saat hamil saja. Tetapi juga sejak merencanakan program hamil dan ibu yang sedang menyusui. Bagi perempuan yang sedang merencanakan kehamilan, vitamin prenatal setidaknya dikonsumsi tiga bulan sebelum mencoba untuk hamil. Ini dilakukan untuk memenuhi kekurangan vitamin atau mineral yang mungkin ada sehingga ketika nantinya telah mengandung, tubuh telah siap berbagi gizi dan nutrisi dengan bayi dalam kandungan.
Saat ini tersedia beragam jenis vitamin prenatal yang bisa Mama konsumsi. Berikut Popmama.com merangkum tiga jenis vitamin prenatal yang beredar di pasaran, dilansir dari American Pregnancy:
Editors' Pick
1. Vitamin organik dan vegan
Bagi Mama yang menjalani gaya hidup vegan, vitamin prenatal ada yang terbuat dari non-hewani dan juga organik. Vitamin prenatal vegan ini berbentuk tablet, bukan kapsul, karena selongsong kapsul terbuat dari gelatin yang bahannya dari hewani.
Vitamin prenatal vegan ini memiliki beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu hamil. Karena tidak dikemas dalam bentuk kapsul, bahan-bahan yang tergolong sebagai bahan sensitif, tidak terlindungi dan mungkin akan menimbulkan efek langsung pada organ pencernaan. Salah satu efeknya adalah dapat menyebabkan iritasi pencernaan. Selain itu, cukup sulit untuk dipecah dan diserap lambung.