Penyebab Alergi Sperma yang Bisa Picu Sulit Hamil, Apa Gejalanya?
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahuinya ya, Ma
24 Juli 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sperma menjadi salah satu faktor penting dalam penentuan keberhasilan program hamil pasangan suami istri. Namun demikian, justru ada kondisi di mana perempuan alergi terhadap sperma. Dalam istilah medis, alergi sperma dikenal juga dengan sebutan seminal plasma hypersensitive (HSP). Umumnya, reaksi alergi muncul karena kandungan jenis protein tertentu yang terdapat pada sperma.
Alergi sperma termasuk dalam kategori kasus yang jarang terjadi, bahkan seringkali tidak terdeteksi. Alergi sperma kerap disalahartikan sebagai alergi yang disebabkan oleh pemicu lainnya atau bahkan infeksi jamur.
Seperti apa tanda dan gejala alergi sperma, serta apakah benar kondisi ini bisa menurunkan peluang kehamilan? Yuk intip informasi rangkuman Popmama.com berikut ini:
1. Apa itu alergi sperma?
Dikutip dari Healthline, seminal plasma hypersensitive (HSP) atau alergi sperma adalah reaksi alergi terhadap protein yang ditemukan pada sebagian besar sperma.
Menurut pakar kesehatan Shannon K. Laughlin-Tommason, MD, pasangan suami istri perlu memantau lebih jauh tentang adanya tanda dan gejala alergi sperma. Termasuk di antaranya seperti muncul ruam merah, bengkak dan sensasi terbakar pada area kulit yang terkena sperma. Tes alergi pun mungkin dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Sebagian ahli berpendapat bahwa tak semua kasus alergi sperma benar-benar terjadi karena istri alergi terhadap sperma. Bisa jadi, sebenarnya istri alergi terhadap jenis makanan tertentu, kemudian makanan tersebut dikonsumsi suami sehingga kemudian memicu reaksi alergi.
Oleh sebab itu, untuk memastikan lebih lanjut diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh, Ma.
Editors' Pick
2. Tanda dan gejala alergi sperma
Tanda dan gejala alergi sperma relatif hampir sama seperti gejala reaksi alergi pada umumnya. Misalnya seperti muncul ruam merah, sensasi terbakar, nyeri, dan bengkak pada area kulit yang terpapar sperma.
Selain itu, Mama juga mungkin akan mengalami bentol-bentol dan gatal yang cukup mengganggu.
Reaksi alergi tak hanya bisa terjadi pada organ intim, tapi pada bagian kulit mana saja yang terpapar secara langsung oleh sperma. Termasuk seperti tangan dan mulut.
Secara umum, gejala biasanya mulai terjadi pada rentang waktu antara 20-30 menit setelah terpapar. Reaksi alergi dapat berlangsung pada hitungan jam sampai hari, bergantung pada tingkat keparahannya.
3. Penyebab dan diagnosis alergi sperma
Alergi sperma terutama disebabkan oleh protein yang ditemukan dalam sperma. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu atau alergen makanan yang ditemukan dalam sperma pun dapat memicu gejala.
Meskipun alergi sperma dapat terjadi kapan saja, sebagian besar kasus dilaporkan muncul pada perempuan berusia di atas 30 tahun.
Jika Mama curiga mengalami alergi sperma, segera lakukan konsultasi dengan dokter. Sampaikan tanda dan gejala yang dialami, guna mendapatkan pemeriksaan dan diagnosis yang tepat.
Seringkali alergi sperma disalahartikan sebagai kondisi yang lain sehingga tidak terdiagnosis, misalnya dikira sebagai infeksi menular seksual seperti klamidia atau herpes, vaginitis kronis, infeksi jamur atau vaginosis bakteri.
Pemeriksaan lebih lanjut dengan tes alergi intradermal. Pada tes ini, dokter akan menyuntikkan sampel sperma suami ke dalam kulit. Apabila muncul gejala, diagnosis alergi sperma pun bisa ditegakkan.
4. Pengaruh alergi sperma terhadap peluang kehamilan
Alergi sperma dapat menyulitkan sebagian perempuan untuk bisa hamil. Meskipun alergi sperma sebenarnya tidak berdampak langsung pada kesuburan, gejalanya dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berhubungan intim dengan optimal.
Dalam kasus-kasus ringan, Mama mungkin bisa mengatasi dan meringankan gejala alergi sperma dengan minum obat atau menggunakan desensitisasi.
Tetapi jika Mama ingin hamil dan melakukan hubungan intim bukanlah suatu pilihan, dokter dapat merekomendasikan inseminasi intrauterin (IUI) atau in vitro fertilization (IVF).
Pada terapi tersebut, sperma suami akan ‘dicuci’ sehingga bebas dari protein pemicu reaksi alergi sebelum disuntikkan pada rahim Mama. Diharapkan metode ini dapat membantu mencegah terjadinya reaksi alergi.
Demikian informasi tentang alergi sperma yang perlu dipahami. Apakah Mama pernah mengalami kondisi ini?
Baca juga:
- Awas! 7 Makanan Ini Bisa Membunuh Sperma!
- Stres Jangka Panjang pada Laki-Laki Bisa Merusak Produksi Sperma
- Kenali Tanda Jumlah Sperma Sedikit yang Jadi Penyebab Sulit Hamil