Perkembangan teknologi membuat informasi sangat mudah diakses oleh siapa pun. Karenanya, masih ada beberapa mitos kesuburan yang masih banyak dipercaya generasi milenial.
Meskipun informasi semakin mudah diakses, namun siapa pun tidak boleh langsung percaya dan harus mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya. Apalagi, jika ini menyangkut informasi tentang kesehatan.
Nah, untuk mengetahui apa saja mitos kesuburan yang masih dipercaya generasi milenial, kamu harus menyimak 10 mitos teratas yang sudah dikumpulkan oleh Popmama.com berikut ini, ya!
1. Alat kontrasepsi tidak memberikan efek pada kesuburan
Unsplash
Penggunaan alat kontrasepsi tidak lantas menurunkan persentase kemungkinan perempuan bisa hamil lho.
Berdasarkan jurnal Contraception, persentase kehamilan perempuan yang baru saja menghentikan penggunaan alat kontrasepsi kurang lebih sama dengan yang tidak menggunakan.
Alat kontrasepsi yang dimaksud yaitu pil KB, IUD, atau KB suntik. Bukti nyatanya, ada perempuan yang lupa minum pil KB satu hari dan kemudian ia mendapati dirinya hamil.
Namun, bukan berarti alat kontrasepsi tidak memberikan efek pada kesuburan lho. Apalagi jika dilihat dari sudut pandang nutrisi.
Katie Goldberg, MCN, RDN, LD, seorang ahli gizi kehamilan, mengatakan bahwa konsumsi alat kontrasepsi oral bisa mempengaruhi kesehatan usus, terlebih jika perempuan tersebut adalah perokok.
Pada kasus terparah, hal tersebut juga bisa membuat tubuh perempuan memproduksi antibodi yang bisa menolak sperma, sehingga bisa menggagalkan proses pembuahan.
Jadi, setelah berhenti mengonsumsi alat kontrasepsi oral dan sebelum program hamil, perempuan sebaiknya memperbaiki nutrisi tubuhnya terlebih dahulu dengan makanan sehat serta mengonsumsi vitamin kehamilan.
2. Ketidaksuburan adalah masalah perempuan
Freepik/wayhomestudio
Kalau yang satu ini, sudah pasti mitos belaka ya, Ma. Karena, ada tiga alasan kenapa pasangan belum juga punya momongan adalah karena:
Infertilitas perempuan,
Infertilitas laki-laki,
Infertilitas perempuan dan laki-laki.
Jadi, pastikan untuk memeriksakan diri ke dokter dengan pasangan, ya. Di sana, dokter bukan hanya akan memberi tahu siapa yang memiliki masalah kesuburan, tetapi juga memberikan solusi terbaiknya.
Saat diperiksa, dokter biasanya akan mengecek jumlah telur, kelainan ovarium (jika ada), serta mencari tahu apakah perempuan tersebut sedang berovulasi.
Sementara pada laki-laki, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kualitas sperma, biopsi testis, serta mengecek skrotumnya.
3. Makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak ada hubungannya dengan kesuburan
Freepik.com/wayhomestudio
Goldberg, seorang nutrisionis yang fokus pada kesuburan dan kehamilan, mengaku banyak mendengar mitos ini di masyarakat. Padahal, beberapa makanan justru bisa meningkatkan fertilitas, lho.
Saat sedang program hamil, makanan seperti sayuran hijau, berry, buah asam, alpukat, ikan berlemak, kacang-kacangan, dan biji-bijian bisa meningkatkan kesuburan. Selain itu, minum susu tinggi lemak juga bisa jadi asupan tambahan lainnya.
4. Membekukan sel telur bisa menjadi jaminan untuk memiliki anak di masa depan
Freepik/diana.grytsku
Pernyataan ini sedang sangat populer saat ini. Seolah-olah dengan membekukan sel telurnya, seorang perempuan bisa hamil kapan saja dengan persentase keberhasilan 100 persen.
Padahal, meski para dokter mengakui bahwa sel telur saat usia di bawah 35 tahun memang yang terbaik untuk program hamil, namun mereka tidak memberikan jaminan keberhasilan 100 persen.
Apalagi, penelitian tentang persentase keberhasilan ini masih sangat minim. Berdasarkan data dari penelitian di Yale Medicine Fertility Center, penggunaan sel telur yang sudah dibekukan pun hanya 3-9 persen saja.
Editors' Pick
5. Mengikuti pola makan vegan atau vegetarian ideal untuk kesuburan
Pexels/NathanCowley
Menghilangkan asupan makanan hewani memang bisa memberikan dampak baik untuk tubuh, misalnya pada BMI, tekanan darah, diabetes, atau kanker. Namun, ada banyak asupan hewani yang baik untuk kesuburan, lho.
"Jika sedang program hamil dan punya masalah kesuburan, saya tidak merekomendasikan pasangan untuk menjadi vegan atau vegetarian," ujar Goldberg. "Banyak nutrisi yang diserap tubuh dengan sangat baik berasal dari hewani yang baik untuk sel telur dan sperma."
