Begini Kondisi Sperma Berkualitas agar Peluang Hamil Meningkat
Jangan sering-sering mengeluarkan sperma kurang dari 48 jam ya, bisa menurunkan kualitasnya lho
1 Juni 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mempersiapkan kehamilan bukan hanya urusan perempuan lho, tapi laki-laki juga andil besar di dalamnya. Selain kesuburan sel telur pada perempuan, kesehatan sperma agar bisa membuahi juga perlu diperhatikan.
Sebab 1/3 kasus infertilitas dikarenakan sperma laki-laki yang tidak berkualitas. Ada beberapa cara untuk mengetahui kualitas sperma yang baik atau sehat.
Cara paling mudah yaitu dengan memerhatikan volume, warna, dan bau sperma. Jika saat ejakulasi jumlah sperma yang dipancarkan sedikit bisa jadi karena penyumbatan dalam saluran ejakulasi.
Sperma normal berwarna putih kekuningan atau keabuan, tapi jika berwarna cokelat atau hijau, segera periksakan ke dokter karena itu merupakan gejala perdarahan atau infeksi. Sperma yang berbau busuk juga mengindikasi terjadinya infeksi.
Berikut ini Popmama.com akan ulas informasi selengkapnya.
1. Ciri sperma berkualitas
Secara klinis ciri kualitas sperma yang sehat sebagai berikut:
- Jumlah sperma sekitar 15-20 juta/mililiter dalam sekali ejakulasi
- Sperma dikatakan subur jika minimal ada 40-60 persen yang bergerak
- Morfologi atau bentuk sperma yang sehat memiliki bentuk kepala bulat dan ekor yang panjang sehingga membantu pergerakannya. Semakin banyak sperma dengan bentuk dan struktur yang normal berarti semakin subur Si Laki-Laki.
- Volume semen normal minimal 2 ml dengan kadar fruktosa minimal 3 mg/ml dengan pH 7,2 - 7,8.
- Likuofaksi/denaturasi atau pemecahan protein agar semen mencair. Sebaiknya proses ini berlangsung kurang dari 20 menit, jika lebih dari itu bisa jadi terdapat infeksi.
Dear calon Papa, jangan terlalu sering mengeluarkan sperma dalam rentang waktu yang dekat.
Alasannya sel sperma butuh waktu 48 jam untuk dimatangkan. Jika ejakulasi lebih dari satu kali sebelum waktu tersebut, mengakibatkan kualitas sperma menurun dan sulit untuk membuahi sel telur. Hindari hal ini ya jika Papa ingin melancarkan program kehamilan untuk si Mama.
Meski masih memproduksi sperma, kualitas sperma bisa menurun saat usianya 50 tahun, sehingga perempuan yang hamil dengan laki-laki usia lanjut berisiko tinggi mengalami keguguran, anak lahir autis atau gangguan jiwa.
Editors' Pick
2. Stres bisa memengaruhi kualitas sperma
Studi UGA membuat terobosan untuk pengobatan infertilitas laki-laki. Mekanisme stres yang mempengaruhi kualitas air mani belum sepenuhnya dipahami. Menurut penelitian, stres dapat menyebabkan pelepasan hormon steroid seperti glukokortikoid, yang dapat menurunkan kadar testosteron serta produksi sperma. Stres oksidatif adalah kemungkinan lain dan telah ditemukan berdampak buruk pada kualitas dan kesuburan air mani dan sperma, seperti yang dilansir dari news-medical.net.
Satu studi oleh Jurewicz et al. yang dilakukan kepada 179 laki-laki dengan jumlah sperma mulai dari normal (15-300 juta/ml) hingga lebih rendah dari rata-rata (kondisi yang dikenal sebagai oligospermia), pada >10-15 juta/ml.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja yang penuh tekanan berpengaruh negatif terhadap volume semen dan persentase spermatozoa progresif. Ini memiliki dampak buruk pada kualitas air mani dan kesuburan. Ini menegaskan efek buruk dari stres kerja pada kualitas air mani.
Studi lain di Soroka University Medical Center di Beer-Sheva, Israel, dan Ben-Gurion University of the Negev (BGU) menemukan bahwa stres yang berkepanjangan, seperti pada tentara yang sedang bertugas aktif di masa perang, mengurangi kualitas sperma. Ada peningkatan 47% kemungkinan gangguan motilitas sperma dengan sampel yang diperoleh selama masa stres dibandingkan dengan yang diperoleh selama periode normal. Motilitas sperma yang buruk dengan demikian memengaruhi kemungkinan keberhasilan pembuahan.
Para peneliti di Sekolah Kesehatan Masyarakat Rutgers dan Sekolah Kesehatan Masyarakat Mailman Universitas Columbia mengkonfirmasi korelasi ini. Menurut mereka, stres memengaruhi konsentrasi dan morfologi sperma, serta kemampuannya membuahi sel telur. Menggunakan penilaian subjektif dan objektif, mereka menemukan kualitas air mani berbanding terbalik dengan stres mental.
Stres di tempat kerja memengaruhi kadar testosteron dan karenanya dapat memengaruhi kesehatan reproduksi para laki-laki ini. Kualitas sperma laki-laki pengangguran juga lebih rendah dibandingkan laki-laki yang bekerja.