Hamil di Usia Lebih dari 35 Tahun, Bayi Rentan Alami Kelainan Genetik
Satu dari 175 bayi yang lahir dari ibu berusia di atas 35 tahun mengalami kelainan genetik
10 September 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kehamilan di usia lebih dari 35 tahun rentan dengan permasalah kandungan. Salah satu yang sering dikhawatirkan adalah kemungkinan kelainan kromosom yang disebabkan karena usia telur yang juga menua. Contohnya, jika seorang perempuan berusia 25 tahun, maka telurnya berusia 25 tahun. Jika seorang perempuan berusia 40 tahun, telurnya juga berusia 40 tahun.
Selain menua, jumlah telur pada perempuan juga akan berkurang seiring bertambah usianya. Berbeda dengan laki-laki yang selalu membuat sperma baru.
Beberapa ahli juga percaya bahwa kelainan kromosom disebabkan penuaan pada telur dan mungkin telur mempunyai jumlah kromosom yang salah saat pembuahan. Usia telur yang lebih tua rentan bermasalah saat proses pembelahan meiosis atau mitosis.
Kelainan kromosom merupakan salah satu masalah yang bisa dialami bayi sejak dalam kandungan. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi sejak dalam kandungan.
Ini juga menjadi sesuatu yang membahayakan kesehatan bayi Anda, bahkan bisa menyebabkan kematian bayi sebelum dilahirkan. Biasanya kelainan kromosom lebih rentan terjadi pada ibu hamil di usia lebih tua.
Apa penyebabnya?
Janin dalam rahim Anda bisa saja mempunyai kelainan kromosom sebelum mereka lahir. Kelainan kromosom bisa terjadi karena adanya kesalahan pada saat sel-sel calon bayi Anda membelah. Pembelahan sel ini disebut dengan meiosis dan mitosis.
Meiosis adalah proses pembelahan sel-sel dari sperma dan telur untuk membuat sel-sel baru setelah bertemu. Masing-masing menyumbangkan 23 kromosom, sehingga calon bayi memiliki 46 kromosom. Inilah awal proses pertumbuhan bayi dalam kandungan.
Ini yang Terjadi Pada Bayi Kelainan Kromosom Bawaan
Saat pembelahan meiosis tidak berjalan dengan baik, calon bayi akan mendapat kelebihan atau kekurangan jumlah kromosom. Kesalahan pada proses pembelahan seperti ini yang kemudian mengakibatkan kelainan kromosom pada calon bayi.
Hampir sama dengan meiosis, mitosis adalah proses pembelahan sel pada saat telur yang sudah dibuahi sperma sedang berkembang. Tapi sel yang dihasilkan dari pembelahan mitosis ini berjumlah lebih banyak daripada sel yang dihasilkan meiosis.
Sel yang dihasilkan proses mitosis bisa mencapai 92 dan kemudian terbagi menjadi 46 kromosom dan 46 kromosom, begitu seterusnya sampai membentuk calon bayi.
Selama mitosis berproses, kesalahan juga bisa terjadi sehingga menyebabkan kelainan kromosom pada bayi. Jika terjadi penambahan, sel kromosom dalam proses mitosis akan berjumlah 47 dan jika kehilangan kromosom jumlahnya hanya 45.
Selama berproses, calon bayi kemudian bisa menerima kromosom tambahan yang sering disebut trisomi atau justru mengalami kehilangan kromosom yang dikenal dengan monosomi.
Kehamilan dengan dua masalah ini bisa mengakibatkan keguguran atau bayi lahir mati (stillbirth). Namun apabila kehamilan bisa bertahan sampai usia kehamilan penuh, bayi akan mengalami masalah kesehatan.
Keselahan saat pembelahan sel mengakibatkan bayi lahir dengan kelainan kromosom sehingga mengidap penyakit sindrom tertentu, down syndrome yaitu kelainan genetik yang diakibatkan kesalahan pembelahan sel kromosom nomor 21. Turner syndrome yang disebabkan kelainan genetik pada perempuan yang hanya memiliki satu kromosom seks X. Normalnya, perempuan mempunyai dua kromosom seks X atau satu kromosom seks X dan Y
Ada juga yang sering terjadi adalah edward syndrome yaitu kelainan kromosom yang disebabkan kelebihan kromosom nomor 18. Patau syndrome yang terjadi akibat kelainan kromosom nomor 13.
Sindrom cri du chat yang disebabkan kehilangan kromosom 5p. Hal ini menyebabkan berbagai masalah, seperti ukuran kepala kecil, masalah dengan bahasa, keterlambatan berjalan, hiperaktif, cacat mental, dan lainnya.
Maka dari itu sangat diperlukan screening organ reproduksi saat merencanakan kehamilan. Apabila mama sedang mengandung, sebaiknya lakukan screening di trimester 1 kehamilan. “Idealnya semua ibu hamil harus di screening untuk mendeteksi dini apabila ada kelainan pada calon bayi. Sekitar hari ke 11 sampai 13 hari”, tegas spesialis obstetri dan ginekologi dr. Ivander .R. Utama.
Menurutnya, risiko melahirkan bayi down syndrom akan meningkat pada perempuan yang hamil di atas usia 35 tahun, perbandingannya adalah 1 bayi diantara 175 bayi yang lahir akan mengalami kelainan genetik tersebut.
Jadi, sebaiknya mama yang rencanakan kehamilan secara tepat. Berhati-hatilah jika hamil di usia di atas 35 tahun dengan melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan. Mama juga bisa melakukan tes kelainan kromosom pada bayi sebelum dilahirkan, seperti tes amniosentesis atau chorionic villus sampling (CVS).
Baca juga:
- Nadia Mulya Cek Kromosom di Kehamilan Keempatnya, Ada Apa?
- Fakta Tes Kromosom Seperti yang Dilakukan Nadia Mulya
- Berencana Hamil Setelah Usia 35 Tahun? Perhatikan Tips Ini, Ma