Goldberg pun menyarankan pasangan vegan atau vegetarian untuk mencari asupan pengganti dari makanan hewani dengan mengonsumsi suplemen tambahan agar tetap bisa program hamil dengan lancar.
6. Penurunan berat badan baik untuk kesuburan
Freepik
Pernyataan tentang penurunan berat badan yang baik untuk fertilitas ini membuat banyak asumsi, sehingga tidak jarang kita melihat perempuan jadi melakukan banyak hal demi mencapai berat badan tujuannya.
Padahal, gaya hidup sehat lebih penting dibandingkan dengan menurunkan berat badan, apalagi secara drastis, seperti diet ketat atau olahraga yang berlebihan.
Penurunan berat badan yang terlalu drastis ini bisa membuat tubuh menjadi stres, sehingga akan mempengaruhi kesuburan. Jadi, gaya hidup sehat lebih baik dari pada penurunan berat badan yang drastis, ya.
7. Perempuan yang hamil di usia lebih tua biasanya punya anak dengan genetik yang abnormal atau punya masalah perkembangan
Freepik/freepik
Mitos ini juga cukup populer saat ini ya, Ma. Apakah Mama termasuk salah satu yang percaya bahwa hamil di atas usia 35 tahun berisiko memiliki anak dengan genetik yang abnormal atau punya masalah perkembangan?
Dr. Major-Kincade mengatakan bahwa ia menjadi saksi dari banyak perempuan berusia di atas 35 tahun yang melahirkan bayi sehat. Ia juga menegaskan hamil di bawah usia 35 tahun pun bisa melahirkan bayi dengan genetik yang abnormal.
Dr. Major-Kincade juga mengatakan jika memang genetik yang abnormal ingin dihindari, pasangan bisa sama-sama melakukan tes genetik untuk mengetahui riwayat kesehatan masing-masing.
Selain itu, teknologi yang sudah semakin canggih saat ini pun mampu mengindikasi apakah janin punya masalah kromosom atau tidak sejak usia kandungan 10 minggu. Wah, keren sekali, ya!
8. Tidak perlu melakukan perencanaan kehamilan, langsung lakukan saja
Freepikgpointstudio
Saat akan hamil, dokter merekomendasikan agar pasangan sebaiknya tidak langsung melakukan hubungan seks tanpa mengetahui kondisi kesehatannya masing-masing.
Agar mendapatkan kehamilan yang sehat dan selamat untuk Mama dan bayinya, pasangan lebih baik memeriksakan dirinya terlebih dahulu ke dokter, sehingga bisa meminimalisir berbagai risiko yang mungkin muncul saat masa kehamilan.
Tes yang perlu dilakukan meliputi hipertensi, diabetes, dan obesitas. Sebab, ibu hamil yang memiliki minimal salah satu dari tiga penyakit tersebut harus mendapatkan perawatan khusus selama masa kehamilan.
9. Semua berakhir setelah usia 35 tahun
Pexels/ANTONISHKRABA
Meski sudah banyak informasi mengenai hal ini di internet, namun sebuah studi mengatakan bahwa para Milenial tidak benar-benar memahami tentang kesuburan di atas usia 35 tahun.
Berbeda dengan saat masih berusia 20-an tahun, setelah usia 35 tahun, peluang kehamilan memang menurun. Namun, bukan berarti semua telah berakhir dan perempuan dengan usia lebih dari 35 tahun tidak bisa hamil.
Kondisi medis setiap perempuan berbeda-beda. Karenanya saat sedang berencana hamil, pasangan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter untuk tahu peluang mereka dan bagaimana cara terbaik untuk hamil.
Jika memang ada kendala, ada banyak sekali intervensi medis yang bisa dipilih untuk bisa hamil, seperti inseminasi intrauterin, pembedahan untuk mengangkat polip, hingga bantuan teknologi seperti IVF.
10. Suplemen dan obat-obatan bisa meningkatkan kesuburan
Freepik.com/karlyukav
Dr. Kauffman menegaskan bahwa tidak ada perbaikan yang cepat pada masalah kesuburan. Jadi, sebaiknya kita tidak mudah percaya pada iklan obat yang menjanjikan bisa meningkatkan kesuburan dalam waktu dekat.
Menurut Dr. Kauffman, tanpa mengabaikan sisi emosional masyarakat, menyatakan bahwa obat-obatan yang dijual bebas dengan janji manis mereka membuat penggunanya seolah sedang melakukan sesuatu, padahal sebenarnya tidak.
Melakukan pola hidup sehat adalah faktor kunci yang membuat persentase kesuburan meningkat, seperti menghindari rokok dan obat terlarang, mengelola stres, dan mengonsumsi makanan dengan nutrisi yang baik.
Nah, itu dia tadi mitos kesuburan yang masih dipercaya generasi milenial, Ma. Mitos mana saja, nih, yang masih kamu percaya sebelum membaca artikel ini?