Jika hamil dan persalinan biasanya menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh para perempuan, namun sebaliknya justru yang dirasakan oleh pengidap tokophobia, Ma.
Seseorang yang memiliki tokophobia akan sangat takut terhadap kedua kondisi tersebut. Bahkan jika kondisinya sudah parah, pengidap tokophobia juga akan melakukan berbagai macam cara untuk menghindari kehamilan.
Seperti apa tanda dan gejala, serta cara mengatasi tokophobia? Berikut Popmama.com rangkum informasinya untuk Mama:
1. Apa itu tokophobia?
Pexels/Freestocks.org
Tokophobia adalah takut yang berlebihan akan kehamilan dan melahirkan. Perempuan yang memiliki fobia ini memiliki ketakutan patologis untuk melahirkan, demikian dikutip dari Very Well Mind.
Bahkan sebisa mungkin ia juga akan menghindari kehamilan atau melahirkan sama sekali. Padahal seringkali pengidap tokophobia juga ingin memiliki anak. Jika sudah positif hamil, operasi caesar menjadi pilihan utama untuk persalinan nantinya.
Tokophobia dapat terjadi pada perempuan yang belum pernah melahirkan, tetapi bisa juga memengaruhi mereka yang pernah memiliki pengalaman melahirkan traumatis sebelumnya.
Seperti diketahui, kehamilan dan melahirkan adalah sebuah peristiwa besar dalam kehidupan banyak perempuan. Meskipun bisa menjadi saat yang menyenangkan, hal ini juga bisa menjadi sumber stres dan kecemasan.
Rasa sakit saat hamil maupun melahirkan biasanya menjadi sesuatu yang paling ditakutkan.
Rasa takut ini sebenarnya normal dan sepatutnya bisa diatasi dengan bantuan medis, pendidikan, dan dukungan dari lingkungan sekitar. Namun kadang-kadang ketakutan ini bisa berkembang semakin parah dan sampai membuat perempuan sampai menghindari kehamilan dan melahirkan.
Editors' Pick
2. Gejala tokophobia
Freepik/Pressfoto
Tokophobia merupakan sebuah jenis fobia spesifik, ini berarti gangguan kecemasannya kerap dianggap tidak rasional dan tidak masuk akal. Gejala utama tokophobia yakni dapat berupa gangguan tidur, serangan panik, mimpi buruk, dan perilaku menghindar yang sangat jelas.
Gejala lain mungkin termasuk perasaan takut membayangkan kehamilan dan kelahiran, kecemasan dan depresi, serta ketakutan ekstrem akan cacat lahir atau kematian ibu.
Pengidap tokophobia kadang-kadang juga sampai menghindari aktivitas seksual apa pun karena takut hamil. Apabila sudah positif hamil, mereka biasanya akan meminta operasi caesar, serta mungkin mengalami kesulitan untuk dekat dengan bayinya.
3. Penyebab tokophobia
Freepik/Wavebreakmedia
Tokophobia dapat terjadi karena sejumlah faktor penyebab. Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada perkembangannya dapat mencakup rasa takut akan hal yang tidak diketahui, kehilangan kendali dan privasi, pelecehan seksual di masa lalu, rasa takut akan rasa sakit, rasa takut akan kehidupan bayi, atau kurangnya kepercayaan pada praktisi medis.
Ketidakpastian dan kurangnya informasi mengenai proses melahirkan juga bisa ikut berperan. Termasuk takut akan komplikasi terkait persalinan seperti preeklampsia dan kematian.
Selain itu, jika seorang perempuan memiliki dukungan sosial yang buruk, ini juga dapat berkontribusi atau memperburuk rasa takutnya akan proses persalinan.
Ada dua jenis tokophobia, yakni tokophobia primer dan tokophobia sekunder. Tokophobia primer terjadi pada perempuan yang belum pernah melahirkan. Proses ini mungkin mulai terjadi selama masa remaja, meskipun itu juga bisa terjadi setelah kehamilan.
Sementara itu, tokophobia sekunder terjadi pada perempuan yang sudah pernah hamil dan melahirkan. Biasanya rasa takut berlebih ini muncul sebagai efek traumatis pada kehamilan dan melahirkan. Bisa juga terjadi pada perempuan yang mengalami keguguran, terminasi kehamilan, atau gagal dalam proses perawatan kesuburan.
Para peneliti menyebutkan beberapa hal lain yang juga bisa menyebabkan terjadinya tokophobia, di antaranya seperti sering mendengar tentang trauma persalinan dari perempuan lain, takut akan nyeri yang berlebihan, dan riwayat depresi.
4. Perawatan dan pengobatan tokophobia
Freepik/Pressfoto
Perempuan dengan tokophobia penting mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat. Termasuk seperti menerima dukungan dari dokter kandungan dan psikolog atau psikiater. Tenaga profesional kesehatan mental berperan penting dalam mengatasi alasan yang mendasari mengapa fobia tersebut muncul, termasuk depresi atau kondisi kecemasan lain sebelumnya.
Terapi perilaku kognitif dan psikoterapi juga efektif dalam proses pengobatan tokophobia.
Obat-obatan juga dapat digunakan, baik sendiri atau bersama dengan pengobatan lainnya. Namun yang pasti, untuk terapi obat harus mendapatkan resep khusus dari dokter dan anjurannya harus benar-benar dipatuhi.
5. Pencegahan tokophobia
Freepik/Tirachardz
Untuk meminimalkan risiko terjadinya tokophobia, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah selalu terbuka dalam komunikasi. Baik kepada pasangan, keluarga, maupun pada dokter.
Jangan lupa untuk mulai membentuk rencana kehamilan dan persalinan. Termasuk pilihan untuk manajemen nyeri saat melahirkan kelak. Memiliki rencana yang lengkap dapat membantu Mama merasa lebih berdaya dan terkendali.
Hindari sebisa mungkin hobi mendengarkan cerita-cerita persalinan yang terkesan seram atau menakut-nakuti. Kebiasaan ini dapat memicu atau memperburuk tokophobia. Sebaliknya, cari informasi medis yang baik dan fokus pada pengalaman melahirkan dengan positif.
Mama juga bisa rutin mengikuti kelas prenatal. Mempelajari apa yang terjadi selama proses persalinan dapat membantu Mama menemukan mengatasi rasa takut dan nyeri selama momen tersebut.
Nah, jangan ragu untuk berdiskusi juga dengan Papa tentang rencana dan segala sesuatu yang Mama rasakan, ya. Ini supaya Mama bisa mendapatkan masukan yang positif dan terhindari dari tokophobia.