Ketika hasil testpack tak kunjung menunjukkan hasil positif, Mama tentu bertanya-tanya apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Saat mencari tahu ke dokter, biasanya dokter akan menanyakan beberapa hal soal gaya hidup kamu, periode haid, serta riwayat kesehatan. Dari situ akan ditemukan garis besar penyebab Mama sulit hamil.
Selain melalui pertanyaan, dokter juga akan meminta kamu untuk melakukan berbagai tes kesehatan.
Hasil dari tes ini akan dikaitkan dengan beberapa pemicu infertilitas.
Baik Mama maupun Papa biasanya akan sama-sama diminta melakukan pemeriksaan. Namun khusus untuk Mama, apa saja ya pemeriksaan yang akan dilakukan? Nah, berikut Popmama.com rangkumkan informasinya, Ma:
1. Tes darah
Pixabay/Kropekk_pl
Dalam tes darah, biasanya sampel darah Mama akan diperiksa kadar hormonnya. Salah satunya hormon progesteron, untuk memeriksa apakah Mama sedang berovulasi.
Waktu pelaksanaan tes pada umumnya dilakukan berdasarkan periode haid Mama. Jika haid tak teratur, Mama bisa melakukan tes pengukuran hormon gonadotropin, yang berfungsi untuk menstimulasi indung telur.
Editors' Pick
2. Tes klamidia
Pexels/Pixabay
Tes klamidia penting untuk dilakukan, sebab ini merupakan salah satu penyakit menular seksual yang bisa memengaruhi kesuburan perempuan.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dengan mengumpulkan beberapa sel dari leher rahim. Namun tes klamidia juga bisa dilakukan melalui cek urine.
Apabila hasilnya menunjukkan Mama positif klamidia, biasanya dokter akan memberikan antibiotik guna mengobatinya. Jangan lupa berdiskusi lebih lanjut dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat, Ma.
3. Ultrasonografi (USG)
Pexels/Pixabay
Pemindaian ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa indung telur, rahim dan saluran telur. Apakah ada gangguan tertentu pada organ-organ reproduksi Mama yang memengaruhi kesuburan, seperti endometriosis dan fibroid.
Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk mencari tahu bagaimana kondisi tuba fallopi Mama. Organ yang menghubungkan antara indung telur dan rahim ini mungkin saja mengalami sumbatan, sehingga jalannya sel telur menuju rahim.
Jika hasil USG menunjukkan adanya sumbatan, dokter akan merujuk Mama untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti laparoskopi.
4. Pemeriksaan x-ray
Pexels/Rawpixel.com
Kadang-kadang dalam kondisi tertentu pemeriksaan x-ray atau rontgen juga akan dilakukan oleh dokter kandungan. Pemeriksaan ini disebut juga dengan hysterosalpingogram (HSG) atau uterosalpingography.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, dalam pemeriksaan HSG dokter akan bisa melihat bagaimana struktur rahim dan tuba falopii Mama. Digunakan zat kontras untuk ‘mewarnai’ rongga organ tubuh tertentu, sehingga alurnya tampak lebih jelas di mesin x-ray.
Nah, dari situ nanti akan terlihat jika memang ada sumbatan di area organ reproduksi Mama. Sebagian perempuan mengatakan bahwa tes HSG menimbulkan rasa nyeri dan mual, oleh sebab itu dokter biasanya akan meresepkan obat anti nyeri sebelum menjalani prosedur ini.
5. Laparoskopi
Pexels/Pixabay
Selain tes x-ray, laparoskopi juga seringkali dilakukan untuk memeriksa kondisi rahim, tuba falopii, dan indung telur Mama. Mirip seperti tes HSG, pada laparoskopi juga digunakan zat kontras untuk menandai jika ada sumbatan di dalamnya.
Tak semua perempuan akan diminta untuk dilakukan laparoskopi. Dilansir National Health Services UK, laparoskopi biasanya hanya dilakukan jika Mama memiliki riwayat kondisi tertentu.
Salah satunya riwayat penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) sebelumnya. Selain itu, laparoskopi juga mungkin akan dilakukan jika pada tes x-ray sebelumnya ditemukan penyumbatan pada satu atau kedua tuba falopii Mama.
Pastikan Mama melakukan semua tes ini berdasarkan rekomendasi dari dokter ya, Ma. Nanti hasilnya akan kembali didiskusikan dengan dokter, guna mengetahui bagaimana langkah terbaik selanjutnya yang bisa Mama dan Papa lakukan. Tetap semangat, Ma!