Perempuan Ini Hamil Tanpa Tuba Falopi, Kok Bisa?
Tuba falopi merupakan saluran yang menghubungkan antara ovarium dan rahim
1 Maret 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernahkah Mama mendengar kemungkinan seorang perempuan hamil setelah kedua tuba falopinya diangkat? Apalagi, jika ia tidak melakukan program hamil IVF. Jika belum, maka Mama wajib menyimak kisah ajaib perempuan yang satu ini.
Namanya Elizabeth Kough, seorang perempuan yang pernah menjadi salah satu tentara angkatan laut di Amerika Serikat, yang telah melakukan operasi salpingectomy atau pengangkatan tuba falopi di Virginia pada tahun 2015 silam.
Kala itu, kedua tuba falopi Kough diangkat karena ia sudah bercerai dan berpikir untuk tidak punya anak lagi. Apalagi, catatan medis di keluarganya tidak cukup baik, karena ada yang mengidap kanker rahim.
Menurut dokter, pengangkatan kedua tuba falopi ini bisa menekan risiko kanker rahim. Jadi menurut Kough, ini seperti win-win solution untuknya.
Namun ternyata tiga tahun kemudian, Kough dinyatakan positif hamil. Itu artinya perempuan ini hamil tanpa tuba falopi. Kok bisa?
Nah, untuk mengetahui cerita lengkapnya dan apa kata dokter tentang kejadian ini, Mama wajib menyimak artikel dari Popmama.com berikut ini.
Editors' Pick
Awal Kisah Kehamilan Ajaib Elizabeth Kough
Setelah bercerai dan melakukan prosedur bilateral salpingectomy pada tahun 2015, Kough kemudian memutuskan untuk kembali tinggal dekat dengan keluarga di Missouri, kampung halamannya.
Dua tahun kemudian, Kough dibuat kaget dengan hasil test pack positif. Saat itu, ia memang sudah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Namun, ia sama sekali tidak menyangka bisa hamil setelah salpingectomy.
Mengetahui hasil test pack positif, Kough diantar kekasihnya menuju rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan lanjutan. Ajaibnya, dokter kandungan menemukan adanya embrio yang sedang berkembang di rahim Kough.
Dokter kandungan di Meritas Health yang berhadapan dengan Kough saat itu pun tidak bisa menjelaskan bagaimana kehamilan tersebut bisa terjadi. Karena secara teori kesehatan, perempuan yang sudah menjalani bilateral salpingectomy hanya bisa hamil melalui program IVF saja.
"Saat itu aku sampai lemas," ungkap Kough. "Aku adalah seseorang yang hidup dengan perencanaan dan hamil bukanlah salah satunya. Apalagi aku sudah mengangkat kedua tuba falopiku."
Dokter pun saat itu hanya bisa mengatakan jika operasi yang dilakukan Kough pada dua tahun sebelumnya kemungkinan gagal.
Kelahiran Benjamin, Bayi dari Kehamilan Ajaib Elizabeth Kough
Meski di luar dugaan, Kough dan kekasihnya senang dengan kenyataan bahwa mereka berdua akan segera memiliki anak.
Kough pun memutuskan untuk melahirkan bayinya di Rumah Sakit North Kansas City pada Maret 2018. Bayi tersebut pun lahir dengan selamat melalui operasi caesar dan diberi nama Benjamin.
Kabar bahagia ini pun disambut baik bukan hanya oleh kekasihnya saja, tetapi juga ketiga anak Kough. Ketiga anaknya yang kala itu berusia 9, 11 dan 17 tahun sampai berebut ingin menggendong Benjamin setiap saat.
Namun ternyata, ada alasan di balik terpilihnya tindakan operasi caesar saat proses kelahiran Benjamin. Baik dokter maupun Kough, ternyata ingin mengecek apakah tindakan bilateral salpingectomy yang dilakukan tiga tahun sebelumnya sukses atau gagal.
Setelah bayi Benjamin dikeluarkan dari rahim, dokter pun mengecek apakah masih ada saluran tuba falopi yang tertinggal di sana. Namun ternyata, tidak ditemukan sama sekali dan operasi bilateral salpingectomy sebelumnya dinyatakan sukses.
Apa Kata Dokter dan Literasi Kesehatan tentang Kasus Ini?
Pihak dari Meritas Health, tempat Kough memeriksakan diri setelah hasil test pack positif, mengatakan bahwa tindakan medis bilateral salpingectomy hampir 100 persen bisa mencegah kehamilan.
Sementara itu, menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, peluang kehamilan setelah bilateral salpingectomy adalah 7,5 banding 1.000, sehingga kasusnya sangat jarang ditemukan. Bahkan, tidak ada data komprehensif tentang kasus ini karena sangat langka.
Kasus pertama yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan berbahasa Inggris terjadi di tahun 2005. Kala itu, ada perempuan yang muncul di UGD rumah sakit Britania Raya dan dinyatakan hamil setelah sebelumnya menjalani bilateral salpingectomy, mirip seperti kisah Kough.
Dua tahun kemudian, sebuah artikel di jurnal publikasi Singapura menyatakan bahwa tindakan salpingectomy tidak membuat area menuju uterus tertutup sempurna di beberapa perempuan.
Namun sampai saat ini, bilateral salpingectomy masih dipercaya sebagai prosedur kesehatan yang bisa mencegah kehamilan.
Itulah mengenai kisah perempuan hamil tanpa tuba falopi. Ajaib sekali ya, Ma!
Baca juga:
- 7 Pertanyaan yang Sering Ditanyakan Seputar IVF
- 5 Tips Sukses Program Hamil untuk Perempuan dengan Haid Tidak Teratur
- Ini Alasan Mengapa Masalah Kesuburan Laki-Laki Jarang Diketahui