Bahaya Bila Terinfeksi Rubella Saat Hamil
Rubella bisa menyebabkan kondisi serius pada kesehatan ibu hamil dan janin, berikut penjelasannya Ma
6 Agustus 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jika mendengar tentang “Rubella”, mungkin kamu merasa tidak asing. Infeksi virus ini biasa dikenal sebagai campak Jerman. Dengan gejala ruam merahnya, penyakit ini terlihat sangat mirip dengan campak, tetapi penyakitnya tidak sama.
Rubella dianggap sangat berbahaya bagi perkembangan janin, khususnya pada awal kehamilan.
Mengenal Tentang Rubella
Virus rubella yang juga disebut campak Jerman ini ditularkan melalui kontak air liur, atau bersin dan batuk dari orang yang terinfeksi. Rubella dikenal sebagai penyakit yang serius, yang rentan menularkan janin ibu hamil, terutama selama tiga bulan pertama. Janin yang terinfeksi berisiko mengalami kondisi yang serius.
Di Amerika Serikat, rubella telah dinyatakan sebagai penyakit langka berkat program vaksinasi yang sangat sukses. Sebelum vaksin rubella dikembangkan pada tahun 1969, epidemi rubella pada tahun 1964 dan 1965 telah menyebabkan 12,5 juta kasus penyakit ini terjadi di Amerika Serikat.
Lalu pada tahun 2006, hanya ada 11 kasus rubella yang dilaporkan. Sedangkan menurut WHO, pada tahun 2016 di Indonesia masih terdapat lebih dari 800 kasus rubella yang dilaporkan melalui pemeriksaan laboratorium.
Hal tersebut menandakan bahwa kasus rubella masih umum terjadi di Indonesia. Jadi bagi yang belum mendapatkan vaksin ini, penting untuk segera melakukannya, terutama saat sebelum hamil.
Editors' Pick
Apa Saja Gejala Rubella?
Rubella adalah penyakit virus akut, tetapi memiliki gejala yang kurang spesifik sehingga seringkali sulit dibedakan dari penyakit lain. Hampir setengah dari kasus, gejalanya sangat ringan dan terkadang tidak dirasakan, sehingga penderita tidak tahu bahwa sedang terinfeksi.
Rubella atau lebih dikenal dengan sebutan campak Jerman merupakan penyakit menular, biasanya kebanyakan infeksi virus ditandai dengan ruam merah berbentuk bintik-bintik pada kulit meski tidak selalu demikian.
Pada gejala yang khas, biasanya gejala mulai muncul sekitar 12 hingga 23 hari setelah kamu terinfeksi. Kamu mungkin akan mengalami demam ringan, malaise, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri sendi dan bengkak, mata memerah, dan hidung tersumbat atau berair selama satu sampai lima hari sebelum muncul ruam.
Ruam hanya berlangsung beberapa hari, biasanya pertama muncul pada wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lain. Sedangkan, pembengkakan dan nyeri sendi bisa berlangsung beberapa minggu. Periode paling menular adalah ketika ruamnya muncul.
Pentingnya Vaksin Rubella Sebelum Hamil
Melakukan imunisasi rubella sebelum kehamilan dapat menyelamatkan bayi dari berbagai risiko cacat bawaan, seperti kebutaan, tuli, pertumbuhan mental yang terbelakang, dan masalah jantung. Para ahli menyarankan, vaksinasi rubella sebaiknya dilakukan 3 bulan sebelum hamil. Vaksinasi ini tidak boleh diambil selama kehamilan.
Seorang ginekolog senior dan kepala departemen Rumah Sakit Bombay, India, Dr Neerja Pauranik mengatakan, vaksin rubella sangat aman. Risiko efek samping dari vaksinasi ini hanya 5 persen saja, yaitu berupa ruam ringan pada kulit. Jadi, tidak perlu khawatir tentang efek samping.
Jika perempuan yang sedang hamil belum mendapatkan vaksin kemudian terkena rubella, infeksi tersebut dapat menularkan ke janin dan menimbulkan dampak yang berbahaya. Infeksi rubella dapat memengaruhi kemampuan penglihatan dan pendengaran bayi.
Perempuan yang terinfeksi selama 4 bulan pertama kehamilan dapat menyebabkan masalah otak dan jantung pada anaknya.
Infeksi rubella juga dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, atau janin mati di dalam kandungan, serta berbagai cacat lahir.
Jadi, jika pemeriksaan darah menunjukkan bahwa kamu terinfeksi, mungkin kamu akan disarankan untuk menunda kehamilan terlebih dahulu.
Bagaimana Jika Terkena Rubella Selama Kehamilan?
Hubungi dokter segera jika Mama mengalami gejala yang dicurigai. Jika sudah mendapat vaksin rubella ketika terpapar, memang ada risiko kecil Mama masih bisa terinfeksi, tetapi tidak mungkin bayi akan terinfeksi.
Tes lebih lanjut mungkin tidak diperlukan, tetapi Mama masih harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendiskusikan kondisi kehamilanmu.
Jika Mama belum mendapat vaksin atau belum pernah melakukan tes deteksi rubella, petugas kesehatan akan memeriksa antibodi spesifik rubella. Mama akan menjalani tes darah kembali dalam 2 minggu dan 4 minggu kemudian untuk membuktikan sejauh mana kemungkinan Mama telah terinfeksi.
Jika ditemukan rubella pada awal kehamilan, Mama harus mulai berkonsultasi dengan dokter untuk mempertimbangkan risikonya, dan mungkin Mama harus memutuskan apakah akan mengakhiri kehamilan atau tidak.
Jika Mama memilih untuk tetap meneruskan kehamilan, dokter mungkin akan memberi suntikan imun globulin sesegera mungkin setelah terpapar, dengan harapan mengurangi risiko bayi mengalami cacat lahir.
Namun, suntikan ini tidak akan mencegah bayi terinfeksi.
Adakah Cara untuk Mengurangi Risiko Terkena Rubella Saat Hamil Jika Belum Vaksin?
Sayangnya, Mama tidak dapat menerima vaksin rubella jika sudah hamil. Jika belum mendapat vaksin, Mama hanya perlu berhati-hati untuk menghindari kontak dengan orang yang diketahui sedang memiliki ruam atau virus, serta siapa saja yang baru terkena rubella dan belum mengalaminya sebelumnya.
Saat hamil, sebaiknya tunda rencana perjalanan ke wilayah manapun di dunia yang masih umum memiliki kasus rubella.
Setelah melahirkan, pastikan untuk mendapatkan vaksinasi sehingga rubella tidak akan menjadi perhatian selama kehamilan berikutnya. Vaksin dapat dilakukan saat sedang menyusui, tetapi Mama harus menunggu setidaknya 28 hari setelah mendapatkan suntikan sebelum berencana hamil lagi. Jadi, pastikan Mama menggunakan alat kontrasepsi selama waktu ini.