Serupa Tapi Tak Sama, Apa Perbedaan PCO dan PCOS?
Jangan sampai salah membedakan ya, Ma
11 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ada beberapa masalah pada kesehatan kesuburan yang kadang membuat resah, termasuk di antaranya seperti PCO dan PCOS. Meski memiliki nama yang sangat mirip dan bahkan hampir sama, para Mama bahkan masih sulit membedakan kedua kondisi ini.
Jangan sampai salah ya, Ma. PCO dan PCOS bukanlah hal yang sama. Efeknya terhadap tubuh Mama pun kian berbeda.
Tak perlu ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, tetapi yuk intip dulu rangkuman informasi Popmama.com dari berbagai sumber berikut ini.
Editors' Pick
1. Apa itu PCO?
PCO (polycystic ovaries) atau kista ovarium adalah adanya kantung-kantung berisi cairan di dalam ovarium. Kondisi ini dianggap masih sangat umum, sehingga jumlah perempuan yang mengalaminya pun cukup banyak, demikian dikutip dari London Women’s Centre,
Kebanyakan PCO terjadi secara alami sebagai akibat dari siklus haid normal (kista fungsional) dan selama tahun-tahun persalinan. Biasanya, kista ini tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan, tanpa perlu tindakan dokter.
Gejala PCO sangat mirip dengan yang ditemukan pada perempuan dengan PCOS (polycystic ovary syndrome), seperti haid yang tidak teratur atau tidak ada siklus sama sekali, muncul jerawat dan penambahan berat badan.
Gejala lainnya mungkin termasuk nyeri panggul, tekanan darah tinggi, nyeri punggung bawah, rasa tidak nyaman di perut, dan mual.
Tetapi, PCO hanya dapat diidentifikasi selama pemindaian ultrasound. Perawatan dan pengobatan untuk PCO akan bergantung pada beberapa faktor, di antaranya seperti ukuran kista, bentuk kista, gejala yang dirasakan, serta usia saat mengalaminya (sudah menopause atau belum).
Kista seringkali bisa hilang tanpa intervensi atau perawatan. Tetapi dalam kasus yang lebih serius, seperti jika ukurannya besar atau berpotensi menjadi kanker, prosedur bedah bisa saja dilakukan untuk mengatasinya sejak awal.
2. Apa itu PCOS?
Sementara itu, PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) atau sindrom ovarium polikistik adalah kondisi metabolisme (hormonal) di mana ovariumnya memiliki jumlah folikel yang besar dan abnormal.
Folikel ini tidak berbahaya, tetapi mereka dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Nah, ketidakseimbangan hormon ini sering mengakibatkan beberapa masalah, seperti haid yang tidak teratur atau tidak ada siklus sama sekali, kenaikan berat badan, sulit hamil, rambut tubuh berlebihan, dan muncul jerawat atau kulit berminyak. Demikian dikutip dari Web MD.
Untuk menegakkan diagnosis PCOS, seorang perempuan umumnya harus terdeteksi memiliki 2 dari 3 kondisi utama berikut:
- Siklus haid tak teratur atau tidak ada sama sekali
- Tingginya kadar hormon laki-laki
- Ovarium tampak membesar dan memiliki kantung-kantung berisi cairan (folikel)
Lebih dari setengah kasus PCOS tidak ditunjukkan dengan gejala, sehingga sulit untuk mendiagnosis PCOS di tahap awal. Penting untuk dicatat bahwa terlepas dari nama kondisinya, perempuan dengan PCOS biasanya tidak memiliki kista, melainkan folikel.
Penyebab pasti PCOS tidak diketahui, tetapi sering merupakan turun-temurun dan terkait dengan kadar hormon abnormal, termasuk kadar insulin yang tinggi. Meskipun PCOS belum memiliki obat langsung, tetapi gejala-gejalanya dapat diobati.
Obat biasanya akan diresepkan dokter untuk mengobati gejala-gejala seperti siklus haid yang tidak teratur, infertilitas dan pertumbuhan rambut yang berlebihan. Dalam kasus yang lebih parah, prosedur pembedahan yang disebut laparoscopic ovarian drilling (LOD) mungkin diperlukan.